Jason Fried (kiri) dan David Heimeier Hansson (kanan) pengarang Buku Remote | Wikipedia dan Youtube

Kitab

Remote: Cara Baru Kerja Menembus Keterbatasan

Kerja remote adalah cara kita untuk tetap produktif di tengah pandemi Covid-19

Kerja pada era digital semakin praktis. Keterbatasan semakin berkurang seiring dengan teknologi yang terus berkembang. Pola kerja yang pada era 1990-an dinilai ‘tak mungkin dilakukan’ itu kini menjadi keniscayaan, karena teknologi yang kian maju, cita-cita, dan target untuk mewujudkannya. 

Pada era 90-an internet masih terbatas. Sehingga segala hal dikerjakan secara manual. Meski ketika itu sudah ada komputer, pengarsipan masih banyak dilakukan dengan kertas yang bertumpuk-tumpuk sehingga memakan ruang dan sumber daya manusia.

Komunikasi harus sering dilakukan dengan hadir di kantor. Kerja harus di meja kerja. Atasan langsung dapat menyaksikan apa yang dilakukan karyawannya. Kantor menjadi kebanggaan bersama, meski dibeli atau disewa dengan uang yang tidak sedikit.

Kini anggapan-anggapan tadi tak selamanya diterima. Kerja misalkan, tak lagi harus di kantor. Atasan tak melulu harus melihat langsung karyawannya dengan mata kepala. Arsip tak lagi harus berbentuk kertas bertumpuk-tumpuk yang memenuhi gudang. 

Kok bisa? Sekarang ini kerja bisa dilakukan di luar kantor, jarak jauh atau berpindah-pindah (remote).  Bagaimana mungkin, perusahaan apa yang sudah menerapkan kerja remote. Nah, Jason Fried dan David Heimeier Hansson menjawab itu semua dalam bukunya berjudul Remote

Jason Fried yang lahir pada 1974 adalah pengusaha web design yang kini mengembangkan aplikasi dan website Basecamp di Chicago Amerika Serikat. Terbiasa melihat design laporan keuangan penuh warna dan bernilai seni, dia terdorong menjadi pendesain pada masa mudanya. Jadilah dia pekerja desain di berbagai perusahaan. Pengalaman itu mempertemukannya dengan manager dengan berbagai sikap. Ada yang tidak mudah mempercayai karyawan. Mudah curiga. ada juga bos yang bijak, sehingga menghargai kinerja karyawannya.

Sistem kerja juga menjadi hal yang diperhatikan. Fried adalah tipe orang yang tidak menyukai birokrasi. Tahapan kerja yang panjang dan bertele-tele, akan dipangkasnya, sehingga menjadi mudah, dan cepat.

Pola ringkas, taktis, strategis, dan to the point, adalah gaya khasnya yang diterapkan dalam sistem dan manajemen perusahaan. Komunikasi antara dirinya dengan karyawan tidak terbatas. Dapat dilakukan setiap saat. Bahkan dia sebagai pendiri dan pemilik perusahaan dapat langsung berkomunikasi dengan karyawan yang berada di posisi paling bawah. Jadi no barrier.

Hal sama juga terlihat dalam caranya menyusun buku Remote. Masing-masing bab berisikan beberapa bagian yang singkat dan padat. 

Penulis kedua, David Heimeier Hansson. Pria asal Denmark kelahiran 1979 ini adalah programmer. Salah satu karyanya adalah Ruby on Rails, kerangka kerja aplikasi web sumber terbuka yang berjalan via bahasa pemrograman Ruby.

Hansson juga masyhur sebagai pembalap. Olahraga ini mengantarkannya menjadi juara dalam berbagai race antarnegara.

Mereka mendirikan Basecamp, sebuah perusahaan sederhana yang berperan dalam pembuatan sejumlah piranti lunak bergengsi. Dulu namanya adalah 37signals. Programmernya adalah Hansson dan pendesainnya adalah Fried. Mereka berperan dalam pembuatan situs internet dan aplikasi Hulu, Airbnb, GitHub, dan versi terbaru Twitter

Menjadi inspirasi pemerintah dan swasta

Buku Remote menjadi narasi strategis bagi pemerintah dan swasta. Sebab dengan menerapkan pengalaman Jason Fried dan David Heimeier Hansson lingkungan kerja menjadi lebih dinamis. Kerja menjadi tak dibatasi ruang dan waktu. Pemerintahan, perusahaan, atau lembaga, terus berjalan dengan memanfaatkan segala sarana yang ada.

