Shalat merupakan jalan menuju takwa | ANTARA FOTO / Akbar Tado

Cahaya Ramadhan

Menjadi Insan Bertakwa

Takwa adalah satu proses yang waktunya panjang, bahkan bisa seumur hidup.

OLEH ALI YUSUF

Di balik ujian menahan lapar dan haus, shaum Ramadhan punya tujuan yang sangat penting. Yakni, mencetak insan yang bertakwa. Lantas, seperti apa insan bertakwa itu?

Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Habib Nabiel Almusawa menjelaskan, ciri-ciri insan yang bertakwa telah disebutkan Allah dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 197. “Jadi, kata Allah SWT (dalam surah tersebut), berbekallah kalian semua di dunia. Maka sebaik-baik bekal kalian di dunia ini adalah takwa," kata Habib Nabiel kepada Republika, belum lama ini.

Pimpinan Majelis Rasulullah ini melanjutkan, takwa juga diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari Muslim bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda. "Yang namanya takwa itu ada di dalam dada."

Jadi, Habib Nabiel menegaskan, takwa itu tidak mesti kelihatan. “Artinya, kelihatan itu maksud saya ditonjolkan-tonjolkan, disombong-sombongkan, tidak bisa seperti itu. Jadi, takwa itu dalam hati," ujar dia. 

Selain Alquran dan hadis, para sahabat juga mendefinisikan tentang takwa. Suatu ketika Sayyidina Umar bin Khattab RA bertanya kepada Ibnu Mas'ud RA, salah satu sahabat yang termasuk tujuh orang yang paling ahli di dalam Alquran. "Wahai Ibnu Mas'ud, menurut kamu apa sih takwa itu?” Lalu, Ibnu Mas'ud menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau pernah melewati satu jalan yang penuh dengan semak berduri?” 

Lalu, Sayidina Umar bin Khattab menjawab, "Pernah". Kemudian, Ibnu Mas'ud bertanya lagi, “Apa yang kamu lakukan di tempat yang penuh dengan semak berduri itu sementara kamu harus melewatinya?” 

Mendengar pertanyaan itu, Sayidina Umar bin Khattab lalu menjawab lagi, “Saya bersungguh-sungguh.” Lalu, Ibnu Mas'ud berkata, "Itulah yang disebut takwa."

Jadi, kata Habib Nabiel, takwa itu bukan satu proses yang langsung berakhir, waktunya panjang, bisa sampai seumur hidup. Takwa itu adalah bersungguh-sungguh dalam setiap waktu dan setiap harinya dalam menjalankan ibadah.

"Dan juga berhati-hati terhadap maksiat. Menjauhi maksiat dengan sungguh-sungguh. Karena kalau dia meleng sedikit akan tertusuk. Itu definisi menurut Sayidina Umar Ibnu Khattab dan Ibnu Mas'ud," katanya.

Sayidina Ali bin Abi Thalib juga punya definisi tentang takwa. Saat menjadi khalifah, dia pernah ditanya, “Waha Amirul Mukminin, apa yang dimaksud dengan takwa?” 

Menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib, "Takwa itu adalah kalaupun dikasih sedikit sama Allah ridha, kalaupun kita itu miskin tetap ridha, kalaupun dikasih banyak ujian kita tetap ridha, kalaupun kita dikasih kesusahan demi kesusahan tetap ridha. Itu namanya orang takwa."

Kemudian, definisi takwa yang kedua menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah rasa takut yang luar biasa kepada Allah, di manapun berada. Takut kepada Allah dalam setiap keadaan, baik susah maupun senang.

"Sementara, definisi ketiga kata Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah mengamalkan apa yang diturunkan dari Allah, yaitu Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW," katanya.

Habib Nabiel menegaskan, sangat disayangkan orang yang mengaku beriman, tetapi dia tidak mengamalkan apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. 

Masih ada satu lagi definisi takwa menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib, yakni senantiasa bersungguh-sungguh mempersiapkan diri bertemu dengan Allah SWT. "Artinya, menunggu hari-hari bertemu dengan Allah. Jadi, dia mempersiapkan diri jangan sampai meninggal dalam keadaan su'ul khatimah," kata Habib Nabiel.

Sementara, Wakil Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) KH Jeje Zaenuddin menyampaikan, ciri-ciri ketakwaan telah diterangkan di dalam Alquran. Di antaranya, ringan bersedekah dalam setiap keadaan, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, juga mampu mengendalikan emosi, serta pemaaf terhadap kesalahan sesama manusia.

Kemudian, Kiai Jeje melanjutkan, berdasarkan Alquran surah Ali Imran ayat 134-135, orang yang bertakwa adalah mereka yang jika melakukan kesalahan atau berbuat zalim akan segera ingat kepada Allah dan memohon ampunan atas dosa mereka.  

“Mereka tidak terus-menerus dalam perbuatan salah setelah mereka mengetahui,” katanya. 

Jika ditransformasikan ke dalam konteks kehidupan kita sekarang ini, yakni dalam menghadapi pandemi Covid-19, menurut Kiai Jeje, ketakwaan itu termanifestasikan dalam sikap waspada dari perbuatan-perbuatan yang dapat mencelakakan dirinya dan orang lain.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.