Relawan Rumah Zakat dengan mengenakan kostum Ultraman membagikan paket berbagi buka puasa untuk warga yang usahanya terdampak pandemi covid-19 di Cidurian Utara, Sukapura, Kota Bandung, Selasa (10/5/2021). Rumah Zakat menyalurkan 100 paket berbagi berbuka | Republika/Yogi Ardhi

Khazanah

Meski Pandemi, Umat Tetap Bederma 

Covid-19 memotivasi umat untuk lebih banyak bersedekah

JAKARTA – Tak hanya berdampak buruk pada kesehatan, pandemi Covid-19 juga menimbulkan dampak serius pada sisi ekonomi. Namun, kendati dihantam kesulitan ekonomi akibat pandemi, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tetap bersemangat melakukan kebaikan, yakni bederma.  

Hal itu tampak dari hasil survei yang digelar Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (Lazismu) pada Februari-Maret 2021. Hasil survei menunjukkan, sebanyak 79,7 persen responden masih rutin bederma di tengah pandemi Covid-19. 

"Meski kondisi ekonomi sedang susah, tapi masyarakat tetap semangat bederma dan saling membantu," kata Manajer R&D Lazismu Pusat, Sita Rahmi, saat memaparkan hasil survei tersebut secara daring, Kamis (1/7). 

Lebih lanjut, ia menerangkan, hampir delapan dari 10 responden mengaku rutin bederma, dan sebagian besar dilakukan dalam bentuk infak atau 67,2 persen. Hubungan antara keagamaan dan membantu sesama juga terlihat dari animo umat untuk membayar zakat maal dan fitrah saat Ramadhan 1442 H lalu. 

“Sebanyak 82,9 persen responden yang akan membayar zakat fitrah menyebut akan berdonasi pula untuk penanganan Covid-19,’’ kata Rahmi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Dari hasil survei tersebut, diketahui pula masih banyak masyarakat yang enggan menyalurkan zakat ataupun donasinya ke lembaga zakat resmi. Saat ini ada tiga lembaga zakat yang paling dipercaya, yakni Lazismu, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan Dompet Dhuafa.

"Sebanyak 61,5 persen responden menyebut menyalurkan zakat fitrah melalui masjid atau mushala. Sedangkan, 22,8 persen langsung kepada mustahik dan 27,5 persen ke lembaga amil zakat," lanjut Rahmi.

Survei yang dilakukan Lazismu selama dua bulan ini melibatkan 2.025 orang responden dari rentang usia di bawah 20 tahun hingga di atas 65 tahun. Responden berusia 20-39 tahun berjumlah paling banyak, yakni 68,4 persen dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

Direktur Eksekutif Lembaga Filantropi Indonesia, Hamid Abidin, yang tampil sebagai pembahas dalam Public Expose Hasil Survei Dampak Sosial Ekonomi Covid-19 Terhadap Perilaku Berderma itu mengatakan, dalam penanggulangan pandemi diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak.

"Dengan banyaknya bantuan sosial, harusnya bisa dipilah-pilah. Mana yang bantuan pemerintah, mana yang bantuan dari filantropi, agar tidak jadi tumpang tindih," kata dia.

Dalam kondisi pandemi saat ini, ia juga menekankan, perlunya perhatian kepada kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak, dan difabel. Ia menyebut, perempuan memiliki tanggung jawab besar dalam waktu bersamaan, yakni mengurus rumah tangga dan mengasuh anak mengingat sekolah dilakukan jarak jauh.

Terkait temuan dalam survei Lazismu, tingkat bederma masyarakat masih tinggi meski didera pandemi, Hamid menyebut, hal itu sejalan dengan laporan yang disampaikan World Giving Index beberapa waktu lalu. 

Dalam laporan itu disebutkan, Indonesia memiliki indeks skor tertinggi secara keseluruhan, yakni 69 persen. Dalam hal ini, ada tiga indikator penilaian, yaitu menyumbang pada orang asing atau tidak dikenal, menyumbangkan uang, serta meluangkan waktu menjadi sukarelawan.

"Masyarakat yang awalnya bisa memberi uang, namun kini tidak, berubah bantuannya dalam bentuk lain. Misalnya, mengadakan //event//, melakukan penggalangan dana bersama masyarakat, atau menyumbangkan ponselnya yang masih berfungsi, tapi tidak terpakai," kata dia.

Adapun sumbangan untuk penanganan Covid-19 masih didominasi oleh unsur keagamaan, seperti zakat, infak, dan sedekah. Sumbangan keagamaan ini membuat perolehan donasi di berbagai lembaga amil zakat tergolong tinggi, meski tidak setinggi sebelum pandemi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat