Petugas melakukan bongkar muat envirotainer berisi bahan baku vaksin Covid-19 setibanya di PT Bio Farma (Persero), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Ahad (20/6/2021). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Bio Farma Produksi Alat Tes Covid-19 Berkumur

Bio Farma telah memproduksi alat tes Covid-19 bernama Bio Saliva.

JAKARTA – PT Bio Farma (Persero) telah memproduksi alat tes Covid-19 bernama Bio Saliva. Pengambilan sampel untuk mendeteksi virus dalam tubuh seseorang dari alat ini yakni dengan mekanisme berkumur, atau berbeda dari tes usap PCR maupun swab antigen yang melalui hidung.

“Produk Bio Saliva ini akan memberikan pengalaman baru dari sisi kenyamanan bagi masyarakat yang ingin melakukan tes usap PCR,” kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (7/7).

Honesti mengatakan, Bio Saliva akan menambah daftar produk reagen untuk pengetesan Bio Farma yang sebelumnya telah meluncurkan mBioCoV-19 RT-PCR. Namun, dia menyatakan, pengetesan PCR tetap merupakan standar emas pengetesan Covid-19 dari organisasi kesehatan dunia (WHO).

Menurut dia, Bio Farma memiliki kemampuan produksi 2,4 juta mBioCoV-19 RT-PCR kit per bulan. Sementara untuk Bio Saliva, Bio Farma baru akan memproduksi sekitar 40 ribu per bulan. Honesti mengatakan, tingkat akurasi produk tes Covid-19 Bio Farma berada di atas 99 persen.

photo
Petugas menurunkan envirotainer berisi bahan baku vaksin Covid-19 setibanya di PT Bio Farma (Persero), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Ahad (20/6/2021).  - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

“Khusus untuk Bio Saliva, ini merupakan produk terbaru dan bisa mendeteksi semua varian Covid-19 yang sekarang lagi berkembang di Indonesia,” ujar dia.

Honesti belum mau mengungkapkan harga pengetesan PCR dengan menggunakan Bio Saliva. Namun, ia memastikan harganya akan lebih murah ketimbang pengetesan PCR. Tetapi, ia juga menyebut harganya masih di atas tes antigen. “Nanti kami sampaikan berapa harganya setelah ada evaluasi dari BPKP,” ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PT Bio Farma (Persero) (biofarmaid)

Sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Nomor HK. 02.02/I/3713/2020, pemerintah mematok harga tertinggi untuk PCR sebesar Rp 900 ribu. Sementara harga tertinggi untuk tes antigen di Pulau Jawa sebesar Rp 250 ribu, dan Rp 275 ribu untuk di luar Pulau Jawa.

Langka

Holding BUMN farmasi juga angkat suara mengenai kelangkaan obat untuk pasien Covid-19. Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Verdi Budidarmo mengatakan sejumlah alasan di balik kelangkaan tersebut, salah satunya keterlambatan pasokan bahan baku obat redemsivir dari India. India saat ini sedang menerapkan lockdown.

"Yang jadi masalah redemsivir yang diimpor dari tujuh perusahaan farmasi di India tapi Indianya masih lockdown, upaya dari kami, produk redemsivir dilakukan pengembangan dalam negeri yang akan diproduksi Kimia Farma," ujar Verdi saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (7/7).

Verdi menyampaikan terdapat sejumlah aturan yang menetapkan proses distribusi obat-obatan hanya tersedia di pelayanan kesehatan seperti puskesmas hingga Rumah Sakit sehingga memang tidak tersedia di Apotek, 

Direktur Utama PT Indofarma (Persero) Arief Pramuhanto tak menampik produksi obat-obat belum optimal. Arief mencontohkan produksi Oseltamivir sebanyak 6 juta hingga Juni dari total kemampuan yang sebanyak 10 juta. Pun dengan Invermectin yang baru mampu memproduksi 8 juta butir per bulan.

"Mulai Agustus, kami bisa memproduksi Invermectin sebanyak 16 juta butir. Kalau dari sisi distribusi, kami akan memprioritaskan daerah hitam dan merah sehingga outlet-outlet yang daerah itu kita prioritaskan," kata Arief.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat