Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Cahaya Ramadhan

Cara Membaca Alquran dengan Tartil

Maksudnya irama tartil, sesuai dengan kaidah tajwid yang sudah ditentukan para ulama.

 

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Di antara yang sangat Nabi Muhammad SAW sukai adalah mendengarkan bacaan Alquran dengan irama yang indah. Maksudnya irama tartil, sesuai dengan kaidah tajwid yang sudah ditentukan para ulama. 

Allah SWT berfirman: "Wa rattilil qur’ana tartilla" (bacalah Alquran secara tartil). Maksudnya memberikan hak masing-masing huruf dan tajwidnya. 

Tadinya, sebelum muncul penulisan kaidah ilmu tajwid, cara membaca Alquran didapat dengan talaqi inilah yang disebut dengan sanad. Sekarang karena ilmu tajwid sudah tersusun maka sanad membaca Alquran bukan suatu kaharusan. 

Mendapatkan sanad tentu lebih baik, tetapi bukan berarti bahwa yang tidak mendapatkan sanad tidak benar cara membacanya. Sebab, yang paling penting adalah benarnya bacaan sekalipun tidak mendapatkan sanad. 

Tentu tidak cukup dalam belajar mempraktikkan ilmu tajwid sendirian, harus ada guru yang mengoreksi pelafalan huruf dan bacaan tersebut. Maka, ketika bacaan itu benar sesuai kaidah tajwid, otomatis dianggap telah mengikuti bacaan Nabi Muhammad SAW.

 
Tentu tidak cukup dalam belajar mempraktikkan ilmu tajwid sendirian, harus ada guru yang mengoreksi pelafalan huruf dan bacaan.
 
 

Nabi Muhammad SAW pernah meminta Ibn Masud membacakan Alquran. Ibn Masud kaget, lalu berkata: "Aaqra’ alaika wa alaika unzil" (Apakah pantas aku membacakan Alquran kepadamu wahai Rasul, sedang ia diturunkan kepadamu)? Nabi menjawab: silakan. 

Abdullah Ibn Masud langsung membaca surah an-Nisa sampai pada ayat 41: "Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." 

Seketika Nabi Muhammad SAW bersabda: "Cukup." Ibn Masud melihat wajah Nabi Muhammad SAW basah kuyup air mata. 

Subhanallah, betapa bacaan yang indah sangat menyentuh hati. Pernah juga Nabi Muhammad SAW menyimak bacaan Abu Musa al-Asyari, lalu menyampaikan kesannya atas bacaan dan suaranya yang sangat indah: "Laqad utita mizmaaran min mazaamira aali dawud." (Wahai Abu Musa engkau telah mendapatkan suara indah dari suara keluarga Nabi Daud AS). (HR Bukhari-Muslim). 

Al-Bara bin Azib RA mengungkapkan kesaksiannya atas indahnya suara dan bacaan Nabi Muhammad SAW saat melantunkan ayat-ayat Alquran. Waktu itu Nabi Muhammad SAW membacakan surah at-Tin pada saat shalat Isya. Sungguh, kata al-Bara lebih lanjut, tidak ada bacaan dan suara yang lebih indah darinya. 

Maka, benar jika Nabi Muhammad SAW bersabda: "Man lam yataghanna bil quran fa laisa minna ("Siapa yang membaca Alquran tanpa irama tidak termasuk golongan kami)." (HR Abu Dawud). 

Maksudnya, irama yang sesuai dengan fitrah manusia bukan langgam yang mengandung muatan ideologis atau ritual tertentu. Karena yang demikian tidak saja bertentangan dengan kaidah tajwid, tetapi juga bertentangan dengan tujuan diturunkannya Alquran.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.