Jamaah membaca Alquran di Masjid Raya Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/4/2020). Kekhusukan dapat diraih jika seorang hamba merasa sangat dekat dengan Rabb-nya. | RAISAN AL FARISI/ANTARA FOTO

Cahaya Ramadhan

Jadilah Hamba yang Khusyuk

Kekhusukan dapat diraih jika seorang hamba merasa sangat dekat dengan Rabb-nya.

 

OLEH ROSSI HANDAYANI

Bulan suci Ramadhan adalah momen bagi umat Islam untuk berlomba-lomba mendulang pahala. Ghirah atau semangat beribadah semakin meningkat. Alangkah baiknya, jika semangat beribadah itu juga dibarengi dengan kekhusyukan.

Akan tetapi, beribadah secara khusyuk bukanlah hal yang mudah. Ibadah yang khusyuk hanya dapat diraih oleh seorang hamba yang meyakini bahwa keberadaan Allah SWT sangat dekat. Tanpa kesadaran itu, sangat sulit menggapai kualitas ibadah yang khusyuk tersebut.

"Khusyuk akan lebih mudah didapat bagi orang yang yakin bahwa Allah SWT Maha Dekat, Allah Maha Menyaksikan dan Allah Maha Sempurna menentukan segalanya," kata Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, KH Abdullah Gymnastiar.

Dai kondang asal Bandung yang akrab disapa Aa Gym ini menerangkan, Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk melatih diri dengan merasa diawasi oleh Allah SWT setiap saat. Di bulan penuh berkah dan maghfirah ini, umat seakan tak henti beribadah. Siang berpuasa, malam harinya menunaikan shalat Tarawih, serta banyak ibadah wajib dan sunah lainnya.

"Dan di bulan Ramadhan adalah saat melatih diri merasa diawasi, disaksikan Allah setiap saat. Ketika shaum, tak ada satu pun yang melihat jika akan berbuka, namun tetap tak dilakukan karena merasa disaksikan Allah," ujar Aa Gym.

photo
Jamaah melakukan tadarus Alquran di Masjid Baitul Faizin, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/4/2020). Bila kita sudah mencapai perasaan diawasi oleh Allah maka akan sangat mudah kita mencapai kekhusyukan. - (Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO)

Ia kembali menekankan, kekhusukan dalam beribadah dapat diraih jika seorang hamba merasa dekat dengan Rabb-nya. Lain halnya jika seorang hamba dipenuhi dengan pikiran-pikiran keduniaan, maka kekhusukan akan sulit diraih.

Sementara, dalam pandangan pendakwah lulusan S2 Al-Madinah International University, Malaysia, Ustaz Abu Jarir, agar dapat beribadah secara khusyuk maka kita perlu memahami terlebih dahulu ilmu tentang hal itu.

"Pertama, kita harus mengetahui atau mengilmui makna khusyuk dulu, sebab istilah ini adalah istilah syar’i yang bertebaran dalam Alquran dan sunah,’’ ujar dia.

 
Kita harus mengetahui atau mengilmui makna khusyuk dulu, sebab istilah ini adalah istilah syar’i yang bertebaran dalam Alquran dan sunah.
 
 

Khusyuk, ia menerangkan, merupakan salah satu amalan hati, yang sangat mempengaruhi anggota badan. Adapun makna khusyuk yakni ketundukan hati dan ketakutanya kepada Allah Azza wa Jalla.

"Apabila hati ini telah mencapai ketundukan dan takut hanya kepada Allah, dan menyerahkan hati hanya untuk Allah, maka seluruh anggota badan akan tenang, dan beribadah kepada Allah akan menjadi fokus," kata Ustaz Abu Jarir.

Menurut dia, kekhusukan masuk dalam segala ibadah. Di antaranya ibadah shalat, puasa, sedekah, haji, dan lainnya.

Kemudian, untuk mencapai kekhusyukan, maka hati seorang hamba harus dilatih untuk senantiasa tunduk dan takut hanya kepada Allah Ta'ala. Sedangkan untuk melahirkan ketakutan dan ketundukan kepada Allah SWT, hanya dengan perasaan, yaitu merasa diawasi oleh Allah Ta'ala.

"Ini yang disebut muraqabah (merasa diawasi oleh Allah). Bila kita sudah mencapai perasaan diawasi oleh Allah maka akan sangat mudah kita mencapai kekhusyukan," kata Ustaz Abu Jarir.

 
Bila kita sudah mencapai perasaan diawasi oleh Allah maka akan sangat mudah kita mencapai kekhusyukan.
 
 

Namun ia mengingatkan, ada beberapa hal yang dapat mengganggu kekhusyukan seorang hamba dalam beribadah. Salah satunya, menganggap remeh perbuatan dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Hal lainnya, tingkat muraqabah-nya kecil atau bahkan tidak ingat sama sekali dengan Allah Ta'ala. Kekhusyukan ibadah juga sulit diraih jika seorang hamba hanya menjadikan dunia sebagai orientasinya.

Dalam kitab al-Khusyuk fi as-Shalat, seorang ulama di masa lalu yakni al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali (795 H) menguak rahasia dan makna di balik kekhusyukan shalat. Menurut dia, shalat pada dasarnya bukan sekadar ritual dan rutinitas yang diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam. Lebih dari itu, shalat adalah ikhtiar seorang hamba untuk menundukkan seluruh raganya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.