"Pada mulanya konsep kerja remote itu ditolak, tapi ketika kita berada pada situasi serba terbatas seperti saat ini, pandemi Covid-19 di mana-mana, konsep kerja Fried dan Hansson adalah solusinya. Karena itu buku ini kami perjuangkan untuk diterbitkan dalam Bahasa Indonesia," kata CEO Rene Turos Indonesia Luqman Hakim Arifin.

 

 

Kerja remote adalah solusi agar perusahaan tetap berkembang di tengah situasi pandemi Covid-19.

 

LUQMAN HAKIM ARIFIN, CEO Rene Turos Indonesia
 

Keterbatasan adalah tantangan, bukan untuk bersikap pesimistis. Justru keterbatasan harus membuat setiap orang semakin giat bekerja, semakin produktif. Tetap belajar, evaluasi, mengedepankan sinergi dan kolaborasi, dengan memanfaatkan teknologi sebagai kunci suksesnya. "Itu pesan dan inti buku Remote ini," kata Luqman.

Hal menarik

Beberapa hal menarik buku Remote adalah sebagai berikut. Banyak karya dihasilkan atau target tercapai di luar kantor. Mengapa demikian? karena kantor membosankan. “Too much interruption,” tulis keduanya.

Rutinitas pulang pergi dari rumah ke kantor dan sebaliknya sungguh merusak suasana. Membuat orang kehilangan kreativitas, jenuh, bahkan stres. Ini terjadi di sekitar kita. Terlebih untuk masyarakat kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Makassar, dan Manado, yang sering terkena macet. Ruas jalan tak cukup menampung banyaknya kendaraan, sehingga mengular hingga beberapa kilometer. Suara klakson bersahutan menandakan kebosanan dan berharap kendaraan kembali berjalan menuju tempat yang diinginkan.

Jakarta adalah contoh kota dengan kemacetan yang luar biasa. Berdasarkan data Polda Metro Jaya, setiap harinya (sebelum pandemi Covid-19) ada delapan juta kendaraan bermotor meringsek masuk, mulai roda dua hingga lebih, yang masuk ke sana. Asalnya dari daerah penyangga Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Apa yang kemudian terjadi? Macet di mana-mana. Waktu tempuh membengkak menjadi dua kali lipat. Dari yang semula 30 menjadi 60 menit. Bahkan lebih. 

Kerja jarak jauh (remote) adalah solusinya. Tempat kerja yang bebas membuat arus lalu lintas lancar. Situasi kerja yang mengharuskan karyawan lebih banyak kerja dari rumah (work from home/WFH) seperti sekarang ini, membuktikan hal tersebut. Kerja menjadi lebih fleksibel meski harus disertai pembiasaan.

Teknologi menjadi kunci kerja remote. Komunikasi dan tatap muka real time, dilakukan dengan aplikasi, seperti Basecamp, Webex (sekarang ada Zoom dan google meet). Mengunduh file menggunakan Drop Box, dan Google Drive. Teknologi yang menunjang kerja menjadi lintas waktu ini merupakan opsi lebih baru daripada kerja dengan waktu tertentu mulai pukul 09.00-17.00, di gedung tinggi, yang ke sana harus menerobos kemacetan.

photo
Peta buku Remote - (Erdy Nasrul)

Kerja remote menandakan berakhirnya monopoli kota besar. Dominasi atau bahkan hegemoni ekonomi di kota besar dapat terkikis dengan adanya konsep kerja remote. Masyarakat desa, yang jauh dari kota, terlibat aktif dalam kerja-kerja yang sebelumnya hanya ditangani para pekerja di kota besar. Distribusi barang yang semula banyak berlangsung di kota, kini juga terjadi di desa, meski skalanya belum sebesar di kota.

Teknologi juga menjadi lebih merata. Akses internet masuk ke pedesaan. SDM desa semakin berkembang. Mereka memroduksi aplikasi bermanfaat, menjual komoditas dan jasa yang bermanfaat untuk masyarakat, berinovasi dalam pelayanan, seperti yang dilakukan pekerja berprestasi di kota besar. Ruang inovasi menjadi semakin luas. 

Ini berdampak besar terhadap pemerataan ekonomi. Kalangan pemodal, yang semula hanya tumbuh di kota, kini sudah ada di desa. Kesenjangan ekonomi berkurang. Keadilan sosial semakin meluas.

Kerja remote memunculkan kenyamanan. Hati menjadi lebih tenang. Karena tak lagi terpusat di kantor, kerja menjadi lebih nyaman. Tidak lagi diganggu karyawan usil. Tidak lagi harus masuk ruang rapat mengenakan seragam formal. Kerja dapat dilakukan di ruangan dengan pemandangan sungai berarir jernih, seperti di Cimory Riverside, villa pegunungan, daerah pesisir dengan debur ombak yang menggetarkan hati, dan daerah lain yang sesuai keinginan Anda. Bebas saja. Suasana nyaman membuat proses pencapaian target lebih cepat. Kerja menjadi lebih fokus.

Harus dipahami juga, bahwa kerja remote bukan serabutan. Remote berarti efisiensi. Bukan bermakna perusahaan pelit atau hemat. Sama sekali bukan. Ini adalah persoalan kecenderungan atau keinginan (passion). Kalau kerja berdasarkan passion, maka hasilnya akan maksimal. Dampaknya terasa, membesarkan perusahaan. Dengan begitu, penghasilan akan mengikuti setelahnya.

Ada value atau nilai yang menjadi dasarnya. Seperti integritas, kerja hingga tuntas. Tanggung jawab. Artinya menjamin kerja berlangsung dengan baik dan menanggung risikonya. Trust atau amanah, memberikan kepercayaan kepada karyawan bahwa dia serius mengerjakan tugasnya.

photo
Halaman wajah dan akhir Buku Remote - (Erdy Nasrul)

Tak lagi harus di kantor

Kerja jarak jauh juga mematahkan beberapa anggapan kerja harus di kantor. Di antaranya, ide brilian hanya muncul di kantor. Kenyataannya tidak demikian. Dalam obrolan melalui (aplikasi) Webex misalkan (atau Zoom dan Google Meet saat ini) ide brilian bermunculan. Namun, ide ini jangan sampai merusak target prioritas atau kalau pun akan diambil menjadi bagian dari prioritas perusahaan, haruslah yang lebih baik dari yang sudah direncanakan.

Anggapan kedua yang tidak tepat, kerja remote tak terawasi. Ini adalah anggapan orang yang mudah curiga. Tidak mudah mempercayai orang lain. Atau bahkan selalu ingin mengetahui apa yang dikerjakan orang lain. Ini adalah pengalaman Jason Fried ketika memiliki bos yang mudah mencurigai bawahannya, sehingga suasana kerja menjadi tidak nyaman.

Perasaan semacam ini harus diganti dengan perencanaan matang dan target. Kemudian mengontrolnya melalui perbincangan elektronik berbasis aplikasi.

Ketiga, rumah penuh dengan ‘godaan’. Misalkan tumpukan cucian, mengasuh anak, dan tidak terawasi atau jauh dari bos. Namun semua itu dikembalikan pada kedewasaan. Orang dewasa bertanggung jawab atas apa yang dikerjakannya. Dia menyadari passion-nya. Bekerja berdasarkan kesukaannya, pasti akan memuaskan hati, dan sesuatu tersebut akan terus ditekuninya meski sudah banyak prestasi diraih.

Keempat, hanya kantor yang aman. Data tersimpan di kantor lebih aman. Di sana sistem keamanannya super maksimum. Kalau bekerja remote, maka pengiriman data sangat mungkin bocor, diakses orang lain, rahasia perusahaan terbongkar. Benarkah demikian? 

Jawabannya adalah, aplikasi saat ini sudah banyak yang memfasilitasi keamanan jaringan. Paket penyimpanan Cloud saat ini sudah terjamin keamanannya. Server dan laman internet yang canggih dengan content management system (CMS) lengkap dengan kata sandi sebagai aksesnya menjadi sarana pelaporan kinerja harian. Manager dan direktur dapat langsung memonitor kerja bawahannya dengan detil dan memberikan arahan-arahan untuk mengoreksi, melengkapi, bahkan menolak laporan yang diberikan.

Kelima, sudah keluar uang banyak untuk pengadaan kantor. Perusahaan besar biasa membuang uang atau menghanguskan uang (burning money). Salah satunya untuk membeli atau menyewa kantor mewah di pusat perkotaan. Maksudnya untuk kebanggaan (pride), Agar masyarakat terkejut mengetahui keberadaan instansi atau kantor tersebut. Oh wow kantor perusahaan A di Jl Sudirman, misalkan.

Tapi sekali lagi, pertanyaannya adalah apakah dengan kantor yang mahal itu, sumber daya yang ada akan menghasilkan pendapatan besar. Nilai akan terbangun dan dijalankan, dan karyawan akan makmur? Kalau bekerja di rumah lebih produktif atau menghasilkan, mengapa harus membakar uang untuk kantor mewah? 

