Ilustrasi Muslim Rohingya. | ANTARA FOTO/RAHMAD

Cahaya Ramadhan

Muslim Rohingya Jalani Ramadhan di Tengah Kesunyian

Muslim Rohingya menjalani kekhusyuan Ramadhan dalam kondisi penuh keterbatasan.

OLEH DEA ALVI SORAYA 

Lebih dari 18.500 pengungsi Rohingya dipindahkan ke Bhashan Char, pulau terpencil di Teluk Benggala. Awalnya, mereka menempati kamp-kamp sesak di Cox’s Bazar yang disediakan otoritas Bangladesh. 

Lokasi pulau di pelosok membuat pengungsi Muslim menjalani Ramadhan di tengah kesunyian. Sejak Desember tahun lalu, ada kritik dari kelompok hak asasi manusia (HAM) dan Badan Pengungsi PBB atas kerentanan pulau tersebut terhadap cuaca buruk dan banjir.

Namun, Bangladesh terus meyakinkan bahwa mereka telah membangun unit perumahan dan infrastruktur di pulau itu untuk 100 ribu pengungsi untuk menghilangkan kesesakkan dari Cox's Bazar yang telah menampung lebih dari 1,1 juta Rohingya.

Pihak berwenang dalam banyak kesempatan juga menekankan relokasi tersebut bersifat sukarela dan Rohingya dengan senang hati memulai kehidupan baru mereka di pulau itu. Namun, beberapa dari mereka mengakui kehilangan kebersamaan yang mereka dapat di kamp sebelumnya, terutama saat Ramadhan yang secara tradisional merupakan waktu untuk komunitas.

“Di sini, saya merasa sangat kesepian karena saudara, orang tua, dan sebagian besar kerabat saya tinggal di Cox's Bazar. Selama Ramadhan tahun lalu, kami semua berkumpul dan mengadakan pertemuan keluarga yang tak terlupakan,” kata Mohammad Alam, seorang pengungsi Rohingya berusia 37 tahun dikutip dari Arab News, Selasa (4/5).

Sekarang, Alam berusaha menjaga komunikasi dengan anggota keluarga melalui ponsel. Namun, dia tidak yakin, kapan bisa bertemu mereka lagi. 

Ramadhan adalah bulan sangat istimewa bagi Muslim. Semua orang tentu senang tinggal bersama dengan teman dan keluarga selama bulan suci ini.

Khaleda Begum, seorang ibu berusia 20 tahun dengan tiga anak, merasa hari-hari Ramadhan-nya lebih sulit di Bhashan Char dibandingkan di Cox's Bazar. “Saya dulu bekerja sebagai sukarelawan di sebuah LSM di Cox's Bazar dan saya menerima 150 dolar AS sebagai gaji bulanan. Selain bantuan kemanusiaan, saya bisa memberikan makanan bergizi kepada keluarga dengan uang yang saya peroleh,” kata dia. 

Di Bhashan Char, dia tidak memiliki penghasilan. Khaleda dan keluarganya kini hanya bergantung pada bantuan dari lembaga kemanusiaan, mulai dari bahan pokok, seperti beras, minyak, hingga bumbu masakan. Dia bercerita, ada masa ketika anak-anaknya meminta makanan lain yang tidak diberikan dalam bantuan, seperti ikan dan ayam. 

“Jadi, terkadang saya menjual sebagian bantuan saya ke pasar lokal dan mencoba membeli ikan yang juga langka,” kata Begum.

Menurut Mohammad Asad, 37 tahun, yang pindah ke Bhasan Char bersama delapan anggota keluarganya, penyediaan makanan sehat menjadi perhatian besar baginya pada Ramadhan ini. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya saat pasokan bantuan sangat mencukupi, kini keluarganya mendapatkan kesulitan untuk menghemat persediaan makanan karena jumlah bantuan yang lebih sedikit. 

“Kami tidak diperbolehkan pindah terlalu jauh dari tempat tinggal kami karena ini sebuah pulau, maka ruang juga tidak cukup. Jadi, kami hampir terkurung dalam area tertentu,” kata Asad.

Dengan bantuan dari LSM, seperti Islamic Relief Bangladesh, Human Appeal, Bangladesh Red Crescent Society, dan Qatar Charity, pemerintah setempat menghadirkan paket makanan Ramadhan khusus untuk para pengungsi di Bhashan Char.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Human Appeal (humanappeal)

“Kami memiliki data semua keluarga yang tinggal di sini dan masing-masing keluarga menerima paket khusus Ramadhan,” kata Mohammad Khalilur Rahman Khan dari Komisi Bantuan dan Pemulangan Pengungsi yang bertanggung jawab atas kamp pulau itu.

“Kami juga sedang mempertimbangkan kado istimewa pada kesempatan Idul Fitri untuk Rohingya di pulau itu,” ujarnya.

Tidak hanya Rohingya di Bangladesh, komunitas tersebut yang berada di negara lain juga mendapat bantuan. Salah satunya, Kedutaan Kuwait di Malaysia yang membagikan 1.100 paket makanan kepada pengungsi Rohingya. Kegiatan ini sebagai bagian dari kampanye kemanusiaan selama Ramadhan yang bekerja sama dengan Sekretariat Jendral Awqaf Kuwait. 

Duta Besar Kuwait di Kuala Lumpur Hamad Burhama menjelaskan, paket makanan yang terdiri atas beras, tepung, dan gula itu merupakan bantuan yang diberikan oleh badan amal dan organisasi Kuwait kepada pengungsi Rohingya di Malaysia. Proyek tersebut menargetkan keluarga miskin dan membutuhkan, yatim piatu, serta pengungsi di Malaysia.

Direktur Akademi Dar Al Ihsan untuk Rohingya Mohammad Siddiq menyebut, ada lebih dari 4.000 penerima manfaat melalui proyek ini. Dia berharap, bantuan Kuwait untuk pengungsi Rohingya akan terus berlanjut, baik di Malaysia, Bangladesh, atau Myanmar.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.