Sejumlah orang tua murid mengikuti simulasi sekolah hybrid di SMP 255, Duren Sawit, Jakarta, Selasa (30/3/2021). Simulasi ini berkaitan dengan rencana pembelajaran tatap muka di sekolah. | Republika/Putra M. Akbar

Nasional

Pembelajaran Tatap Muka Digelar Bertahap

Ada orang tua yang keberatan mengantar jemput anak untuk pembelajaran tatap muka di sekolah.

 

SOLO -- Kota Solo menjadi salah satu daerah yang telah menggelar uji coba pembelajaran tatap muka (PTM). PTM digelar secara bertahap dan dibagi ke dalam beberapa fase.

Ada sebanyak 24 sekolah tingkat menengah pertama (SMP) di Kota Solo yang telah selesai melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) fase pertama. Sekolah-sekolah tersebut bakal melanjutkan PTM fase kedua pekan ini.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Solo, Dwi Ariyatno, mengatakan, persiapan PTM 24 sekolah tersebut telah dilaksanakan sejak tiga pekan lalu melalui simulasi dan dipantau langsung oleh dinas oendidikan.

Pada PTM fase pertama, pembelajaran berlangsung selama tiga jam pelajaran tanpa istirahat. Setiap satu mata pelajaran berdurasi 40 menit. Jumlah siswa dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas atau hanya 16 siswa. Lima puluh persen siswa mengikuti PTM pada sekan pertama, sedangkan sisanya mengikuti PTM pada pekan selanjutnya.

"Dua puluh empat sekolah itu sudah selesai fase pertama, ini lanjut fase kedua. Fase kedua itu penambahan jam menjadi lima jam pelajaran ditambah istirahat," kata Dwi saat dihubungi Republika, Ahad (4/4).

photo
Siswa SMP Negeri 13 Solo mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di Solo, Jawa Tengah, Kamis (18/3/2021). Simulasi digelar sebagai persiapan untuk membuka sekolah dengan PTM pada Juli mendatang. - (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Dari hasil evaluasi PTM fase pertama, lanjutnya, ada sekolah yang mengubah jadwal sesuai kalender akademik. Misalnya, beberapa sekolah memprioritaskan PTM bagi kelas IX lantaran menjelang ujian sekolah. Sedangkan kelas VIII ditunda sampai pelaksanaan ujian sekolah.

Selain itu, ada beberapa evaluasi mengenai izin kewenangan terkait antar jemput siswa. Ada orang tua yang keberatan mengantar jemput dengan alasan tempat tinggal yang dekat dengan sekolah dan pekerjaan tidak bisa ditinggalkan.

Mereka meminta kelonggaran agar anak diperbolehkan berangkat ke sekolah dengan jalan kaki atau naik sepeda. "Kami mengizinkan hanya radius di bawah 500 meter yang kemungkinan anak masih bisa terpantau. Kalau lebih dari itu sudah sulit terpantau," katanya.

Dwi menambahkan, pada PTM fase kedua, sekolah diberikan kelonggaran melakukan kegiatan belajar mengajar selama lima jam pelajaran ditambah istirahat 15 menit. Dinas pendidikan melihat para siswa sudah terbiasa dengan pola perilaku kebiasaan baru.

 
Ketika fase pertama dianggap lancar tidak ada kendala, anak-anak berperilaku kebiasaan baru, maka kami berikan izin fase kedua.
 
 

"Ketika fase pertama dianggap lancar tidak ada kendala, anak-anak berperilaku kebiasaan baru, maka kami berikan izin fase kedua penambahan durasi plus penambahan istirahat," terangnya.

Saat jam istirahat, para siswa diminta tetap berada di dalam kelas. Namun, siswa juga diberikan kesepatan mengakses perpustakaan atau tempat ibadah saat jam istirahat dengan penerapan protokol kesehatan. Hal itu juga disesuaikan dengan kesiapan sekolah. Sekolah diminta memantau interaksi anak-anak saat jam istirahat untuk dijadikan bahan evaluasi.

Selain 24 sekolah tersebut, Dwi menyebut ada 15 SMP lagi yang mengajukan untuk menggelat PTM. Dinas Pendidikan masih melakukan verifikasi lapangan pengajuan tersebut sekaligus memberikan sejumlah rekomendasi evaluasi persiapan PTM.

Misalnya, penambahan sarana cuci tangan pakai sabun di dekat pintu gerbang, menambah spanduk kaitannya dengan kampanye 3M di tempat strategis, serta pemisahan jalur keluar masuk. Pada Senin (5/4), 15 sekolah itu rencananya melaksanakan simulasi latihan alur PTM.

Sebelumnya, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyatakan bakal memberikan sanksi tegas kepada guru yang kedapatan tidak memakai masker di sekolah. Gibran sempat mendapati guru yang tidak memakai masker saat mengunjungi salah satu SMA di Solo dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

"Ada (sanksi tegas), pokoknya nanti ada. Sudah saya laporkan ke dinas pendidikan. Guru hampir semua divaksin. SOP sudah ada semua," ucap Gibran, pekan lalu.

photo
Suasana KBM tatap muka di SDN 2 Pananjung di Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (31/3/2021). - (Bayu Adji P/Republika)

Di Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Garut sejak dua pekan ke belakang membuat gerakan "Ayo Masuk Sekolah". Gerakan itu dilakukan sebagai upaya persiapan jelang PTM di sekolah kembali dilakukan.

Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Entib Satibi mengatakan, gerakan itu bertujuan mempersiapkan sekolah dalam menggelar PTM. Sebab, sudah sekitar satu tahun sekolah tak digunakan.

"Pasti banyak yang harus dipersiapkan kembali. Jadi kita bersihkan sekolah agar siap digunakan untuk tatap muka," kata dia kepada Republika, kemarin.

Ia menambahkan, gerakan tersebut juga dimaksudkan untuk memantau langsung kesiapan protokol kesehatan (prokes) di sekolah. Jika masih ada sekolah yang sarana dan prasarana prokesnya masih kurang, ia minta segera dipenuhi.

"Kita dorong sekolah terus melakukan persiapan terkait sapras prokes. Baik itu tempat cuci tangan, hand sanitizer, dan lainnya. Supaya saat nanti masuk semua sudah siap," kata dia.

Entib mengklaim, saat ini hampir seluruh sekolah di Kabupaten Garut siap untuk menggelar PTM. Ia berharap, PTM di Kabupaten Garut dapat dilakukan setelah Lebaran, sebelum tahun ajaran berakhir.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat