Ilustrasi Rawasheen; karya seni hiasan jendela khas Arab. | Arabnews

Cahaya Ramadhan

Rawasheen, Jendela Khas Makkah dari Kayu Indonesia

Rawasheen menjadi destinasi wisata baru bagi pengunjung dari latar belakang budaya berbeda.

OLEH DEA ALVI SORAYA

Saat mengunjungi Makkah, pengunjung tidak hanya disajikan keindahan Masjidil Haram yang megah, tapi juga keunikan bangunan tradisional yang masih dijaga hingga kini. Bangunan bertema Rawasheen masih sangat mudah ditemui di area pusat kota dan jalan-jalan utama Makkah.

Desain bangunan ini menonjolkan bingkai kayu berpola rumit pada jendela untuk memaksimalkan cahaya yang masuk. Desain arsitektur ini mencerminkan identitas Makkah. Warga setempat melihatnya sebagai perpanjangan dari masa lalu dan perwujudan kekayaan sejarah kota suci tersebut. 

Menurut arsitek Talal Samarkandi, Rawasheen berakar pada warisan arsitektur Hijazi, dibangun dengan perkakas kayu langka yang biasa dibeli dari India, Indonesia, dan Sudan.

“Warisan tersebut ditampilkan pada pintu, jendela, dan mashrabiya (sejenis jendela oriel yang diproyeksikan tertutup dengan kisi kayu berukir),” kata Samarkandi dikutip dari laman Arab News, Senin (26/4).

Orang-orang lokal percaya bahwa rumah itu dikenali dari pintunya. “Dengan demikian, mereka memastikan, pintu dan jendela mereka indah dan bergaya,” ujarnya.

Kayu digunakan untuk tujuan lingkungan karena sulit menghantarkan panas. Menurut Samarkandi, orang-orang Hijazi sangat memperhatikan kualitas interior dan suhu rumah mereka.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Makkah Archive أرشيف مكة (makkah.archive)

Rawasheen membantu mereka mengurangi konsumsi energi untuk mendinginkan bagian dalam gedung. Rawasheen berfungsi sebagai jendela panorama bagi para ibu untuk mengawasi anak-anak mereka di jalanan dengan tetap menjaga privasi.

Mereka juga merupakan ‘media sosial’ pada zaman itu yang memungkinkan orang berkomunikasi dengan lingkungannya. Jendela bergaya ini juga digunakan sebagai portal perdagangan karena orang bisa menjuntai keranjang yang diikat dengan tali untuk membeli barang dari pedagang kaki lima di luar.

Rawasheen menjadi destinasi wisata baru bagi pengunjung dari latar belakang budaya berbeda. Penerliti sejarah Dr Samir Barqah menjelaskan, biasanya terdapat mashrabiya di depan Rawasheen. Tujuannya, untuk mendinginkan rumah dengan lubang di dalamnya yang memungkinkan udara segar masuk ke dalam ruangan rumah.

 
Rawasheen menjadi destinasi wisata baru bagi pengunjung dari latar belakang budaya berbeda.
 
 

Pada saat itu tukang kayu biasa mengukir nama mereka di pintu, beberapa di antaranya berusia berabad-abad. Pintu kayu juga diukir dengan pola dan bentuk arsitektur Islam, seperti bintang berujung lima yang melambangkan lima rukun Islam atau bintang berujung delapan biasanya ditempatkan di dasar kubah di atas tempat duduk seorang penguasa atau orang yang berkuasa. Bisa juga bintang berujung 12 yang mewakili bulan dalam setahun dan bulan sabit yang digunakan untuk menentukan arah kiblat.

Setiap negara memiliki tren arsitekturnya sendiri yang terinspirasi dari budaya dan sejarahnya. “Tren kami dimulai di Makkah, di mana kami melihat banyak fitur arsitektur ini di area pusat dan fasad utama jalan-jalan Makkah," kata Samir.

Makkah memiliki warisan arsitektur yang unik. “Makkah telah menyaksikan budaya arsitektur yang berbeda selama bertahun-tahun,” ujarnya.

Dengan merangkul warisan Makkah dan mempromosikan warisan dan pesona arsitektur kota, dapat mendorong peziarah untuk tinggal lebih lama di Makkah. “Ini bisa meningkatkan ekonomi dan menciptakan ratusan pekerjaan bagi warga negara,” kata Samir.

 
Ini bisa meningkatkan ekonomi dan menciptakan ratusan pekerjaan bagi warga negara.
 
 

Masih di Kota Makkah, tepatnya di puncak Gunung Abu Al-Modafaa, ada meriam yang telah enam tahun membisu. Meriam ini awalnya berfungsi untuk menandai datangnya bulan suci Ramadhan. Dulu, meriam ini cukup populer dan dinantikan suara gemanya. Biasanya, ditembakkan ketika waktu buka puasa, sahur, dan dimulainya Ramadhan. 

Selama bertahun-tahun, mereka yang tinggal di dekat gunung akan mendaki ke puncaknya untuk melihat meriam yang ditembakkan begitu Ramadhan diumumkan. Dalam sebuah wawancara dengan Arab News ketika meriam masih aktif, Juru bicara Kepolisian Makkah, Mayor Abdul Mohsin al-Maimani, mengungkapkan betapa populernya meriam itu di masyarakat.

“Ketika polisi Makkah didirikan 75 tahun lalu, mereka dipercaya untuk merawat dan menjaga meriam ini. Setelah Idul Fitri, meriam dikembalikan ke departemen khusus,” ujarnya.

Menurut Direktur Center of Makkah History, Dr Fawaz Al-Dahas, meriam itu telah berdiri di Gunung Abu Al-Madafaa setidaknya selama satu abad. Orang-orang Makkah menghubungkan cinta mereka pada bulan suci dengan keduanya, meriam dan gunung.

“Dulu, tidak mungkin mendengar suara muazin Masjidil Haram, jadi meriam melakukan tugas itu atas nama mereka. Itu tetap menjadi tradisi yang dipegang teguh,” kata Al-Dahas.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Makkah Archive أرشيف مكة (makkah.archive)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.