IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Cara Keluarga Kerajaan Yordania Selesaikan Gejolak

Kalau ada yang disebut ‘kelemahan’ Pangeran Hamzah adalah ‘hobinya’ mendengarkan keluhan-keluhan rakyat.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI 

Bagi Pangeran Hamzah bin Hussein, kehidupan ini mungkin dirasakan tak adil. Sama-sama putra almarhum Raja Yordania Hussein bin Talal, tapi kok kakak tirinya, Abdullah bin Hussein, yang jadi raja menggantikan ayah mereka.

Padahal, ia anak favorit sang ayah. Di depan umum, ayahnya sering menyebut dirinya ‘kesenangan bagi mataku’ (qurratu ‘aini). Pangeran Hamzah, 41 tahun, putra sulung almarhum Raja Hussein dengan istrinya, Ratu Nur.

Yang terakhir ini, disebut-sebut sebagai istri kesayangan dan pasangan terlama, yang mendampingi Raja Hussein hingga wafat pada 1999. Mereka menikah pada 1978, dikaruniai empat anak: Pangeran Hamzah, Pangeran Hashem, Putri Iman, dan Putri Raya.

Sebelum dengan Ratu Nur, Raja Hussein pernah menikah tiga kali. Raja Hussein pertama kali menikah dengan Sharifa Dina binti Abdul Hamid, masih terhitung sepupu jauh. Saat menikah pada 1955, usia Hussein baru 19 tahun, Sharifa 26 tahun.

Mereka dikaruniai seorang anak, Putri Alia. Namun, pada 1957, mereka bercerai. Pada 1961, Raja Hussein menikah untuk kedua kalinya dengan Antoinette Avril Gardiner, putri pensiunan kapten Inggris Walter Percy Gardiner.

 
Kalau ada yang disebut ‘kelemahan’ Pangeran Hamzah adalah ‘hobinya’ mendengarkan keluhan-keluhan rakyat. Seperti juga ayahnya, almarhum Raja Hussein.
 
 

Setelah menikah, nama Antoinette diubah menjadi Ratu Muna Hussein. Pasangan ini mempunyai empat anak: Pangeran Abdullah yang kini menjadi Raja Yordania, Pangeran Faisal, Putri Aisha, dan Putri Zane. Pada 1971, mereka bercerai setelah 10 tahun menikah.

Istri ketiga Raja Hussein adalah Alia Bahauddin Toukan, dinikahi pada 1972. Pada 1977, Ratu Alia tewas dalam kecelakaan helikopter. Mereka dikaruniai dua anak: Putri Haya dan Pangeran Ali.

Dari empat istri Raja Hussein, Ratu Nur paling lama mendampinginya, yakni 21 tahun. Ratu Nur keturunan Suriah-Amerika, lahir di Washington. Sebelum menikah dengan Raja Hussein, ia bernama Lisa Najeeb Halabi dan bekerja sebagai arsitek perencanaan kota.

Setelah menikah, ia fokus pada amal sosial. Kecintaan Raja Hussein kepada Ratu Nur, menurun kepada anak sulung mereka, Pangeran Hamzah.

Dia ganteng, atletis, lulusan Sekolah Harrow di Inggris dan Akademi Militer Kerajaan di Sandhurst, pernah bertugas di angkatan bersenjata Yordania hingga berpangkat mayor. Di bidang akademik, ia lulusan Universitas Harvard, AS.

Ia meraih gelar master dalam bidang pertahanan dari King’s College, London. Tak heran bila Raja Hussein melihat Pangeran Hamzah cermin dirinya. Apalagi, ia seperti ayahnya, sangat populer di kalangan suku-suku setempat.

 
Namun, pada November 2004, Raja Abdullah mencopot jabatan putra mahkota dari Pangeran Hamzah. 
 
 

Ketika Raja Hussein wafat pada Februari 1999, Pangeran Abdullah sebagai putra tertua naik takhta. Pada Agustus tahun yang sama, Raja Abdullah mengangkat Pangeran Hamzah sebagai putra mahkota.

Namun, pada November 2004, Raja Abdullah mencopot jabatan putra mahkota dari Pangeran Hamzah. Alasannya, kata sang raja, agar saudara tirinya itu lebih bebas bergerak melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kerajaan. 

Pangeran Hamzah menanggapi pencopotannya itu dengan santai. Ia menegaskan akan terus mendukung dan mematuhi titah sang raja. Para pengamat waktu itu melihat pencopotan tersebut menunjukkan kekuasaan Raja Abdullah sudah mantap.

Ini berbeda dengan lima tahun sebelumnya, pengalaman politiknya masih sangat berbatas.

photo
Pangeran Hamzah bin Abdullah. - (Reuters)

Selama lima tahun jabatan putra mahkota kosong hingga Raja Abdullah mengangkat anaknya, Pangeran Hussein, pada Juli 2009. Usianya baru 15 tahun. Meski tidak lagi menjadi putra mahkota, Pangeran Hamzah terus menjalankan tugas kerajaan.

Kalau ada yang disebut ‘kelemahan’ Pangeran Hamzah adalah ‘hobinya’ mendengarkan keluhan-keluhan rakyat. Seperti juga ayahnya, almarhum Raja Hussein.

‘Kelemahan’ itu sering dimanfaatkan ‘orang-orang luar’, untuk menggoyang kerajaan. Puncaknya terjadi pada Ahad pekan lalu, ketika ia bersama sejumlah orang dituduh berkomplot dengan pihak asing untuk mengguncang keamanan dan stabilitas kerajaan.

Tuduhan ini menyusul penangkapan 16 tersangka oleh otoritas keamanan Yordania, di antaranya Bassim Awadallah, mantan kepala istana kerajaan. Pangeran Hamzah, dikenai tahanan rumah dan dilarang bicara dengan pihak luar.

 
Dalam potongan video, ia mengaku, mengkritik tentang korupsi dan kelambanan pemerintah melayani rakyat. 
 
 

Perlakuan otoritas keamanan itu membuat Pangeran Hamzah murka. Dalam potongan video, ia mengaku, mengkritik tentang korupsi dan kelambanan pemerintah melayani rakyat. Namun, ia membantah terlibat persekongkolan apa pun untuk mengguncang kerajaan.

Raja Abdullah, meskipun marah besar, tampaknya sadar persoalan dengan saudara tirinya tidak bisa diselesaikan dengan mekanisme keamanan atau hukum. Ia melihat, persoalan ini sebagai perselisihan keluarga yang harus diselesaikan dengan mekanisme keluarga.

Maka itu, ia mengutus rombongan keluarga yang dipimpin pamannya, Pangeran Hasan bin Talal, untuk menemui Pangeran Hamzah.

Rombongan kerajaan ini terdiri atas Pangeran Hasan bin Talal, Pangeran Hashem bin Al Hussein, Pangeran Talal bin Muhammad, Pangeran Ghazi bin Muhammad, dan Pangeran Rashid bin Hasan. Di depan anggota keluarga, sikap keras Pangeran Hamzah luluh.

Sejak pertemuan itu pada Senin (5/4) lalu, Yordania kembali tenang. Orang-orang yang dituduh berkomplot diteruskan ke penyelidikan dan penyidikan. Sedangkan persoalan Pangeran Hamzah, tampaknya akan diselesaikan dengan senyap di internal keluarga. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat