Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin Covid-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). | ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Tajuk

Keamanan dan Kehalalan Vaksin

Tak hanya keamanan, kehalalan vaksin juga harus dijamin.

Satu tahun telah berselang sejak kasus pertama virus Covid-19 ditemukan di Indonesia. Meskipun begitu, angka penyebaran penyakit ini belum memperlihatkan tanda penurunan. Alih-alih, trennya cenderung terus meningkat setiap harinya. Hal ini lantaran belum ada 'senjata' yang ampuh dan terbukti efektif untuk mengatasi virus korona ini.

Saat ini, satu-satunya harapan masyarakat untuk melawan covid adalah vaksin. Pemberian vaksin diharapkan dapat membentuk herd immunity sehingga masyarakat memiliki kekebalan terhadap virus Covid-19. Hanya saja, memang masalah utama terkait vaksin adalah jumlahnya yang masih terbatas.

Hingga 12 Maret 2021, setidaknya baru 5 juta orang yang terdata menerima vaksin. Dari angka itu, hanya 1,34 juta orang atau 0,49 persen dari populasi yang telah mendapatkan vaksin lengkap.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pemerintah menerapkan pemberian vaksin dilakukan secara bertahap dan berdasarkan prioritas. Ini mengingat masalah produksi vaksinnya yang masih sedikit.

 
Bahkan, karena jumlahnya yang terbatas, negara-negara di dunia saling berebut untuk mendapatkan vaksin.
 
 

Bahkan, karena jumlahnya yang terbatas, negara-negara di dunia saling berebut untuk mendapatkan vaksin. Dijelaskan, dari 160 negara, mungkin baru 50-60 negara yang telah mendapatkan vaksin.

Akan tetapi, saat ini muncul kekhawatiran masyarakat terkait pemberian vaksin Covid-19. Ini setelah vaksin AstraZeneca disebut menimbulkan pembekuan darah pada orang yang divaksin. Beberapa negara pun kemudian memutuskan untuk menghentikan penggunaan vaksin ini.  

Indonesia termasuk negara yang mengimpor vaksin AstraZeneca. Holding BUMN Farmasi, PT Bio Farma (Persero) mencatat, 1.113.600 dosis vaksin Astrazeneca telah tiba di Indonesia pada Senin (8/3). Ini merupakan tahap awal dari jumlah yang ditargetkan yakni sebesar 4,6 juta dosis.

Mengenai keamanan vaksin asal Inggris ini, pemerintah memang menjelaskan bahwa vaksin AstraZeneca telah mendapatkan emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 22 Februari 2021. Jika BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan darurat, pemerintah pun menjamin bahwa keamanan vaksin sudah terjamin.

 
Jika BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan darurat, pemerintah pun menjamin bahwa keamanan vaksin sudah terjamin.
 
 

Meskipun begitu, pemerintah harus tetap memastikan bahwa vaksin yang diberikan ke masyarakat memang benar-benar aman. Jangan hanya karena masyarakat sangat membutuhkan vaksin, maka izin dikeluarkan dengan mengabaikan standar yang seharusnya.

Apalagi, terkait vaksin milik Astrazeneca, regulator Uni Eropa (UE) telah meminta alergi parah untuk ditambahkan ke daftar kemungkinan efek samping pemberian vaksin ini. Hal itu setelah terjadi 41 laporan dugaan anafilaksis terdeteksi di Inggris yang kemungkinan terkait dengan vaksinasi.

 
Tak hanya keamanan, kehalalan vaksin juga harus dijamin.
 
 

Tak hanya keamanan, kehalalan vaksin juga harus dijamin. Karenanya, kita harus mendukung upaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memastikan akan mengkaji beberapa jenis vaksin Covid-19 lain selain Sinovac, seperti Astrazeneca, Pfizer-BionTech, dan lainnya.

Pemerintah harus memastikan bahwa vaksin yang diberikan memang benar-benar halal. Hal ini untuk memberikan rasa tenang untuk masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat