Santri pesantren belajar menulis Alquran. | Wihdan Hidayat / Republika

Cahaya Ramadhan

Ngaji Turos ala Santri Pesantren al-Hamidiyah

Pesantren menjadi tempat pengaderan generasi penerus bangsa.

 

 

Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hamidiyah yang didirikan KH. A. Sjaichu memadukan metode pesantren salaf dan modern. Dimana kajian kitab kuning dan Alquran menjadi materi wajib bagi santri setiap hari sesuai jenjang pendidikannya.

Santri mendalami kajian Kitab kuning atau klasik karya Ulama dari Nusantara. Seperti yang dijelaskan Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum. Menurutnya, turos dari Karya Ulama Nusantara sangat banyak. Baik dalam ilmu Fiqih, Tafsir seperti Tafsir Ibriz, Tarjuman Mustafid, abad ke-17 ada Abdurrahman Sinkel dari Aceh dan lainnya. 

"Selama ini Pesantren mengajarkan kitab kuning, tapi kita ingin menambahkan kitab kuning karya Ulama dari Nusantara. Pengetahuan tentang Ulama dari Nusantara itu yang ingin kita kenalkan kepada para santri," ujar pakar filologi ini seusai acara Pelantikan Kepala Pengasuh dan Wakil Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok.

Dalam acara pelantikan, Selasa (20/4) tersebut, selain dihadiri Dr. Imam Susanto, Sp. Bp selaku Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah, juga dihadiri oleh Adib selaku Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat, H Asnawi selaku Kepala Kemenag Kota Depok, Lukman Hakim Saifuddin mantan Menteri Agama, dan beberapa pejabat kota Depok lainnya.

Menurut Oman, ajaran Islam datang ke Indonesia sering kali diterjemahkan ke dalam konteks  tafsir Indonesia. Khazanah pemikiran Ulama dari Indonesia sangat luas dan tidak hanya berbahasa Indonesia. Namun, lanjutnya, dalam penulisannya juga menggunakan bahasa Jawa,  Sunda Arab Pegon, Melayu, dan lainnya. 

"Itu semua adalah karya ulama kita. Yang terpenting adalah supaya santri-santri kita, khususnya Pesantren Al-Hamidiyah memahami bagaimana pemikiran keislaman para Ulama Indonesia," jelas pakar Filologi ini.

Ia menambahkan, dalam konteks tafsir selama ini mengenal Tafsir Jalalain tafsir al-maraghi tafsir Ibnu Katsir dan lainnya. Padahal, Ulama dari  Nusantara sendiri mempunyai tafsir Al Ibriz  Mbah Bisri Musthofa, tafsir Sunda dari Kyai Ahmad Sanusi. "Belum lagi tafsir-tafsir dari Sumatera itu banyak sekali, sama halnya tafsir-tafsir lokal.  Nah, itu kan kekayaan kita, bahasa-bahasa kita, dan  saya kira itu perlu diketahui," papar Oman.

Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat Dr. H. Adib mengapresiasi keberadaan Pesantren Al-Hamidiyah. Pasalnya, dari sisi prestasi di tingkat lokal maupun Nasional sudah cukup diakui.

"Pesantren Al-Hamidiyah merupakan Pesantren unggulan di Jawa Barat. Keberadaannya dalam melahirkan lulusan yang berkualitas. Semoga semakin berkah ke depannya mengabdi kepada masyarakat. Harapannya kepala pengasuh dan wakil kepala pengasuh dapat terus melakukan inovasi berkelanjutan dengan cara menunjukkan bagaimana Al-Hamidiyah dapat berkontribusi khususnya di bidang pendidikan," pungkasnya.

Alumnus Gontor mendirikan Rumah Alquran untuk difabel

Alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor, Jawa Timur, mendirikan Rumah Qur'an Tuna Rungu Darul Alshomt di Stasiun IX Surya Timur, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung. Pendirian ini bertujuan untuk membantu umat Islam yang berkebutuhan khusus atau difabel rungu agar dapat mengenal sekaligus membaca huruf hijaiyah atau Alquran.

Pendiri rumah Qur'an Tuna Rungu Darul Alshomt, Ustaz Edi, mengatakan metode pembelajaran disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat sehingga santri mudah mengenali dan memahami huruf Alquran. "Sejak didirikan Rumah Qur'an Tuna Rungu Darul pada Februari 2021, hingga sekarang tercatat ada enam santri yang mengikuti belajar mengaji di usia antara 17 sampai 40 tahun," jelasnya.

Sebelum mengajar Alquran menggunakan bahasa isyarat, Ustaz Edi terlebih dahulu belajar bahasa isyarat di Pondok Pesantren Daarul Ashom Jogja yang menjadi pondok pesantren difabel rungu pertama di Indonesia yang bersanad isyarat Alquran di Kota Toif Makkah. Santri tidak dikenakan biaya sedikit pun, mulai dari pendaftaran sampai kegiatan belajar.

Menurut dia, tujuan awal membantu anak-anak difabel rungu agar dapat mengamalkan agama Islam layaknya orang normal pada umumnya. Ustaz Edi mengatakan, pendirian Rumah Qur'an Tuna Rungu Darul Alshomt Bangka ini berawal dari keprihatinan yang dirasakan atas difabel rungu di Bangka yang diduga banyak buta huruf hijaiyah serta terbatasnya ilmu pengetahuan agama.

Dia bersama rekan-rekannya kerap mengisi ceramah menggunakan bahasa isyarat kepada difabel rungu di Bangka terkait pentingnya iman dan amal shaleh serta mengajar tata cara dan bacaan shalat lima waktu. "Alhamdulillah, sudah ada santri yang bisa menghafal huruf Alquran dengan bahasa isyarat, bahkan ada yang sudah hafal surah an-Nas," kata dia.

Pembelajaran di Rumah Qur'an Tuna Rungu Darul Alshomt menggunakan sistem tatap muka sebanyak empat kali dalam sepekan, mulai bakda Magrib sampai dengan selesai. Selain mengajar mengaji, dirinya memberikan materi program, seperti tahfiz, fikih, hadis, serta program lainnya.

"Ke depan, saya berharap, melalui pendidikan mengaji di rumah Alquran ini, anak-anak difabel rungu khusus di Kabupaten Bangka bisa membaca Alquran dengan baik," ujar Ustaz Edi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.