Ilustrasi seorang Muslim meningkatkan ibadah untuk menggapai lailatul qadar pada Ramadhan. | EPA-EFE/BILAWAL ARBAB

Cahaya Ramadhan

Menjemput Lailatul Qadar

Jika tak dapat dilakukan di masjid, ibadah meraih lailatul qadar bisa dilakukan di rumah.

OLEH RATNA AJENG TEJOMUKTI 

Ramadhan 1442 Hijriyah hampir mencapai titik akhir. Ibarat sebuah pertandingan, inilah babak-babak yang paling menentukan. Apalagi, pada 10 hari terakhir bulan suci ini, terdapat satu malam yang derajatnya lebih baik dari seribu bulan. Dialah malam Qadar atau Lailatul Qadar.

Maka, sangat bisa dipahami bila pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, kaum Muslimin berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya. Harapannya, malam seribu bulan itu dapat diraih.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam Ustaz Arif Zamhari menjelaskan, Lailatul Qadar memiliki banyak makna. Salah satunya, Lailatul Qadar berarti penentuan, karena malam itu Allah SWT menentukan segala sesuatu untuk tahun itu, baik hal-hal yang terkait dengan kebaikan maupun keburukan, termasuk urusan pengaturan rezeki dan keberkahan.

Lailatul Qadar, dia melanjutkan, memiliki banyak keutamaan. Namun, ia mengingatkan, memahami Lailatul Qadar tidak boleh memakai akal karena peristiwa yang terjadi adalah sesuatu yang jauh dari jangkauan manusia.

Namun, Allah mengizinkan untuk diketahui manusia sehingga Dia menjelaskannya dalam Alquran surah al-Qadr ayat 1-3: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."

Jadi, malam Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. “Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar adalah orang yang  mendapatkan pahala seperti sedang beribadah selama seribu bulan,” kata ulama yang akrab disapa Gus Arif ini.

Keutamaan lain dari Lailatul Qadar adalah malam di mana malaikat turun ke bumi. Hal itu disebutkan dalam Alquran surah al-Qadr ayat 4: “Pada malam itu turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.”

Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat. Karena itu, ketika malaikat turun, tentu akan mendorong manusia untuk terus berbuat baik. Maka, menurut Gus Arif, orang yang mendapatkan Lailatul Qadar tentu kebaikannya makin meningkat.

"Bukti orang tersebut mendapatkan Lailatul Qadar adalah ketika kebaikan dalam dirinya semakin bertambah, bukan berkurang," ujar dia.

Keutamaan berikutnya dari Lailatul Qadar adalah sebagaimana disebutkan dalam surah al-Qadr ayat 5: “Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.”

Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar, menurut Gus Arif, hatinya akan tenang dan damai. Dia tidak lagi mudah marah dan mampu menjalani hidup dengan ikhlas apa pun yang Allah berikan.

Mengenai waktu turunnya Lailatul Qadar, Gus Arif mengatakan, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Banyak ulama yang menyebutkan, Lailatul Qadar turun pada 10 hari terakhir pada malam-malam ganjil.

Namun, sebagian ulama yang lain menyebut, Allah merahasiakan waktu turunnya malam Qadar. Imam Syafi’i, menurut Gus Arif, merasakan bahwa malam Qadar terjadi pada malam tanggal 21 Ramadhan.

Sementara, Gus Arif meyakini, Lailatul Qadar bisa turun pada malam kapan saja di sepanjang bulan Ramadhan. "Bagi saya, jika hanya 10 malam terakhir, 20 hari sebelumnya khawatir tidak dianggap penting dan dilalui biasa saja," ujar dia.

Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz mengatakan, Lailatul Qadar terjadi pada 10 hari terakhir pada malam-malam ganjil di bulan Ramadhan. "Keutamaan malam yang diagungkan ini adalah pahalanya itu lebih baik dari seribu bulan," ujar dia.

Kisah Lailatul Qadar pernah diceritakan Rasulullah SAW kepada para sahabat. Pada masa lalu, ada seorang dari Bani Israil yang melakukan jihad tanpa henti selama 83 tahun. Dia tidak pernah mendurhakai Allah sehingga mendapatkan pahala dari seribu bulan untuk berperang itu.

Para sahabat pun merasa iri karena pahala ibadah orang tersebut. Kemudian, Allah melalui Malaikat Jibril menurunkan firman-Nya sebagaimana termaktub dalam surah al-Qadr, yakni adanya malam Qadar yang pahalanya  lebih baik dari seribu bulan. Artinya lebih baik dari pahala orang Bani Israil tersebut.

Mengetahui hal itu, para sahabat Nabi pun berlomba-lomba beribadah pada bulan Ramadhan agar dapat meraih kebaikan dan kemuliaan dari Lailatul Qadar tersebut. "Di sinilah Allah memberikan kemurahan kepada umat Nabi Muhammad SAW karena hanya umatnya yang dimudahkan untuk meraih kebaikan seribu bulan dalam waktu satu malam saja," ujar ulama yang biasa disapa Gus Kikin ini.

Pada masa kini, ketika pandemi Covid-19 sedang melanda dunia, tentu ada keterbatasan untuk melaksanakan ibadah di masjid. Terkait hal ini, Gus Kikin mengatakan, jika ibadah tidak dapat dilakukan di masjid karena adanya uzur, dapat dilakukan di mana saja, termasuk di rumah.

“Yang paling utama adalah mendekatkan hati kepada Allah SWT di malam tersebut,” katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.