Banyak perusahaan besar sudah menerapkan kerja remote. Pertama perusahaan dengan karyawan lebih dari 10 ribu orang: AT&T, Mckinsey&CO, Intel, Deloitte, British Telecom, Unilever.

Kedua adalah perusahaan dengan seribu sampai sepuluh ribu karyawan: Mercedes Benz USA, Teach for America, Plante Moran, Dreams Works Animation, Perkins Coie, American Fidelity Assurance, US Department of Education, Virgin Atlantic, Brocade Communication.

Perusahaan dengan pegawai kurang dari seribu orang: GitHub, Ryan, LLC, Automatic. MWW, Kony, TextMaster, BeBano. Brightbox, He:Labs, Fotolia, FreeAgent, Proof Branding.

Cara kerja jarak jauh

Pertama harus ada waktu untuk fokus. Berdasarkan pengalaman penulis yang mendirikan 37signals, selama komunikasi 4 jam, mereka baru dapat rasa sebagai satu tim. Perbedaan waktu antara satu tempat dan lainnya menjadi tantangan tersendiri. Misalkan satu orang berada di Jakarta. Lainnya ada di Arab Saudi. Maka tantangan yang dihadapi adalah perbedaan waktu enam jam. Jakarta lebih cepat enam jam bila dibandingkan Arab Saudi.

Cara berikutnya adalah aplikasi yang mempertemuan semua tim. Di antaranya adalah Zoom, Google Meet, kalau yang disebutkan buku ini adalah 37signal. Aplikasi juga harus menyediakan ruang untuk bincang (chat) santai. Misalkan, di ruang ini, karyawan bisa mengucapkan selamat ulang tahun, mengirimkan emotikon kado ulang tahun, dan lainnya.

Secara psikologis, semua karyawan harus merasa dilibatkan. Pada suatu waktu, harus ada pertanyaan diskusi, “Apa yang sedang Anda kerjakan?”. Nah, biasanya karyawan akan merespons pertanyaan tersebut dengan berbagai jawaban. Di dalamnya ada paparan yang sudah dikerjakan, perencanaan, bahkan target. Intinya di sini adalah mewongke (meng-orang-kan, mengapresiasi karyawan), sehingga mereka termotivasi untuk berbuat lebih untuk perusahaan.

Apresiasi merupakan kebutuhan keempat (dari lima) yang dijabarkan psikolog Abraham Maslow (1908-1970). Kebutuhan penghargaan meliputi faktor-faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi serta faktor-faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. Kebutuhan penghargaan atau disebut juga kebutuhan harga diri merupakan hak untuk memperoleh dan kewajiban untuk meraih atau mempertahankan pengakuan dari orang lain. 

Karya menjadi patokan penilaian kinerja. Ini yang menjadi acuan pihak personalia atau bagian SDM. Menilai kinerja seseorang bukan semata-mata dengan kehadiran di kantor. Yang lebih mendasar adalah mutlak berbasis kinerja atau karya. Orang yang bekerja remote pasti mengedepankan karyanya. Apa yang sudah dikerjakan menjadi acuan ‘kehadiran’ atau dalam bahasa eksistensialisme ‘being’ atau ‘ada’ atau wujudnya di perusahaan.

Kerja di kantor sangat mungkin menghadapi gangguan, seperti listrik padam, koneksi internet bermasalah, dan air tidak mengalir. Dalam skala yang lebih mengerikan adalah bencana alam: gempa, badai, pandemi seperti Covid-19. Kalau ini yang terjadi, maka kerja remote menjadi opsi yang niscaya. 

Hindari rapat yang berlebihan. Koordinasi harus dilakukan. Tapi bukan berarti harus selalu melalui rapat. Karena setiap melaksanakan rapat, maka sudah pasti pesertanya wajib mengundur, menunda kegiatan mereka, dan menggantinya dengan rapat.

Hal-hal yang harus diwaspadai

Jangan merasa sendirian. Kerja berpindah-pindah atau jarak jauh membuka peluang networking luas. Teman tak hanya yang ada di kantor. Tapi juga yang real time ada di dekat Anda. Ini membuka peluang banyak hal terkait pekerjaan, passion, hobi, dan banyak lagi. 

Jangan terlalu menekan (pressure). Jangan memaknai kerja jarak jauh dengan kesewenang-wenangan menentukan target. Distribusi tugas kepada partner harus tetap merata. Tidak kepada karyawan andalan semata, tapi semuanya, sehingga target lebih mudah dicapai, dan tingkat stress kerja berkurang.

Hindari kejenuhan atau kebosanan. Standar sarana kerja mutlak diperlukan (tata kerja: ergonomi). Jika Anda ingin kerja remote berkesinambungan, maka poin ini harus dipenuhi. Di antaranya adalah meja kerja yang nyaman, kursi dengan sandaran empuk dan bisa berputar, dan perangkat komputer minimal 27 inc dengan resolusi tinggi. Mahal memang, tapi ini akan sangat bermakna untuk menciptakan kenyamanan kerja.

Awas penyakit. Kerja di rumah bukan berarti sedikit bergerak. Justru harus banyak bergerak. Lebih relaks. Kalau saat kerja di kantor Anda meluangkan waktu makan di cafe, maka saat kerja remote pun Anda sangat mungkin melakukan hal sama. Dapat diselingi dengan berlari kecil di halaman rumah. Harus selalu bergerak.

Pastikan sistem dan SDM siap. Ini tidak mudah. Karena pada awal pelaksanaan kerja remote, terkadang ada karyawan yang tidak bisa dihubungi atau menghilang begitu saja. Alasannya mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan pola kerja seperti itu. 

Sistem yang kurang mendukung juga menjadi penyebab lain. Ada trouble yang tidak diharapkan baik dari aplikasi maupun jaringan internet, sehingga komunikasi tidak terjadi dan karyawan meninggalkan pekerjaannya.

Bangun kepercayaan dengan klien. Tipsnya, buka semua hal terkait kerja sama dengan klien. Jangan ada yang disembunyikan, meskipun kerja dilakukan secara remote.

Hati-hati dengan pajak. Pelajari aturan pajak tempat karyawan Anda bekerja. Bisa saja Negara tertentu memungut pajak kepada Anda karena memekerjakan warganya. Juga ketentuan lainnya, seperti jaminan sosial dan asuransi.

Merekrut dan mempertahankan yang terbaik

Ini soal sumber daya manusia (SDM). Mencari mitra kerja terbaik tidaklah mudah. Terlebih yang siap dengan sistem kerja remote. Ini harus dilakukan bersama dengan seleksi. Selain kompetensi kerja, komunikasi yang aktif, dan keterpanggilan untuk menyelesaikan tugas dengan sempurna juga harus ada. 

Pada bagian ini, si penulis memaparkan pengalamannya mendirikan, mengelola, dan mengembangkan aplikasi 37signal yang melibatkan orang-orang lintas benua. Bagaimana membangun kepercayaan bersama mereka, membangun kinerja yang berintegritas, dan mencapai target, sehingga perusahaan semakin maju, menghasilkan, dan memberikan manfaat kepada mereka.

Tentu saja komunikasi jarak jauh yang berjalan. Tapi, isinya tidak melulu soal kerja dan target. Ada hal menyenangkan, menyamakan rasa, berempati, dan upaya membangun hubungan yang saling menguntungkan. Ingat, karyawan bukan robot. Mereka adalah manusia yang mempunyai nalar dan hati, rasional dan juga emosional.

Kompetensi apa yang harus dimiliki pekerja remote? Yang paling utama adalah kemampuan menulis yang baik. Berbekal kemampuan ini, mereka akan mampu membuat laporan yang berkualitas, enak dibaca, dan tidak membuat kepala pusing ketika membacanya. Kemampuan ini pula yang memuaskan hati konsumen. Jawaban yang dibuat dengan untaian kata yang menyentuh hati, jelas, dan masuk akal, membuat konsumen mendapatkan nilai tambah.

Untuk meningkatkan skill menulis, Jason Fried dan David Heimeier Hansson menyarankan pembacanya untuk membaca buku berikut ini:

1. On Writing Well karya William Zinsser.

2. The Element of Style karya William Strunk dan EB White.

3. Reviving Prose karya Richard Lanham.

Mengatur pekerja jarak jauh

Segera mulai bekerja jarak jauh. Modalnya adalah komitmen, disiplin, dan keyakinan. Untuk kita orang Indonesia, harus ditambah lagi dengan doa, sebagai wujud tawakkal kita kepada Yang Mahakuasa. Usaha kita hanyalah 1 persen. Yang paling banyak adalah kehendak Tuhan YME. Dialah yang menentukan keberhasilan. Dan agar Tuhan membuka pintu keberhasilan, caranya adalah dengan doa.

Kehidupan sebagai pekerja jarak jauh

Ini adalah bagian akhir dari Remote. Di dalamnya terdapat gambaran kehidupan para pekerja jarak jauh. Bagaimana mereka menjalani keseharian, berinteraksi dengan keluarga dan mitra kerja, mencapai target, dan sebagainya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat