Suasana bongkar muat di Pebuhan Soekarno Hatta Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (6/5/2021). | ARNAS PADDA/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Kinerja Dagang Dorong Pemulihan Ekonomi

Surplus neraca dagang memberikan sentimen positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

JAKARTA -- Surplus neraca perdagangan yang terjadi selama April dan Mei 2021 menjadi sinyal pemulihan ekonomi terus berlanjut. Ekonomi Indonesia pun diyakini bisa kembali ke zona positif pada kuartal II (April-Juni) tahun ini. 

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), surplus dagang pada April tercatat sebesar 2,29 miliar dolar AS. Sedangkan pada Mei mencapai 2,36 miliar dolar AS.

"Kalau performa ekspor dan impor bagus, tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Lalu, kalau konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta investasi (positif) maka pertumbuhan ekonomi kuartal II akan masuk ke zona positif," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers kinerja ekspor-impor Mei 2021, di Jakarta, Selasa (15/6).

Suhariyanto memaparkan, nilai ekspor Mei mencapai 16,6 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan 58,7 persen dibandingkan Mei 2020 (year on year/yoy). Adapun sepanjang Januari-Mei 2021, nilai ekspor naik 30,5 persen menjadi 83,9 miliar dolar AS (yoy). 

Dalam lima bulan terakhir, kenaikan ekspor terjadi di sektor migas, pertanian, industri, dan tambang. "Ini menunjukkan geliat industri manufaktur di Indonesia bergerak bagus," katanya. 

Menggeliatnya industri manufaktur juga didukung dengan angka Purchasing Manager's Index (PMI) IHS Markit yang mencapai 55,5 poin. Artinya, kata dia, industri manufaktur dalam negeri berada dalam level ekspansi. 

Nilai impor Mei juga mengalami kenaikan. Pertumbuhannya mencapai 68,68 persen menjadi 14,23 miliar dolar AS, naik 68,68 persen. Secara kumulatif pada Januari-Mei 2021, impor tercatat 73,82 miliar dolar AS atau tumbuh 22,74 persen (yoy). 

Suhariyanto secara khusus menggarisbawahi adanya kenaikan impor bahan baku yang menunjukkan pergerakan industri dalam negeri untuk berproduksi. Pada Mei lalu, impor bahan baku mencapai 10,94 miliar dolar AS, tumbuh 79,11 persen (yoy). Adapun secara kumulatif, impor bahan baku mencapai 56,06 miliar dolar AS, naik 24,14 persen dari periode sama tahun lalu.

"Kenaikan ekspor dan impor ini akan memberikan kontribusi positif. Kita semua berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tinggi sehingga kita akan meninggalkan zona kontraksi," ujarnya.

Hingga kuartal I 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi hingga minus 0,74 persen. Kontraksi tersebut melanjutkan tren pertumbuhan negatif yang mulai terjadi sejak kuartal II 2020 lalu akibat hantaman pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

photo
Perkembangan ekspor-impor Indonesia, Mei 2021 - (bps.go.id)

Meskipun neraca dagang telah mengalami surplus dalam tiga belas bulan terakhir, BPS mengingatkan pemerintah dan pemangku kepentingan tetap mewaspadai dampak pandemi Covid-19.  "Sebab, masih ada risiko besar yang membayangi perekonomian Indonesia dan negara lain karena pandemi," kata Suhariyanto. 

Suhariyanto mengatakan, angka penularan Covid-19 dalam sepekan terakhir cukup tinggi. Di India, melonjaknya kasus Covid-19 berujung pada menurunnya geliat industri. Hal itu pun tecermin dari kinerja ekspor Indonesia ke India yang turun 290 juta dolar AS, penurunan terbesar ketiga setelah Korea Selatan dan Jepang. 

Oleh karena itu, Suhariyanto berharap program vaksinasi berjalan lancar dan masyarakat semakin patuh terhadap protokol kesehatan. Jika dua hal itu bisa dilakukan dengan baik, maka dapat menumbuhkan keyakinan dunia usaha. 

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kinerja surplus dagang pada Mei 2021 bakal memberikan dorongan bagi pemulihan perekonomian kuartal kedua. Hal itu diharapkan mampu mendongkrak laju pertumbuhan sehingga kembali pada zona positif.

"Saya kira proporsi ekspor impor relatif kecil, tapi jika dilihat impor bahan baku pada April dan Mei, itu sudah mengalami peningkatan. Tentu ini nanti akan sejalan dengan ekspornya dan terlihat dalam produk domestik bruto (PDB)," kata Yusuf kepada Republika, Selasa (15/6).

photo
Perkembangan ekspor-impor Indonesia, Mei 2021 - (bps.go.id)

Neraca dagang Mei memang mengalami surplus, namun nilai ekspor dan impor turun dibandingkan Juni. Yusuf mengatakan, penurunan tersebut memang lebih dikarenakan pola musiman karena hal ini terjadi pula pada tahun-tahun sebelumnya. 

Kendati demikian, ia melihat adanya geliat industri dari data ekspor pertambangan yang sebesar 2,59 miliar dolar AS atau tumbuh 14,29 persen di saat sektor lainnya turun. Menurutnya, kenaikan itu salah satunya didukung kenaikan harga batu bara yang sedang tinggi diikuti permintaan yang juga tinggi. 

Menurut dia, hal itu menjadi dorongan positif bagi kinerja ekspor nasional dan membantu pemulihan ekonomi. Adapun dari sisi impor, Yusuf menggarisbawahi impor bahan baku sebesar 10,94 miliar dolar AS. Meski secara bulanan turun 11,6 persen, namun dibanding bulan yang sama tahun lalu, nilai impor bahan baku tembus hingga 79,11 persen. Hal itu menunjukkan adanya kenaikan signifikan dari kegiatan produksi industri.

 
Besar kemungkinan dalam kuartal kedua dengan beragam indikator sangat berpotensi pertumbuhan berada di level yang positif.
 
 

"Kami melihat meskipun dinamikanya masih berpotensi berubah, tapi besar kemungkinan dalam kuartal kedua dengan beragam indikator sangat berpotensi pertumbuhan berada di level yang positif," kata dia.

Deputi Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, pertumbuhan negatif secara bulanan pada Mei lebih disebabkan faktor musiman. Sebab, pada April atau sebulan menjelang Lebaran,  permintaan di dalam negeri meningkat. Selain itu hari kerja juga lebih sedikit karena libur Lebaran dan libur lainnya.

Meski demikian, surplus tetap dicapai dan merupakan yang ketigabelas kalinya secara berturut-turut sejak tahun lalu. "Dengan surplus yg semakin besar, berarti angka permintaan secara agregat meningkat secara konsisten. Ini akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional yang mana pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II di atas 7 persen," kata Iskandar. 

photo
Kereta api pengangkut semen melintas di kawasan pabrik PT Semen Padang, Indarung, Padang, Sumatra Barat, Selasa (1/6/2021). Berdasarkan data PT Semen Padang, ekspor semen dan klinker ke Bangladesh dan Sri Lanka meningkat 30,5 persen pada April 2021, yakni 208.860 metric ton (MT) dibandingkan periode yang sama 2020 yang hanya 160.006 MT. - (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Disambut investor

Surplus neraca dagang memberikan sentimen positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada Selasa (15/6), IHSG menguat tipis sebesar 0,14 persen ke level 6.089,03. 

IHSG mendapat dorongan dari sektor industri dasar, teknologi, kesehatan, infrastruktur yang bergerak positif dan mendominasi penguatan kali ini. Sementara itu, investor asing membukukan pembelian bersih Rp 239 miliar. 

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan, pergerakan IHSG mendapat pengaruh dari sentimen dalam negeri. "Rilis neraca perdagangan yang mencatatkan surplus membawa IHSG ditutup pada zona hijau," katanya. 

Menurut dia, kinerja ekspor Mei ditopang naiknya permintaan terhadap produk komoditas dari negara mitra dagang seiring dengan naiknya harga komoditas. Di sisi lain, kenaikan impor diiringi dengan naiknya impor bahan baku penolong sebesar 79,1 persen, sedangkan barang modal mengalami kenaikan sebesar 35 persen. 

"Hal ini mengindikasikan adanya kenaikan produktivitas dari dalam negeri dimana tren ekspansi pada sektor riil menjadi indikasi terhadap membaiknya produksi dalam negeri," kata Nico.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat