Foto dari Basarnas menunjukkan petugas mencari tubuh korban banjir bandang di Adonara, Flores Timur, NTT, Senin (5/4). | EPA-EFE/BASARNAS

Kabar Utama

Korban Siklon Seroja di NTT Bertambah

Presiden mengingatkan warga untuk mewaspadai potensi bencana akibat curah hujan ekstrem.

JAKARTA – Korban jiwa bencana alam akibat cuaca ekstrem seperti hujan lebat hingga angin kencang di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus bertambah. Hingga kemarin, sedikitnya 62 jiwa dilaporkan meninggal dunia di Flores Timur akibat banjir bandang pada Ahad (4/4), bertambah dari 44 jiwa yang dicatat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) .

Wakil Bupati Flores Timur Agus Payong Boli memaparkan, di antara korban yang meninggal tersebut sebanyak 56 orang merupakan warga Desa Nelelalamadike, Kecamatan Ileboleng, dan enam orang lainnya adalah warga Kecamatan Adonara. Sementara empat orang lainnya yaitu di Desa Oyangbaran, Kecamatan Wotanulumado, sebanyak tiga orang dan satu orang di Waiwerang masih dalam pencarian.

Hingga kemarin sore, jumlah korban meninggal yang dicatat BNPB masih pada angka 44 jiwa. Meski begitu, BNPB melansir juga korban meninggal akibat bencana terkait siklon Seroja di wilayah lain NTT.

“Sebelas jiwa di Kabupaten Lembata, dua meninggal dunia di Kabupaten Ende, dan 11 meninggal dunia di Kabupaten Alor," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Senin (5/4).

BNPB juga mencatat 70 orang masih hilang. Raditya menyebutkan, korban yang masih hilang yaitu 26 orang di Flores Timur, 16 orang di Kabupaten Lembata, 28 orang di Kabupaten Alor. BNPB juga mencatat sebanyak 15 orang yang tersebar di berbagai wilayah NTT mengalami luka-luka yaitu sembilan orang di Flores Timur, satu di Kabupaten Ngada, dan lima di Kabupaten Alor. 

 
photo
Sejumlah rumah tertutup lumpur pascabanjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Ahad (4/4/2021). Berdasarkan data sementara BPBD Kabupaten Flores Timur per Ahad, sebanyak 23 warga meninggal akibat banjir bandang yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi pada Ahad dini hari. - (HUMAS BNPB/ANTARA FOTO)

Tak hanya itu, pihaknya mencatat 938 kepala keluarga (KK) atau 2.655 orang juga terdampak akibat bencana ini. Tak hanya mengakibatkan korban jiwa, ia menyebutkan bencana alam di beberapa wilayah NTT juga menimbulkan kerugian materiil.

"Sebanyak 25 unit rumah rusak berat, 114 unit rumah rusak sedang, 17 unit rumah hanyut, 60 unit rumah terendam, 743 unit rumah terdampak. Kemudian 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, lima jembatan putus, satu unit fasilitas umum terdampak, dan satu unit kapal tenggelam," ujarnya.

Terkait penanganan darurat bencana di NTT, Raditya mengatakan, aparat TNI telah mendirikan dapur lapangan di 20 titik. Rinciannya adalah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) di dua titik. Di antaranya Kantor Kelurahan Benpasi dan Desa Maubali, kemudian empat titik di Kabupaten Flores Timur yaitu SD Desa Nalelama Wangi, Kantor Kelurahan Waiwerang, Kantor Desa Lama Hora, dan Kantor Camat Ila Ape, kemudian empat titik di Kabupaten Malaka di Gereja Katolik Betun hingga Pasar Lama Betun.

Meski telah menimbulkan korban jiwa dan materiil, Raditya mengakui, Pemporv NTT belum menetapkan status tanggap darurat. "Penetapan status ini masih proses," katanya.

Bencana alam melanda sejumlah lokasi di NTT sejak Ahad (4/4). Di antaranya, banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Flores Timur sejak Ahad (4/4). Sebanyak sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan terdampak peristiwa ini, yakni  Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat). 

