
Khazanah
DMI: Paduan Suara di Dalam Masjid tak Lazim
Area utama masjid biasanya hanya digunakan untuk doa dan zikir.
JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) pusat memberikan tanggapan soal video paduan suara di dalam Masjid Istiqlal yang viral di media sosial. Sekretaris Jenderal DMI Imam Addaruquthni menyampaikan, pihak Masjid Istiqlal perlu menyampaikan penjelasan terkait hal itu.
"Saya tidak tahu peristiwa persisnya seperti apa. Tetapi, ada baiknya Istiqlal menyampaikan penjelasan secara umum karena masyarakat banyak yang bertanya," kata Imam kepada Republika, Selasa (18/5).
Menurut dia, melaksanakan kegiatan paduan suara di dalam masjid, terlebih di ruang utama shalat, memang tidak lazim. Sebab, biasanya, dia menjelaskan, acara-acara musik di masjid digelar di selasarnya, bukan di ruang dalam. Itupun hanya genre-genre tertentu, seperti musik gambus, nasyid, dan hadrah.
"Dalam konteks ini, yang dimaksud tidak lazim adalah karena belum menjadi budaya. Misalnya, musik hadrah atau gambus, saya kira mungkin berlangsung seperti biasa di masjid-masjid kita, tetapi mungkin tidak biasa jika berlangsung di masjid-masjid di luar Indonesia," tutur dia.
Karena sifat kebaruannya itulah, menurut Imam, kegiatan paduan suara di dalam Masjid Istiqlal menimbulkan banyak pertanyaan dan kehebohan di masyarakat, terutama umat Islam. "Dan saya kira, nanti akan ada penjelasan yang disampaikan pihak Istiqlal," katanya.
Meski begitu, Imam mengingatkan, masjid adalah tempat bagi orang-orang untuk melaksanakan ibadah secara khidmat dan khusyuk. Kegiatan paduan suara tentu berbeda dengan kajian ilmu yang biasa berlangsung di dalam masjid. Kajian bisa tetap berlangsung di dalam masjid meski di sekitarnya ada yang melaksanakan shalat atau ibadah lainnya.
"Karena memang perintah menuntut ilmu itu nyata, dan itu biasa dilakukan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan juga di masjid-masjid lain," katanya.
Ia juga menjelaskan, kegiatan musik yang tidak boleh itu seperti musik rock dan nyanyian-nyanyian yang biasa dilakukan di rumah ibadah agama lain. Dia menambahkan, orang yang masuk masjid dengan niat ibadah, yang dibutuhkan adalah keheningan.
“Tetapi, ibadah yang lain seperti diskusi atau kajian itu bisa berlangsung di samping orang yang shalat. Tetapi, tidak boleh membuat kegaduhan, dan itu berbeda dengan paduan suara," ucapnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Klarifikasi Wagub DKI Jakarta
Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, menyampaikan permohonan maaf atas nama Pemprov DKI Jakarta terkait video lagu Lebaran dan lantunan Asmaul Husna yang berlokasi di lingkungan Masjid Istiqlal. Riza mengatakan, tidak ada maksud apa pun dalam pembuatan video paduan suara oleh Jakarta Youth Choir (JYC) tersebut.
"Tidak ada maksud apa pun dari adik-adik kita di JYC dalam pembuatan video tersebut, selain untuk turut menyemarakkan kegembiraan suasana Lebaran dengan semangat Jakarta sebagai kota kolaborasi," kata Riza dalam rekaman video yang diunggah di kanal Youtube resminya, Selasa (18/5).
Riza juga menjelaskan, video tersebut merupakan karya Jakarta Youth Choir (JYC), sebuah paduan suara binaan Dinas Pemuda dan Olahraga Pemprov DKI Jakarta yang punya banyak prestasi di dalam dan luar negeri. Lebih lanjut, Riza menjelaskan, kedua video itu diunggah di akun resmi Pemprov DKI Jakarta yakni @dkijakarta dan diunggah ulang oleh tim Riza di akun Instagram-nya @ArizaPatria.
"Namun, postingan di akun Pemprov DKI bukan atas perintah Gubernur maupun Wakil Gubernur sebagaimana pemberitaan yang beredar. Video tersebut kemudian diunggah ulang oleh tim saya di akun Instagram @ArizaPatria dan kemudian saya minta untuk dihapus," ujar dia.
View this post on Instagram
Karena viralnya video tersebut, Riza atas nama Pemprov DKI memohon maaf pada warga yang merasa tidak nyaman atas keberadaan video lagu Lebaran dan lagu Asmaul Husna di luar dan di lingkungan Masjid Istiqlal. "Ini menjadi pelajaran berharga bagi kami, agar lebih berhati-hati. Terima kasih atas saran dan masukannya kepada kami selama ini," kata Riza.
Sebelumnya, sebuah video viral memperlihatkan sekelompok paduan suara menyanyikan Asmaul Husna di dalam Masjid Istiqlal Jakarta yang diunggah di akun resmi Pemprov DKI Jakarta @dkijakarta dan diunggah ulang di akun Instagram wakil gubernur DKI Jakarta @ArizaPatria. Tak lama kemudian, unggahan tersebut dihapus setelah mendapat protes dari warganet.
Dalam video itu terlihat kelompok paduan suara tersebut mengenakan pakaian serbaputih. Mereka bernyanyi Asmaul Husna dipandu oleh seorang pria yang kemudian mendapat reaksi keras beberapa warganet, salah satunya dari Habib Abubakar Assegaf.
Beredarnya video itu dinilai meresahkan umat Islam sehingga meminta penjelasan Gubernur DKI Anies Baswedan, Wagub DKI Ahmad Riza Patria, dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Protes juga datang dari Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) DKI Jakarta, Ma'mun Al-Ayyubi. Dia menyayangkan adanya grup paduan suara yang bernyanyi di dalam Masjid Istiqlal. Menurutnya, masjid adalah rumah Allah yang dimuliakan.
Ditambah lagi grup paduan suara tersebut terdiri atas laki-laki dan perempuan serta banyak di antaranya tidak menggunakan jilbab. "Kalau memang kenyataannya seperti itu kami sangat menyesalkan dan busananya tidak sesuai dengan syariat Islam," kata Ma'mun.
Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta melalui Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spiritual Sekretariat Daerah, Muhammad Zen, menjelaskan, konten tersebut rencananya ditayangkan pada momen Lebaran untuk memeriahkan Idul Fitri secara virtual. Ada dua video yang dibuat, yang pertama melantunkan Asmaul Husna dan kedua menyanyikan lagu Lebaran karya Ismail Marzuki.
Zen juga menegaskan, saat merekam gambar tersebut, tidak ada suara nyanyian atau iringan musik yang dilakukan. Karena, nyanyian tersebut telah direkam sebelumnya di studio dan pada pelaksanaannya, ada improvisasi dan inisiatif JYC yang kurang didasari pengetahuan, serta kurangnya pengawasan, sehingga melakukan pengambilan gambar di dalam masjid.
"JYC mengakui memiliki pengetahuan yang kurang perihal ini, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat, terutama umat Islam. Karena itu, JYC meminta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh umat Islam," kata Zen, Selasa.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.