Muslim Gaza melaksanakan shalat tarawih pada Ramadhan 2021 dengan menerapkan protokol kesehatan. | EPA-EFE/MOHAMMED SABER

Cahaya Ramadhan

Sukacita Iftar Ramadhan di Gaza

Di tengah kekhidmatan Ramadhan, rumah sakit di Gaza hampir mencapai kapasitas penuh akibat lonjakan kasus Covid-19.

Tak sedikit umat Kristiani di Jalur Gaza berpartisipasi dalam adat dan ritual Ramadhan. Umat Kristiani di Gaza disebut sudah menjadi bagian integral rakyat Palestina. 

"Tidak ada yang bisa membedakan seorang Muslim dari seorang Kristen, karena kami semua adalah tetangga dekat, memiliki ikatan cinta dan kasih sayang," kata Sekretaris Komite Kepresidenan Tertinggi untuk Urusan Gereja, Sanaa Tarazi, seperti dilansir di Arab News, Kamis (22/4).

Menurut statistik gereja, ada 390 keluarga Kristen, dengan perkiraan 1.313 orang, tinggal di Gaza. Mereka hidup berdampingan dengan sekitar dua juta Muslim di Gaza.

Tarazi sendiri dibesarkan di rumah keluarganya di jantung kota tua Gaza. Dia kembali mengingat kenangan masa kecilnya ketika Ramadhan datang. 

Kenangan masa kecil yang indah. Dia bersama teman-temannya di lingkungan sekitar bermain dengan lentera dan kembang api di jalanan, mengubah malam menjadi siang hari.

Cinta itu dia wariskan kepada kedua anaknya, yang saat ini bersekolah di luar negeri. Mereka mendekorasi rumah dengan lampion dan ornamen lainnya setiap kali Ramadhan datang.

"Kebiasaan makan dan minum kami berubah drastis selama Ramadhan. Kami akan makan siang pada saat azan Maghrib (malam)," kata dia.

Mereka berhati-hati memasak bahkan menunda memasak makanan keluarganya, agar aromanya tidak mengganggu tetangga Muslimnya saat mereka berpuasa. Seperti kebiasaan yang berlaku di antara warga Gaza, Tarazi memasak Mulukhiya pada hari pertama Ramadhan. Dia dan tetangganya bertukar makanan dan manisan Ramadhan.

"Saya membuat Qatayef di rumah untuk dibagikan kepada tetangga Muslim dan Kristennya selama Ramadhan," ujar Tarazi.

Suami Tarazi, Majed, juga berbagi kecintaannya pada bulan suci umat Islam. Majed bersama teman-temannya berbagi malam Ramadhan. Namun, pada pandemi Covid-19 ini, membuat dia kehilangan sejumlah ritual Ramadhan yang biasa dilakukan dengan banyak teman Muslimnya.

"Para pemuda sering dikerahkan di jalan-jalan Gaza selama Ramadhan untuk mendistribusikan air dan kurma kepada mereka yang pulang terlambat setelah bekerja sebelum buka puasa," jelasnya. 

Kelompok anak-anak muda tersebut juga biasanya mengadakan buka puasa di Gereja Ortodoks Yunani di Gaza. Namun, tahun ini dan tahun lalu tidak diselenggarakan karena pandemi. 

"Kami mengadakan buka puasa di gereja untuk mengekspresikan toleransi dan menunjukkan kedalaman hubungan dengan Muslim yang mengikat kami di Gaza," kata dia.

 
Kami mengadakan buka puasa di gereja untuk mengekspresikan toleransi dan menunjukkan kedalaman hubungan dengan Muslim yang mengikat kami di Gaza.
 
 

Majed menunjuk ke menara bersejarah masjid Kateb Wilaya, yang berasal dari awal abad ke-14 M dan menghadap ke gereja. “Ini adalah hubungan kami, tetangga yang penuh kasih, mitra di Tanah Air, berbagi takdir yang sama,” ujarnya.

Di tengah kekhidmatan Ramadhan, rumah sakit di Gaza hampir mencapai kapasitas penuh akibat lonjakan kasus Covid-19. “Kasus yang parah dan kritis telah meningkat signifikan dalam tiga pekan terakhir, yang menjadi perhatian," kata Kepala Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tim di Wilayah Palestina, dr Ayadil Saparbekov.

Warga Palestina khawatir kombinasi antara kemiskinan, kekurangan medis, skeptisisme terhadap vaksin, data Covid-19 yang buruk, dan pertemuan massal selama Ramadhan dapat mempercepat peningkatan kasus Covid-19. Menurut pejabat kesehatan Gaza, sekitar 70 persen tempat tidur unit perawatan intensif ditempati, naik dari 37 persen pada akhir Maret. Ada 86 kematian selama enam hari terakhir, meningkat 43 persen selama seminggu sebelumnya.

Tingkat kepositifan harian Gaza mencapai 43 persen pekan ini. Menurut Saparbekov, jumlah itu bisa meningkat karena kurangnya tes.

Saparbekov menjelaskan, Gaza tidak memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi varian Covid-19 yang sangat menular saat pengujian. Kondisi ini membuka fakta bahwa hanya ada sedikit data tentangnya.

Penggali kubur Mohammad al-Haresh menceritakan,  telah mengubur hingga 10 korban Covid-19 per hari, meningkat dari satu atau dua bulan lalu. "Masa perang sulit, tetapi virus korona jauh lebih sulit bagi kami," ujarnya yang menggali kuburan selama perang Israel-Gaza 2014.

"Dalam perang, kami akan menggali kuburan atau menguburkan orang mati selama rehat atau gencatan senjata. Dengan virus korona, tidak ada gencatan senjata," ujar Haresh.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.