Sementara itu, bencana banjir juga terjadi di Kabupaten Sumba Timur, pada Ahad (4/4), pukul 10.00 Wita. Hujan dengan intensitas tinggi selama beberapa hari mengakibatkan meluapnya sungai setempat. Sebanyak empat kecamatan terdampak banjir tersebut. 

Sedangkan di Kabupaten Lembata, banjir bandang terjadi pada Ahad (4/4), pukul 19.00 waktu setempat. Lokasi terdampak berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur. Kejadian lainnya melanda Kota Kupang, berupa angin kencang, longsor, banjir rob dan gelombang pasang. BNPB juga menerima laporan terjadinya bencana di Kabupaten Malaka Tengah dan Ngada. Angin kencang terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Ngada. 

Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyebutkan, warga penyintas bencana banjir dan longsor di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, masih mengungsi pada Senin (5/4). Sebagian keluarga juga masih mencari anggota keluarganya yang hilang.

“Warga masih mengungsi sambil mencari keluarganya juga yang hilang. Seperti anggota keluarga saya, ini masih ada tiga orang yang belum ditemukan,” ujar Jamal dari Tim Masyarakat Relawan Indonesia di Desa Leudanung, Kecamatan Omesuri, Lembata kepada Republika, Senin (5/4).

photo
Sejumlah warga menebang pohon yang tumbang akibat diterjang angin kencang di Kota Kupang, NTT, Senin (5/4/2021). BMKG menyebutkan angin kencang dengan kecepatan 45 knot per jam yang terjadi sejak Minggu (4/4) hingga Senin (5/4) tersebut menghancurkan ribuan rumah, menumbangkan sejumlah pohon sehingga mengakibatkan kota Kupang lumpuh total hingga sore ini. - (Kornelis Kaha/Antara Foto)

Jamal juga melaporkan kondisi saat ini, menurut pantauannya di Desa Leudanung, fasilitas umum seperti jalan dan kantor desa masih tertutup lumpur. Jalan-jalan masih terputus, dan listrik padam. “Cuaca juga masih ekstrem. Masih hujan lebat sampai sekarang. Belum ada bantuan masuk karena kesulitan akses,” ungkap Jamal.

Saat ini, ia bersama tim MRI Lembata terus berkoordinasi dengan Tim Tanggap Darurat ACT Pusat. Sejumlah relawan juga telah  asesmen dan membantu sejumlah masyarakat. “Kami terus memantau kondisi. Kami berharap bisa segera membantu kebutuhan warga,” tambahnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak Jumat (2/4) lalu telah mendeteksi adanya bibit siklon tropis di wilayah NTT. Bibit siklon tersebut berkembang menjadi siklon tropis yang dinamakan Seroja pada Senin (5/4) dinihari pukul 01.00 WIB. Hujan lebat, angin kencang, gelombang tinggi, banjir bandang menerpa bersamaan, menimbulkan kerusakan bahkan korban jiwa. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, posisi sistem siklon tersebut akan berada di sekitar Samudra Hindia Barat Daya Pulau Rote, dengan arah gerak sistem ke arah barat daya. Analisis BMKG juga memprakirakan, siklon Seroja akan menguat pada hari ini dengan kekuatan 55 knot (100 km/jam) dan kecepatan 10 knot (19 km/jam) bergerak ke arah barat saya menjauhi wilayah Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, berdasarkan analisis BMKG, prediksi 24 jam ke depan (6/4) pukul 01.00 WIB siklon tropis Seroja berada pada posisi di Samudra Hindia sebelah barat daya Pulau Rote, 11.6 Lintang Selatan, 120.0 Bujur Timur atau sekitar 360 km sebelah barat barat daya Rote.

Dengan semakin menguatnya siklon tersebut memberikan dampak terhadap cuaca di Indonesia berupa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat disertai kilat atau petir serta angin kencang di wilayah NTT. Serta, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir serta angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Dampak lain berupa gelombang dengan ketinggian ekstrem hingga lebih dari enam meter juga berpeluang terjadi di Samudra Hindia Selatan NTT serta sejumlah perairan lainnya dengan ketinggian gelombang bervariasi.

photo
Warga berdiri di depan rumahnya yang terendam banjir akibat luapan Sungai Martapura di Kelayan A, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (5/4/2021). Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan beberapa hari belakangan ini membuat kanal dan Sungai Martapura di Kota Banjarmasin meluap sehingga mengakibatkan sejumlah rumah dan jalan terendam banjir. - (BAYU PRATAMA S/ANTARA FOTO)

Jokowi: Waspadai Cuaca Ekstrem

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan warga untuk mewaspadai potensi bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan ekstrem di sejumlah wilayah di Tanah Air. Pesan Presiden ini merespons terjadinya bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi secara masif di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). 

"Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengikuti arahan petugas di lapangan, dan selalu meningkatkan kewaspadaan dari bencana banjir dan longsor karena meningkatnya curah hujan yang ekstrem. Perhatikan selalu peringatan dini dari BMKG dan aparat di daerah," ujar Presiden Jokowi dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Senin (5/4). 

Sebagai langkah penanganan terhadap bencana di NTT dan NTB, Jokowi mengaku, telah memerintahkan kepala BPNB, kepala Basarnas, menteri sosial, menteri kesehatan, menteri PUPR, panglima TNI, dan kapolri untuk mengambil langkah cepat dalam melakukan pengevakuasian dan penanganan korban. Pemerintah, menurut Jokowi, juga berupaya secepatnya menjamin ketersediaan layanan kesehatan, logistik, serta kebutuhan dasar bagi para pengungsi. 

Direktur Eksekutif Walhi Daerah NTT, Umbu Wulang menyebutkan, Provinsi NTT memang rawan bencana alam akibat badai dan curah hujan tinggi. Kemudian terdapat banyak kerusakan lingkungan yang memengaruhi daya tampung air. 

Kerusakan lingkungan yang kerap terjadi adalah alih fungsi lahan dengan pembakaran, seperti yang dilakukan di Sumba untuk perkebunan tebu, lalu penambangan, dan pembalakan liar pohon sonokeling.

"Di Malaka, masih ada penambangan dan illegal logging, yang beberapa tahun ini kami advokasi. Wilayah tersebut merupakan lalu lintas sungai besar yang membeludak jadi banjir saat ini," ujar Umbu kepada Republika, Senin (5/4).

Umbu memaparkan, kerusakan lingkungan yang banyak terjadi di NTT adalah akibat konteks pembangunan wilayah, tidak menyertakan perlindungan ekologis dan daya dukung lingkungan. Menurut dia, ini merupakan pekerjaan rumah yang harus diperhatikan karena NTT saat ini banyak didatangi investor.

 
Kalau menerima investor tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung, kemungkinan besar potensi bencana akan terus meningkat.
 
 

"Kalau menerima investor tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung, kemungkinan besar potensi bencana akan terus meningkat," kata Umbu.

Walhi mencatat, terdapat tiga jenis bencana alam yang kerap terjadi di NTT. Pertama adalah wabah belalang yang mengancam pertanian di Sumba. Kedua, bencana hidrometeorologis, seperti banjir dan tanah longsor yang saat ini sedang terjadi. Ketiga, gempa dari erupsi gunung. 

Menurut Umbu, setiap tahun minimal ada bencana alam dan bencana wabah dan ternak di provinsi tersebut. Namun, pemprov tidak dapat melakukan pencegahan. Walhi pun mendesak agar pemerintah pusat memberikan bantuan pencegahan, sehingga bencana alam tidak lagi memakan korban jiwa. 

"Hanya ketika ada peristiwa terjadi lalu dibantu, tapi tidak ada bantuan pencegahan. Padahal, pemda gagal, tidak siap menghadapi bencana ini, ketahanan aspek kesiapsiagaan bencana per pulau ini tidak siap," kata Umbu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat