Jamaah suluk menutupi kepalanya dengan selendang dan surban saat mengikuti zikir di Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Reusak, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (17/4/2021). Aktivitas ibadah suluk (menempuh jalan spritual menuju Allah) yang lazim dilaksana | SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO

Cahaya Ramadhan

Mengenal Suluk, Tradisi Zikir Berjamaah di Aceh

Suluk merupakan kegiatan berzikir secara terus-menerus mengingat Allah SWT.

Sejumlah pria berpakaian serba putih mengantre di sebuah bak air. Mereka menunggu orang pertama selesai membasuh muka, kepala, tangan, hingga kaki.

Satu-satu dari mereka naik ke bangunan berkonstruksi kayu sekitar 5 x 15 meter yang berada di Dayah atau Pondok Pesantren Cuco (cucu) Tgk Syech H Mudo Wali Al Chalidy Seuramoe Darussalam, Desa Beuradeun, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.

Pada saat yang sama, belasan perempuan dengan mengenakan mukena lengkap juga terus berdatangan mengisi tempat paling belakang dari bangunan kayu tersebut. Meski cuaca pada Selasa (20/4) cukup panas, itu tidak mengusik jamaah untuk melaksanakan shalat Zhuhur hingga ibadah suluk pada Ramadhan 1442 Hijriyah.

Usai shalat Zhuhur, jamaah langsung duduk bersila menutupi kepala hingga wajah mereka dengan kain serban atau mukena bagi jamaah perempuan. Sikap itu menandakan mereka hendak melaksanakan tawajuh atau memfokuskan diri menghadap Allah SWT yang menjadi bagian dari ibadah suluk.

Suluk merupakan kegiatan berzikir secara terus-menerus mengingat Allah SWT, meninggalkan pikiran, dan perbuatan duniawi hanya untuk mendekatkan diri dan memperoleh keridhaan dari Allah SWT.

 
Jumlah yang ikut suluk di tempat kami bertambah dari tahun lalu.
 
 

Tidak terlihat jelas wajah mereka ketika mengucapkan ayat-ayat Allah SWT karena tertutup kain serban atau mukena. Itu merupakan salah satu syarat bagi jamaah suluk setiap bulan suci Ramadhan di pesantren cucu ulama kharismatik Aceh tersebut.

Jamaah suluk di Pesantren Seramoe Darussalam itu pada tahun-tahun sebelumnya hanya diikuti laki-laki dewasa, bahkan terlihat juga beberapa orang tua. Namun, Ramadhan tahun ini merupakan kali pertama suluk juga diikuti oleh jamaah perempuan yang mayoritas adalah kaum ibu-ibu. 

"Jumlah yang ikut suluk di tempat kami bertambah dari tahun lalu. Kebetulan tahun ini ada jamaah perempuan, yang tidak ada pada tahun-tahun sebelumnya," kata pimpinan Dayah Cuco (cucu) Tgk Syech H Mudo Wali Al Chalidy Seuramoe Darussalam, Tgk Harwalis Harun Wali.

Menurut Harwalis, jamaah yang mengikuti suluk tahun ini di pesantren yang dia pimpin sebanyak 75 orang, terdiri atas perempuan dan laki-laki. "Jumlah yang hadir tahun ini ada perempuan sebanyak 15 orang, laki-laki lebih kurang sekitar 50 orang. Jadi, jumlahnya di bawah 100," kata dia.

Harwalis menyampaikan, kegiatan ibadah suluk setiap bulan Ramadhan di pesantren yang dia pimpin sudah berjalan sejak 11 tahun lalu dan masih bertahan sampai sekarang. Jamaahnya pun terus bertambah.

Di Dayah Seuramoe Darussalam ini, suluk dilaksanakan selama 10 hari. Namun, kegiatan ini sebenarnya juga bisa dilakukan dalam jangka 20 sampai 40 hari, bergantung pada hasil musyawarah para ahli suluk setiap tahunnya.

"Kami laksanakan 10 hari dalam bulan Ramadhan, tapi di tempat yang lain ada juga yang melaksanakannya sampai 20, 30 hari, hingga 40 hari, bagaimana kesepakatan bersama," ujarnya.

 
Kami laksanakan 10 hari dalam bulan Ramadhan, tapi di tempat yang lain ada juga yang melaksanakannya sampai 20, 30 hari, hingga 40 hari.
 
 

Harwalis menyebutkan, kegiatan ibadah suluk bulan Ramadhan ini sudah sangat dimaklumi dan diketahui oleh masyarakat umum di Aceh, bahwa paling afdhal atau sempurna dari yang lainnya. "Karena ada sembahyang, puasa, qiyamul lail, dan lainnya, suluk ini merupakan kegiatan ibadah spesial, lebih daripada hari-hari lain," kata dia.

Jika sudah mengikuti suluk, para jamaah tidak bisa sembarangan mengonsumsi makanan. Ada pantangan-pantangan tertentu yang harus diikuti.

Harwalis menjelaskan, pantangan jamaah suluk adalah tidak bisa memakan bahan makanan yang berdarah, seperti daging, mengandung pengawet, dan barang yang bebas diperjualbelikan yang diragukan kemurnian dan kesuciannya.

 
Supaya dalam perjalanan suluknya, saat mengingat Allah, saat berzikir, senantiasa jamaah lepas secara batin dan lahiriahnya.
 
 

"Mengapa dilarang? Supaya dalam perjalanan suluknya, saat mengingat Allah, saat berzikir, senantiasa jamaah lepas secara batin dan lahiriahnya,” kata Harwalis.

Dari atas bangunan setinggi sekitar 3,5 meter itu, tampak jamaah suluk masih larut dalam zikir, hingga akhirnya Tgk Harwalis yang menjadi mursyid membacakan doa dan membacakan shalawat bersama para jamaah.

Shalawat tersebut sebagai tanda bahwa suluk siang itu berakhir, jamaah pun beristirahat. Suluk akan kembali dilaksanakan pada waktu shalat selanjutnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.