Pekerja menurunkan karung berisi beras yang diserap dari petani di gudang Perum Bulog Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Rabu (24/2). | ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Ekonomi

Mendag Jamin Pasokan Pangan Aman

Beras impor yang didatangkan Bulog pada 2018 lalu masih tersisa.

JAKARTA -- Kementerian Perdagangan memastikan persediaan bahan pangan pokok untuk kebutuhan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri aman. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, seluruh komoditas yang bisa diproduksi dalam negeri maupun impor sudah dipastikan tersedia.

"Saya sudah perintahkan, untuk (bahan pokok) yang impor-impor sudah. Gula, daging sapi, dan kerbau sudah impor," kata Lutfi dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/2).

Namun, Lutfi enggan menjelaskan lebih detail mengenai nilai komoditas pangan yang diimpor serta waktu kedatangannya ke Indonesia. "Jumlah harga dan kapan datang itu ada di kantong saya, karena itu sensitif dan saya yakin kita melampaui lebaran dengan baik," kata Lutfi.

 
Beras sudah dipastikan (aman).
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi
 

Menurutnya, langkah memastikan kecukupan kebutuhan pangan saat Ramadhan tahun ini sudah dilakukan sejak 24 Desember 2020 atau sehari setelah dirinya dilantik Presiden Joko Widodo. Lutfi mengatakan, dalam pelaksanaan importasi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pihaknya memastikan langsung kepada institusi-institusi yang diberi penugasan pemerintah.

"Bukan mereka yang tanya saya, tapi saya yang telepon mereka, mana barang sudah dikirim belum. Jadi sudah berubah, saya akan perbaiki tata kelola di Kemendag secara transparan," katanya.

Untuk komoditas dari dalam negeri, ia memastikan kecukupannya untuk kebutuhan masyarakat. Seperti misalnya, beras yang menjadi bahan pangan pokok seluruh masyarakat. "Beras sudah dipastikan (aman)," kata dia.

Sementara itu, Perum Bulog menyampaikan, beras impor yang didatangkan perusahaan pada 2018 lalu masih tersisa hingga saat ini. Wakil Direktur Utama Bulog Gatot Trihargo mengatakan, masih terdapat sisa beras impor sebanyak 318 ribu ton.

"Tahun 2018 kita harusnya impor beras 2 juta ton, tapi yang datang 1,8 juta ton. Dari stok itu masih ada 381 ribu ton," kata Gatot dalam sebuah webinar.

photo
Pekerja mengangkut beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (26/1/2021). - (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Gatot mengatakan, saat itu beras impor yang didatangkan dari sejumlah negara direncanakan dipakai habis. Namun, lantaran pemerintah menghapus program Beras Sejahtera (Rastra) untuk bantuan sosial masyarakat yang disediakan oleh Bulog, sisa beras impor itu harus menjadi stok hingga saat ini.

Meski sudah berumur lebih dari tiga tahun, Gatot mengatakan, kualitas beras tersebut tetap dijaga Bulog agar tidak turun mutu. Hal itu melalui pemrosesan ulang dengan mencampurnya dengan beras yang baru.

"Ini akan kami reprocessing, kita blending. Jadi 60 persen beras baru, 40 persen beras lama, saya sudah coba tiap hari dan bagus," kata Gatot.

Menurutnya, beras impor yang tersisa itu berasal dari Thailand dan Vietnam. Beras dari kedua negara itu diklaim Gatot memiliki kualitas bagus meski pera. "Dicampur supaya dia lebih pulen dan tidak apek. Ini kita jadikan beras medium," katanya.

Dikarenakan kualitas beras yang terjaga, ia memastikan Bulog tidak akan melakukan disposal beras seperti yang terjadi pada awal tahun lalu. Bulog sempat menempuh langkah disposal terhadap 20 ribu ton beras karena mengalami turun mutu.

Bulog juga sudah memiliki fasilitas gudang yang mumpuni sehingga bisa menyimpan beras lebih optimal agar kualitas terjaga. "Gudang kita bagus semua dan terjaga, tidak ada (beras) yang busuk," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat