Gambaran kremasi massal di lahan kremasi di New Delhi, India, 29 April 2021. | EPA-EFE/IDREES MOHAMMED

Internasional

IHME: 6,9 Juta Kematian Akibat Covid-19

Angka sesungguhnya lebih dua kali lipat dari data resmi.

WASHINGTON – Kematian akibat pandemi Covid-19 nyaris menyentuh angka 6,9 juta jiwa secara global. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menyebutkan, angka ini lebih dua kali lipat dari angka resmi.  

Perhitungan itu adalah analisis IHME di University of Washington, DC, Amerika Serikat (AS), Kamis (6/5). Banyak kematian tak tercatat di sebagian besar negara dunia. Selama ini, kematian yang dicatat umumnya mereka yang terjadi di rumah sakit atau pasien yang dikonfirmasi terinfeksi virus korona.

Menurut IHME, tingkat mortalitas suatu negara amat terkait dengan tingkat tes Covid-19. “Jika kita tidak banyak melakukan tes, besar kemungkinan kita akan luput data kematian akibat Covid-19,” ujar Christopher Murray, direktur IHME, kepada para wartawan, yang dikutip laman Aljazirah, Jumat (7/5).

Saat ini data Johns Hopkins University menyebutkan, ada lebih dari 156 juta kasus secara global dan sekurangnya 3,25 juta kematian. AS ada di peringkat pertama dengan lebih dari 32,61 juta kasus, lalu India yang menghadapi lebih dari 21,49 juta kasus.

IHME adalah organisasi riset independen yang menyajikan perhitungan-perhitungan untuk isu kesehatan dunia. Laporannya juga dipantau oleh para petinggi kesehatan masyarakat.

Hak paten vaksin

Dalam perkembangan berbeda, Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, menyambut isyarat AS menyampingkan sementara hak paten vaksin Covid-19. Langkah tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan kapasitas produksi vaksin guna melawan pandemi.  

“Kita perlu segera merespons Covid-19 karena dunia sedang menyaksikan, dan orang-orang sekarat,” kata Ngozi dalam sebuah pernyataan pada Kamis (6/5), dikutip laman nadolu Agency.  

Proposal untuk menyampingkan sementara atas kesepakatan Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) telah diajukan di WTO tahun lalu oleh India dan Afrika Selatan. Sebanyak 60 negara turut mensponsori proposal tersebut.  

“Saya senang para pendukung sedang mempersiapkan revisi proposal mereka, dan saya mendorong mereka untuk meletakkan ini di atas meja secepat mungkin sehingga negosiasi berbasis teks dapat dimulai. Hanya dengan duduk bersama kita akan menemukan jalan pragmatis ke depan, dapat diterima oleh semua anggota,” kata Ngozi.  

Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS, Katherine Tai mengungkapkan, pemerintahan Presiden Joe Biden sangat mendukung perlindungan hak kekayaan intelektual. Namun, mengingat saat ini pandemi masih berlangsung, Washington mendukung pencabutan paten vaksin Covid-19. Hal tersebut menjadi bagian dari upaya mengakhiri pandemi.  

"Kami akan secara aktif berpartisipasi dalam negosiasi berbasis teks di WTO, yang diperlukan untuk mewujudkannya. Negosiasi tersebut akan memakan waktu, mengingat sifat lembaga yang berbasis konsensus dan kompleksitas masalah yang terlibat,” kata Kathrine pada Rabu (5/5).  

Namun, setelah pengumuman tersebut, saham perusahaan farmasi yang memproduksi vaksin Covid-19 dan disetujui di AS, yakni Moderna, Pfizer, BioNTech, serta Johnson & Johnson, merosot tajam. Kelompok perdagangan Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (PhRMA) dengan cepat mengkritik dan memprotes pengumuman pemerintahan Biden.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat