Petugas Damkar membersihkan lumpur pasca banjir di kawasan Pejaten Timur, Jakarta, Selasa (9/2). Banjir setinggi dua meter yang merendam pemukiman kini sudah mulai surut dan warga mulai membersihkan sisa lumpur serta sampah yang terbawa air. Republika/Put | Republika/Putra M. Akbar

Jakarta

Normalisasi Kali Ciliwung Jakarta Kurangi Potensi Banjir

Gubernur Anies Baswedan mengeklaim program Gerebek Lumpur menekan angka banjir di Jakarta

JAKARTA -- Sejumlah korban banjir di bantaran sungai di kawasan Jakarta Timur meminta pemerintah untuk kembali melakukan normalisasi Kali Ciliwung. Karena, saat ini telah mengalami pendangkalan akibat faktor sedimentasi.

"Kalau bisa keruk kalinya yang lebih dalam biar enggak luber. Ini kali sudah dangkal banget," kata salah satu korban banjir di Kelurahan Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Puspita (41 tahun), Selasa (9/2).

Banjir akibat luapan Kali Ciliwung di wilayah setempat berangsur surut pada Selasa pagi. Namun, sebagian rumah penduduk di bantaran sungai masih terendam dengan ketinggian berkisar 20 sentimeter hingga 1 meter.

Sebagian warga yang rumahnya sudah tidak terendam banjir mulai membersihkan perabotan serta teras rumah mereka dari endapan lumpur. "Untuk yang dekat sungai, rumah masih banjir satu sampai dua meter. Mereka masih ngungsi. Saya juga bersih-bersih, pompa air ini inisiatif warga saat banjir untuk membilas rumah," kata warga setempat, Abdurahman.

Secara terpisah Lurah Kampung Melayu, Setiyawan mengatakan, dia juga mendorong pemerintah pusat dan Provinsi DKI Jakarta segera menormalisasi Kali Ciliwung. 

"Terakhir kali ada normalisasi di tahun 2015 hingga 2017. Memang perlu ada normalisasi lagi karena sudah dangkal," kata Setiyawan.

Setiyawan mengatakan, terdapat sekitar 817 warga di RW 04, RW 05, RW 07, dan RW 08 Kebon Pala yang terdampak banjir sejak Ahad (7/2). "Saat ini banjir sudah berangsur surut," kata dia.

Setiyawan berharap, proyek Bendungan Ciawi dan Sukamahi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bisa segera diselesaikan agar air yang turun ke hilir bisa dikendalikan secara optimal.

Warga Cipinang Melayu, Kampung Makasar, Jakarta Timur menikmati hasil dari normalisasi Kali Sunter. Sejak normalisasi tersebut, daerah Cipinang Melayu tidak lagi menjadi daerah langganan banjir.

"Dari tahun 2014 sudah saya katakan banjir penyebabnya selalu dari luapan Kali Sunter, tidak ada yang lain, tapi tahun ini itu semua aman dan tidak terjadi banjir (parah) lagi di tempat kami," kata Irwan Kurniadi selaku Ketua RW 04, Cipinang Melayu.

Menurut Irwan, kinerja dari jajaran Pemprov DKI Jakarta beserta Pemkot Jakarta Timur yang telah menangani banjir di Cipinang Melayu secara menyeluruh, yakni mengatasi banjir seiring dengan pembenahan wilayah hulu Kali Sunter di Cikeas itu sehingga belum terlihat banjir di daerah tersebut.

"Untuk tahun ini saya apresiasi kerja dari gubernur, saya lihat ada kemauan untuk membenahi kali sunter dan mengatasi banjir secara holistik dan menyeluruh. Terlihat dari bagaimana jajaran Pemprov DKI dan Pemkot Jakarta Timur dalam membenahi masalah banjir di Cipinang Melayu dari hulunya, yakni di daerah Cikeas," ujar dia.

Menurut Irwan, Pemprov DKI mengambil langkah tepat untuk memfungsikan Waduk Tiu di Kawasan Pondok Ranggon Cipayung, Jakarta Timur. Sehingga, air dari Kali Sunter yang biasanya meluap ke permukiman warga di Cipinang Melayu dapat ditampung terlebih dahulu di waduk tersebut dan debit air terjaga dari luapan banjir.

"Keberadaan waduk ini sangat membantu untuk mengurangi debit air, sehingga sampai sini, airnya terkendali dan tidak meluap menjadi banjir," ujar Irwan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Anies Baswedan (aniesbaswedan)

Terkendali

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menilai, banjir di Ibu Kota kali ini cukup terkendali jika dilihat berdasarkan jumlah RT terdampak. Anies memaparkan, berdasarkan data yang diterima, dari total 30.470 RT, hanya sebanyak 116 RT yang terendam banjir pada Senin (8/2).

"Di Jakarta total ada 30.470 RT seluruh wilayah Jakarta. Alhamdulillah dalam musim penghujan dan beberapa waktu ini mayoritas terkendali dengan baik. Lalu, dari 30.470 RT saat ini ada 116 RT yang di situ ada genangannya, yaitu 0,38 persen," kata Anies, Selasa.

Anies mengatakan, ada dua target yang harus dipenuhi dalam penanganan banjir kali ini. Pertama, jika terjadi hujan lebat, harus dipastikan surut dalam waktu enam jam setelah hujan reda. Kedua, tidak ada korban jiwa.

"Dan yang ketiga adalah galang. Insya Allah kita akan bisa melewati masa musim penghujan ini dengan baik," ujar dia.

Selain itu, dia menambahkan, penanganan banjir tahun ini cukup berdampak baik karena adanya program gerebek lumpur yang dilakukan Pemprov DKI. "Kita bersyukur bahwa program gerebek lumpur yang kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan hasilnya. Di mana saluran-saluran air dalam sistem drainase di Jakarta, sedimentasinya bisa dibersihkan. Sehingga, bisa mengelola limpahan air hujan dengan lebih baik," kata Anies.

Meski demikian, Anies tetap mengingatkan masyarakat Jakarta untuk waspada terhadap potensi banjir. Sebab, kata dia, musim hujan belum usai. Dia juga meminta para penjaga pintu air, Dinas Sumber Daya Air, DKI Jakarta, dan pihak terkait penanganan banjir agar tetap melakukan koordinasi dan komunikasi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat