Kuota mahasiswa masuk perguruan tinggi Islam selalu terpenuhi. | Antara

Laporan Utama

Perguruan Tinggi Keguruan Islam Masih Penuhi Kuota

Kuota mahasiswa masuk perguruan tinggi Islam selalu terpenuhi.

OLEH ANDRIAN SAPUTRA

Para alumni prodi agama harus dibekali dengan ilmu komunikasi dan public relations, sehingga lebih banyak masyarakat yang membutuhkan ilmu mereka dan akan mencari mereka.

Meski tergolong tinggi, peminat universitas Islam negeri (UIN) masih belum menyaingi perguruan tinggi umum. Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama pada 2018 menunjukkan, kebanyakan siswa madrasah aliyah negeri memilih untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi umum. Jumlahnya sekitar 44,6 persen.

Sementara itu, hanya 28,8 persen responden dari MAN menyatakan pilihannya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) Mereka yang memilih PTKIN pun lebih tertarik dengan program studi (prodi) ilmu terapan.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, dari 100.038 pendaftar jalur UMPTKIN, mayoritas memilih program studi (prodi) ekonomi syariah, farmasi, dan teknik informatika. 

Dosen ulumul Quran Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Syahrullah Iskandar mengatakan, sejauh ini animo masyarakat terhadap Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir masih tergolong tinggi. Meski demikian, jika dibandingkan dengan prodi-prodi agama terapan, semisal ekonomi syariah, masih lebih sedikit.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Diktis Kemenag RI (diktis_kemenagri)

Menurut dia, peminat Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir bahkan paling tinggi se-Fakultas Ushuluddin. "Di Fakultas Ushuluddin termasuk prodi favorit, banyak mahasiswa yang milih. Kelasnya juga banyak di antara prodi yang lain. Animo mahasiswa memilih prodi ini masih tinggi, terutama jebolan pesantren MA," kata dia kepada Republika.

Menurut Syahrullah, meski merupakan prodi ilmu pendalaman, animo calon mahasiswa untuk masuk ke Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir masih tinggi. Rata-rata dalam satu angkatan ada sekitar tiga sampai lima kelas dengan tiap kelas diisi sekitar 40 orang.

 
Animo calon mahasiswa untuk masuk ke Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir masih tinggi.
 
 

Dia mengakui, ada banyak kendala yang dihadapi mahasiswa dari latar belakang pendidikan SMA. Kesulitannya yaitu pada mengakses kitab-kitab tafsir maupun ulum Quran karena kurangnya kemampuan dalam berbahasa Arab. Untuk membantu mahasiswa, menurut dia, para dosen sering memberikan referensi panduan dalam bahasa Indonesia ketika mengajar tafsir. 

Meski begitu, menurut dia, mahasiwa sangat ditekankan untuk bisa menguasai kitab-kitab berbahasa Arab. "Kadang kita menemukan mahasiswa yang ada kendala, kita sangat menginginkan mereka saling membantu temannya yang mampu mengakses kitab. Tapi, ada juga yang kemudian mereka bisa karena mengalokasikan waktu untuk belajar bahasa Arab," kata dia. 

Di samping itu, banyak dosen memberikan pendalaman khusus bagi mahasiwa yang belum memahami mata kuliah yang diajarkan. Selain itu, dosen juga memberikan referensi yang dapat diakses dengan mudah.

photo
Fenomenanya banyak santri alumni pondok pesantren yang memilih tidak kuliah di PTKIN. - (Antara)

Syahrullah pun mengungkapkan caranya untuk membuat mahasiswa bergairah dalam mengikuti kelasnya. Menurut dia, yang perlu ditekankan dalam penyajian mata kuliah tafsir dan ilmu Alquran adalah mengontekstualisasikan dan merelasikan materi yang dibahas dengan kekinian. 

Dekan Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yusuf Rahman menegaskan, setiap tahunnya mereka telah menyediakan kuota yang akan diterima beberapa jalur masuk, seperti SPAN PTKIN, UMPTKIN, dan ujian mandiri.

 
Selama ini, kuota yang kita tentukan selalu terpenuhi karena ada tiga jalur ujian masuk.
 
 

Dia juga menekankan bahwa setiap tahunnya, kuota mahasiswa selalu terpenuhi. “Selama ini, kuota yang kita tentukan selalu terpenuhi karena ada tiga jalur ujian masuk tersebut,” ujar dia.

Dia menjelaskan, kuota yang tersedia tahun ini ada 490 kursi. Hal tersebut dihitung berdasarkan rasio dosen-mahasiswa, ruang kelas, dan beban SKS dosen. Adapun prodi yang paling diminati di FU yakni Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir yang setiap tahunnya membuka lima kelas, disusul Prodi Ilmu Hadis yang selalu membuka tiga kelas.

“Untuk meningkatkan animo calon mahasiswa, UIN Jakarta telah menawarkan beasiswa bagi prodi yang ‘layak diminati’,” kata dia. 

“Inilah di antara strategi untuk memotivasi calon mahasiswa memilih Program Studi Akidah dan Filsafat Islam, Studi Agama-Agama, dan Ilmu Tasawuf yang setiap tahunnya hanya membuka dua kelas,” ujar Yusuf kepada Republika

Meski jalur penerimaan prodi agama lebih sedikit dibandingkan dengan prodi umum yang menyediakan lima jalur masuk, kuota masing-masing prodi telah disepakati agar sesuai dengan tenaga pengajar dan jumlah ruang kelas.“Transformasi dari IAIN ke UIN juga masih mewajibkan agar persentase prodi agama masih lebih banyak daripada prodi umum,” sambungnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Diktis Kemenag RI (diktis_kemenagri)

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengatakan, prodi seperti ekonomi syariah dan teknik informatika memiliki prospek masa depan yang menjanjikan. Menurut Anwar, para orang tua sudah berpikir menguliahkan anak agar bisa mendapatkan pekerjaan setelah tamat belajar.

“Oleh karena itu, mereka tentu akan memasukkan anak-anaknya ke prodi-prodi yang kira-kira bisa memberi harapan anaknya nanti akan bisa bekerja,” ujar pengajar Magister Perbankan Syariah UIN Jakarta ini saat dihubungi Republika, Senin (21/6). 

photo
Suasana di salah satu perguruan tinggi keagamaan Islam negeri. - (Antara)

Untuk mengatasi ketimpangan, setiap prodi harus dapat menciptakan lulusan yang berkualitas, bukan hanya menguasai teori, melainkan juga praktik. Masing-masing prodi, kata dia, juga perlu melakukan evaluasi kurikulum dan menyempurnakannya agar tidak ada lagi kegamangan bagi para alumni dalam menghadapi kehidupan setelah lulus. 

Dibandingkan dengan prodi-prodi lain, jurusan ilmu agama murni mungkin menjadi salah satu yang sepi peminat, terlebih setelah banyak institut agama Islam negeri (IAIN) dikonversi menjadi universitas Islam negeri (UIN). Berbeda dengan citra IAIN yang menonjolkan prodi ilmu-ilmu agama, UIN lebih dikenal dengan prodi umum atau Islam terapan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Diktis Kemenag RI (diktis_kemenagri)

“Padahal, ilmu agama murni Itu ilmu yang sangat dibutuhkan oleh umat. Oleh karena itu, mungkin para alumni prodi agama harus dibekali dengan ilmu komunikasi dan public relations sehingga lebih banyak masyarakat yang membutuhkan ilmu mereka dan akan mencari mereka,” ujar Anwar Abbas. 

Pengamat ekonomi Islam Irfan S Beik mengatakan, UIN masih memiliki masa depan yang cerah, terlebih jika kualitas pendidikannya terus ditingkatkan. Tujuannya agar dapat mencetak lebih banyak lagi sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. 

Upaya yang dapat dilakukan, kata Irfan, adalah menjadikan prodi-prodi agama ini relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan yang dihadapi ke depannya. Kampus, kata dia, juga perlu untuk tetap mendorong penguatan inovasi yang mampu menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat. 

“Selain itu, komunikasi publik yang efektif perlu untuk dikembangkan sebagai bagian dari sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya jurusan agama yang diampu oleh kampus,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat