Kerabat dan relawan menghadiri kremasi korban Covid-19 di Srinagar, India, Selasa (25/5/2021). | AP/Dar Yasin

Internasional

India Ungkap Lonjakan Kematian Akibat Covid-19

Sebuah analisis memperkirakan kematian akibat Covid-19 di India hingga 1,6 juta orang.

NEW DELHI – India melaporkan 6.148 kematian akibat Covid-19 dalam 24 jam, Kamis (10/6). Dalam kurun waktu yang sama, negeri itu juga mencatatkan 94.052 kasus harian baru sehingga total angka kasus telah melampaui 29,2 juta.

Angka itu menunjukkan lonjakan setelah ditemukan ribuan kasus yang tidak dicatat resmi di Negara Bagian Bihar, India. Pada Rabu (9/6), Bihar merevisi jumlah kematian pada Mei dari sekitar 5.400 menjadi lebih dari 9.400 orang.

Temuan itu mengundang kecurigaan bahwa angka kematian akibat Covid-19 di India jauh lebih banyak dari angka resmi. Seorang sumber yang dikutip Reuters mengatakan, penyelidikan sedang dilakukan.

“Kematian tersebut terjadi 15 hari yang lalu dan baru diunggah ke portal pemerintah sekarang,” kata sang sumber yang tidak bersedia disebut namanya.

Gelombang kedua Covid-19 di India mencapai puncaknya pada April dan Mei. Saat itu rumah sakit kewalahan menampung pasien dan terjadi kelangkaan oksigen.

 

Banyak warga dilaporkan meninggal di lahan parkir rumah sakit dan di rumah mereka. Sementara pusat kremasi pun kewalahan mengurus jenazah Covid-19. Para ahli kesehatan yakin bahwa angka kasus dan kematian sebenarnya lima hingga 10 kali lipat dari data resmi.

Berdasarkan analisis The New York Times, diperkirakan jumlah kematian sesungguhnya antara 600 ribu hingga 1,6 juta orang. Sedangkan data resmi Kementerian Kesehatan India menunjukkan angka kematian sebanyak 359.676 orang.

“Kasus yang tidak dilaporkan memang menjadi masalah luas, bukan semata karena kesengajaan, namun karena tidak tahu,” kata Rajib Dasgupta, kepala Centre of Social Medicine and Community Health di Jawaharlal Nehru University.

Dalam perkembangan berbeda, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Dr Hans Kluge mengingatkan Eropa agar mewaspadai Covid-19 varian India atau yang kini disebut varian delta. Peringatan tersebut disampaikan menjelang pembukaan 36 dari 53 negara Eropa, setelah kasus Covid-19 melandai.  

“Kita sudah pernah mengalaminya,” kata Kluge, Kamis, mengingatkan gelombang Covid-19 sebelumnya.

  

photo
Petugas kesehatan mengambil sampel untuk pemeriksaan Covid-19 di Srinagar, Kashmir, Selasa (25/5/2021). - (AP/Dar Yasin)

Sambutan Asia

Asia menyambut rencana Amerika Serikat (AS) untuk menyumbangkan 500 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Pfizer & BioNtech. Profesor Jaehun Jung dari Gachon University College of Medicine di Korea Selatan, menyebut sumbangan ini menjadi titik balik dalam pandemi.

Namun, ia mengingatkan bahwa penyimpanan vaksin tersebut pada suhu ultradingin menjadi tantangan tersendiri. Jaehun menyerukan agar AS dan produsen obat juga membantu negara tujuan donasi untuk mengatasi masalah ini.

AS kemungkinan akan mendistribusikan 200 juta dosis tahun ini dan 300 juta lagi pada paruh pertama tahun depan ke 92 negara berpenghasilan rendah dan Uni Afrika. Donasi akan melalui program vaksin COVAX yang mendistribusikan dosis vaksin Covid-19 ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Program ini dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI).

Presiden AS Joe Biden dijadwalkan mengumumkan kesepakatan tersebut pada Kamis dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)  Kelompok Tujuh (G-7) di Inggris. Kesepakatan itu dinegosiasikan selama empat minggu terakhir oleh koordinator respons Covid-19 Gedung Putih, Jeff Zients, dan tim gugus tugas virus korona.

Gedung Putih awal tahun ini juga menjanjikan 4 miliar dolar AS kepada COVAX dan mendesak negara-negara lain untuk meningkatkan donasi mereka. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat