Imas Maesaroh merasakan banyak hikmah dari jilbab dan perjalanan sebagai travel guide. | Istimewa

Uswah

Mencari Hikmah di Balik Perjalanan

Imas Maesaroh merasakan banyak hikmah dari jilbab dan perjalanan sebagai travel guide.

 

 

OLEH IMAS DAMAYANTI

Pandemi seolah mengistirahatkan dunia dari traveling. Sebagai tour guide, Imas Maesaroh merasakan bahwa dunia pariwisata sebenarnya masih bisa hidup jika punya manajemen yang cermat. 

“Jika dulu (sebelum pandemi) saya bisa atur itinerary perjalanan dengan waktu yang singkat, sekarang justru lebih memiliki banyak waktu untuk atur itinerary dengan leluasa dan lebih cermat,” kata Imas saat dihubungi Republika, Selasa (29/6).

Imas pun mengungkapkan, traveling tidak semata-mata bersenang-senang. Imas juga belajar bahwa perjalanannya ke berbagai penjuru bumi menuai hikmah tak terhingga yang bisa terkenang sampai kini. 

Tepatnya 2015 silam, Imas terjun langsung ke dunia wisata dengan bergabung ke salah satu perusahaan biro travel. Di sana, Imas yang masih berstatus sebagai mahasiswa mempelajari betapa menariknya sisi perjalanan wisata jika dapat dikelola dengan benar.

Imas pun mulai melatih dirinya untuk pandai membangun kepercayaan pasar, menyusun paket wisata, hingga dapat dipercaya untuk membawa sejumlah wisatawan yang membayar perjalanan wisata dengan harga miring.

Imas mengungkapkan sedikit pengalamannya dalam berwisata ke sejumlah negara yang masyarakatnya didominasi kalangan non-Muslim. Saat memandu sejumlah wisatawan ke negara tersebut, jilbab yang ia kenakan kerap dipermasalahkan oleh segelintir kalangan.

 
Kalau urus-urus izin di beberapa negara yang sangat concern dengan isu radikalisme, saya bisa berkali-kali ditanyakan hingga mereka yakin.
 
 

“Kalau urus-urus izin di beberapa negara yang sangat concern dengan isu radikalisme, saya bisa berkali-kali ditanyakan hingga mereka yakin. Susah sekali memang,” kata Imas.

Dia pun mencoba meyakinkan sejumlah orang yang mempermasalahkan jilbabnya. Dia menjelaskan, jilbab adalah identitas seorang Muslimah, apa pun latar belakang dan pekerjaan yang digelutinya. Tak jarang barang bawaannya harus diperiksa berulang-ulang di satu negara hanya karena dia mengenakan jilbab.

Imas pun merenungi makna jilbab yang ia kenakan selama ini. Saat itu, Imas menyadari bahwa dia mengenakan jilbab seiring dengan berkembangnya tren berjilbab di kalangan Muslimah Indonesia.

Hingga pada suatu hari, tepatnya 2018, dalam sebuah perjalanan di wilayah timur Indonesia, Imas justru bertemu dengan seorang perempuan non-Islam. “Waktu itu dia ajak saya ngobrol, ngobrol biasa. Lama-kelamaan kami jadi dekat dan berkawan. Dia banyak tanya soal Islam, lalu saya jawab sekenanya saja, sepengetahuan saya saja,” kata Imas.

Hubungan komunikasi intens dengan seorang perempuan non-Muslimah itu nyatanya terus berlanjut. Seiring dengan banyaknya pertanyaan mengenai keislaman, Imas mulai mempelajari kembali tentang Islam. Masa pencariannya itu membuat Imas menemukan kembali makna jilbab yang dikenakannya dan alasan dia memakai jilbab.

Hingga pada suatu hari, ia terkejut sekaligus haru ketika teman jauhnya di timur Indonesia itu menyatakan diri hendak memeluk Islam. Temannya itu yakin agama yang benar adalah Islam setelah menyaksikan Imas.

“Secara refleks, bibir saya langsung ucap syukur, alhamdulillah. Banyak hikmah ternyata dari jilbab dan perjalanan,” kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Imas Maesaroh (imas_caem)

PROFIL

Nama lengkap: Imas Maesaroh

TTL: Jakarta, 24 Juli 1994

Riwayat pendidikan: S-1 UIN Syarif Hidayatullah

Riwayat aktivitas: ketua Kopri PMII Ciputat, bendahara Dema UIN Jakarta

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat