Ramadhan menjadi momentum masyarakat beragama untuk meningkatkan takwa. | DOK AP Tatan Syuflana

Cahaya Ramadhan

Jika Agama Mengalami Desakralisasi

Upaya untuk melakukan desakralisasi agama dilatarbelakangi oleh beberapa faktor.

Diasuh oleh PROF KH NASARUDDIN UMAR, Imam Besar Masjid Istiqlal

Umat manusia membutuhkan agama. Agama adalah sistem nilai yang sarat dengan ajaran sakral. Nilai-nilai agama bersumber dari Tuhan, biasanya melalui kitab suci. Nilai-nilainya berisi ajaran tuntunan kehidupan yang harus dikuti.

Tuhan menjanjikan surga bagi yang mengikutinya dan menjanjikan neraka bagi yang menentangnya. Ajaran agama bersifat sakral karena tuntunan langsung dari Tuhan. Berbeda dengan tuntunan yang  merupakan produk kecerdasan manusia yang hanya bersifat luhur dan profan, tetapi tidak sampai sakral.

Ajaran agama dapat dibedakan dengan ajaran yang bersumber langsung dari Tuhan melalui kitab  suci-Nya dan ajaran yang bersifat kelengkapan dan aksesori sebagai pengayaan dari ajaran dasar yang tertuang di dalam kitab suci.

Ajaran-ajaran yang bersifat nondasar tidak sepenuhnya bisa disebut sakral karena di antaranya ada yang diadakan sendiri oleh manusia sebagai kelengkapan sistem ajaran. Ajaran agama yang sakral ialah ajaran yang langsung secara tekstual ditemukan dasarnya di dalam kitab suci atau sabda nabi-Nya.

Contohnya, petunjuk Alquran atau hadis untuk melakukan berbagai kewajiban seperti ibadah mahdhah, berlomba-lomba melakukan kebaikan dan menghindari larangan-Nya. Sedangkan, contoh ajaran yang dihubungkan dengan agama tetapi tidak dianggap sakral ialah ajaran yang lahir sebagai kreasi penganutnya, seperti tradisi yang menyertai rukun dan syarat perkawinan.

Perkawinannya sendiri sakral sebagaimana dilukiskan dalam Alquran dengan perjanjian suci (mitsaqan galidhan). Akan tetapi, upacara lamaran dan variasi adat yang melekat pada upacara   perkawinan hanya merupakan nilai profan, bukan nilai sakral.

Upaya untuk melakukan desakralisasi agama dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Ada desakralisasi ajaran karena kepentingan politik, seperti penafian simbol-simbol agama untuk   melindungi calon pemimpin di luar garis mainstream agama (Islam).

Contohnya, upaya sekelompok orang untuk memisahkan secara total antara urusan agama dan    negara yang dalam Islam merupakan satu kesatuan atau sistem yang sulit dipisahkan dengan    keseluruhan nilai-nilai Islam. Ada juga dengan kepentingan ekonomi, misalnya, keengganan untuk membicarakan soal riba di dalam sebuah sistem perekonomian hanya karena ingin menyedot keuntungan lebih banyak.

Ada kepentingan etnik, misalnya, lebih mengedepankan kriteria etnik kedaerahan daripada nilai-nilai universal keagamaan hanya karena ingin mengunggulkan etnisitasnya.

Desakralisasi agama sama bahayanya dengan upaya sekelompok orang untuk melakukan sakralisasi nilai-nilai profan. Sesungguhnya sebuah nilai yang diperjuangkan bukan nilai sakral, melainkan diupayakan untuk disakralkan karena ada kepentingan tertentu.

Tegasnya, sakralisasi nilai-nilai nonsakral sama bahayanya dengan desakralisasi nilai-nilai sakral. Kesan nasionalisme yang dulu pernah didoktrinkan di dalam P4 di zaman Orde Baru terkesan pemaksaan sakralisasi nilai-nilai lokal yang nonreligi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.