Relawan Rumah Zakat dengan mengenakan kostum Ultraiman membagikan paket berbagi buka puasa untuk warga yang usahanya terdampak pandemi covid-19 di Cidurian Utara, Sukapura, Kota Bandung, Selasa (10/5/2021). | Republika/Yogi Ardhi

Opini

23 Tahun Kebersamaan untuk Indonesia

Optimisme ini harus terus dipupuk bahwa kita bisa bangkit dari pandemi dan ini momentum kebersamaan

NUR EFENDI, CEO Rumah Zakat

Kamaluddin, seorang pemuda relawan Rumah Zakat dengan badan terbungkus alat pelindung diri (APD), sedang tergeletak dengan mata terbenam di selasar Masjid Al Islah, Palasari, Bandung, setelah seharian ia menyemprot cairan disinfektan ke fasilitas publik.

Hari itu saja, ia harus melakukan penyemprotan di lima tempat berbeda dengan full APD, masker, dan menjinjing alat yang ia gendong menuju tempat-tempat tersebut. Tak kuasa menahan lelah, Kamal merebahkan dirinya sejenak, sebelum melanjutkan perjuangannya.

Kamal tak sendirian. Di tengah sebagian dari kita yang work from home (WFH), ada ratusan relawan lainnya yang menyalurkan makanan, membantu sosialisasi hidup bersih sehat, hingga menyusuri lorong kampung membersamai mereka yang membutuhkan.

Pandemi ini benar-benar membuat kita terpukul hebat. Namun, di sisi lain menyisakan harapan. Dengan kebersamaan, insya Allah kita bisa melalui pandemi ini, seperti berita tentang tumbuhnya kedermawanan masyarakat Indonesia bahkan pada masa-masa sulit seperti ini.

 
Pandemi ini benar-benar membuat kita terpukul hebat. Namun, di sisi lain menyisakan harapan.
 
 

Dua pekan lalu, pertengahan Juni 2021, Charities Aid Foundation (CAF) dalam  Laporan Indeks Kedermawanan Dunia atau World Giving Index (WGI) 2021, rupanya kembali menobatkan kita, Indonesia, sebagai negara paing dermawan di dunia.

Artinya apa? Di tengah pandemi ini, justru banyak masyarakat ingin membersamai masyarakat lainnya: saling berbagi!

Temuan CAF tahun 2021 ini, tercatat delapan dari 10 orang Indonesia berdonasi di tengah pandemi ini, dengan tingkat kesukarelawanan di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara lain, yakni tiga kali lipat dari rata-rata global.

Sebuah penelitian dalam Jurnal Harvard Bussiness School (2009) berjudul Feeling Good about Giving: The Benefits (and cost) of SelfInterested Charitable Behaviour, menyebutkan, dengan berbagi, sesungguhnya kita semakin bahagia.

 
Artinya apa? Di tengah pandemi ini, justru banyak masyarakat ingin membersamai masyarakat lainnya: saling berbagi!
 
 

Semangat berbagi kebahagiaan ini yang terus kami rawat, "23 Tahun Kebersamaan untuk Indonesia".

Dengan semangat kebersamaan, insya Allah bangsa Indonesia kuat melewati pandemi ini. Alhamdulillah, pada masa pandemi ini, Rumah Zakat telah menyalurkan amanah untuk masyarakat terdampak Covid-19.

Kami menyiapkan 19 lumbung pangan untuk ketahanan pangan di masa pandemi. Sebanyak 13.800 paket perlengkapan kesehatan, 1.000 titik sterilisasi fasilitas pubik, 418 ribu masker, 118 ribu paket makanan dan suplemen, hingga 500 ribu paket Superqurban, 1.500 bantuan UMKM, diterima para penerima manfaat melalui 11 ribu relawan inspirasi di 250 kota kabupaten, 34 provinsi seluruh Indonesia, dan kami akan terus membersamai Indonesia.

Momentum kebersamaan

Sahabat, pada usia Rumah Zakat ke-23 ini, kami ingin terus membersamai masyarakat Indonesia. Usia tidak hanya berbicara tentang lamanya kita hadir di dunia, tetapi seberapa banya manfaat yang dapat kami hadirkan untuk kebahagiaan sesama.

Di tengah suasana pandemi, di antara rintihan dan gemerucuk perut di sudut kampung kota, rupanya selalu ada dari kita yang hendak berbagi, membersamai mereka yang sangat membutuhkan.

 
Optimisme di tengah ketidakpastian ini harus terus dipupuk bahwa kita bisa bangkit dari pandemi dan ini momentum kebersamaan. 
 
 

Optimisme di tengah ketidakpastian ini harus terus dipupuk bahwa kita bisa bangkit dari pandemi dan ini momentum kebersamaan. Jadi, kita tak pernah benar-benar sendiri!

Dulu, kita ingat ketika Indonesia baru merdeka. Saat  tidak ada yang ingin mengakui negeri ini, datang seorang utusan Liga Arab, Tuan Abdul Mun’im bertaruh nyawa menembus blokade Belanda terbang dengan pesawat sewaan menuju Yogyakarta hanya ingin menyampaikan pesan: Kita tidak sendiri!

Kita ingin peristiwa itu terulang, bahkan pada masa-masa sulit seperti sekarang. Di usia ke-23 ini, kami haturkan terima kasih kepada ratusan ribu donator, mitra, amil, dan ribuan relawan di seluruh Indonesia, yang terus membersamai Indonesia melewati masa-masa sulitnya

Saat ini, diperlukan semangat kebersamaan untuk menghadapi pandemi. Kebersamaan akan menimbulkan energi besar untuk bangkit,  energi kebahagiaan. Rasa lelah Kang Kamal dan tenaga medis yang terus berjuang menjadi energi tersendiri, kita harus terus bergerak.

Sepenggal 1998, 23 tahun lalu, Rumah Zakat hadir ruang sempit di tengah krisis moneter.

Kini, pada masa-masa sulit pun, kami tetap hadir membersamai masyarakat menghadirkan kebahagiaan untuk 38 juta layanan penerima manfaat melalui program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, hingga program kemanusiaan.

Dalam 23 tahun ini, Rumah Zakat, dengan 54 penghargaan, seperti Baznas Award (2020), Anugerah Syariah Republika (2020), Gifa Awards (2020), Global Good Governance Award (2021), dan lainnya, telah bertransformasi menjadi world digital philantrophy.

Menghadirkan 1,700 desa berdaya, 18 sekolah juara, delapan klinik pratama, memberdayakan 20 persen mustahik yang terbebas dari garis kemiskinan, hingga jutaan donatur dan mitra membersamai masyarakat menghadirkan energi kebahagiaan.

Tentu, ini amanah yang harus kami rawat, sebagaimana Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya yang ingin membahagiakan saudaranya. Semoga, pada usia ke-23, Rumah Zakat semakin bermanfaat untuk kebahagiaan Indonesia hingga dunia. Tahniah!

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat