Prajurit TNI mengikuti apel Patroli Skala Besar TNI-Polri di Lapangan Presisi Ditlantas Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (29/3/2021). (ilustrasi) | ANTARA FOTOANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Nasional

KSAD: Setiap Tahun Banyak Prajurit Membelot

Motivasi prajurit membelot beragam, mulai dari merasa tidak cocok menjadi prajurit dan lainnya.

JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa mengatakan, kejadian prajurit yang lari meninggalkan dinas dan tak kembali lagi cukup sering terjadi. Motivasinya beragam, mulai dari merasa tidak cocok menjadi prajurit, terlilit utang, tersangkut masalah asusila, dan lainnya.

"Saya terbuka, nggak bohong. Setiap tahun begitu banyak (prajurit yang lari dan tak kembali)," ungkap Andika meresmikan tahanan militer di Markas Pomdam Jaya, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (20/4).

Menurut Andika, hal itu dilakukan oleh prajurit dengan latar belakang maupun etnis yang beda-beda. Karena itu, TNI tidak akan ambil kesimpulan adanya hubungan pelarian itu dengan putra daerah.

Teranyar, adanya prajurit yang membelot ke kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Papua. Prajurit yang mulai bertugas pada 2015 lalu itu membawa dua magasen dengan isi 70 butir amunisi kaliber 5,56 milimeter.

photo
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo (kedua kanan) berbincang dengan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa (kanan) saat berkunjung ke Mabes TNI AD, di Jakarta, Selasa (2/2/2021). Pertemuan tersebut membahas program kerja sama untuk lebih mengeratkan sinergitas TNI-Polri - (M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO)

"Senjata ditinggal semua, perlengkapan ditinggal, kecuali ada satu yang dibawa. Yang dibawa ada dua magasen. Magasen itu rumahnya peluru. Rumahnya peluru yang dimasukkan ke dalam senjata," kata Andika.

Andika menjelaskan, yang bersangkutan kabur dari posnya pada 12 Februari lalu. Sejak saat itu, pencarian prajurit itu dilakukan. "Sampai sekarang proses masih terus kita tangani. Beberapa pasal sudah kita kenakan termasuk THTI atau Tidak Hadir Tanpa Izin yang setelah 30 hari kita sudah bisa memecat yang bersangkutan," kata dia.

Informasi yang dia dapatkan, prajurit tersebut masih berada di wilayah Papua. TNI, kata Andika, akan memproses secara hukum setiap prajurit yang membelot, terlebih mereka yang melakukan tindak pidana. "Kita ingatkan, yang jelas tidak ada yang tidak kami proses secara hukum. Mereka yang tindak pidana harus tanggung jawab," kata dia.

Kofirmasi Andika tersebut sesuai dengan pernyataan Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom pada Jumat (16/4), lalu. Sebby mengatakan, ada seorang prajurit TNI yang bergabung dengan TPNPB-OPM.

"Lucky Matuan adalah mantan anggota TNI yang bergabung dengan TPNPB bertugas di Pos Bulapa dan dia juga kembali serang di Pos TNI Bulapa," ujar Sebby saat dikonfirmasi Republika.

photo
Pasukan TPNPB-OPM berpose di pedalaman Kabupaten Nduga, pertengahan Mei 2020. - (Istimewa/TPNPB-OPM)

Sebby mengeklaim, Lucky yang berasal dari Wamena, Papua Barat, bergabung ke TPNPB-OPM pada Februari 2021 dan langsung menjadi komandan lapangan. Menurut dia, Lucky bergabung dengan pemberontak karena kerap melihat anggota TNI yang menembaki masyarakat, termasuk pendeta di Papua.

"Dia lihat anggota TNI suka tembak masyarakat sipil, termasuk pendeta," kata Sebby.

Tahanan militer

Tahanan militer yang direskimkan Andika kemarin diklaim sebagai tahanan berinstalasi pintar pertama yang dimiliki Indonesia. Sistemnya dirancang untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terhadap para tahanan.

"Hari ini merupakan kebanggaan kami karena untuk pertama kalinya TNI AD memiliki smart instalasi tahanan militer. Smart ini karena memang berbasis ICT (information, communication, technology)," ujar Andika.

Semua fasilitas rumah tahanan itu dikendalikan secara otomatis menggunakan perangkat elektronik. Penguncian sel, menyalakan atau mematikan lampu, dan hal lainnya dapat dilakukan secara otomatis. Sebab, fasilitas itu sudah dilengkapi dengan artificial intelligence (AI).

AI tersebut juga digunakan menganalisis hasil pemantauan pergerakan para tahanan. "Sekarang semua sudah bagus dan tadi sangat aman, karena semua yang berada di dalam didesain sedemikian rupa sehingga tidak mungkin ada vandalisme, bullying, maupun yang mencederai diri sendiri," kata dia.  

Tahanan militer seluas sekitar 1.500 meter persegi itu hanya dapat menampung 83 orang prajurit binaan. Anggaran yang dialokasikan tidak sedikit, mencapai Rp 100 miliar. Ke depan, tahanan militer serupa juga akan dibangun di luar Jakarta. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat