Pekerja saat mengecat papan berlogo Bank Syariah Indonesia di Jakarta, Ahad (31/1). | Republika/Putra M. Akbar

Kabar Utama

Bank Syariah Indonesia Beroperasi

Total aset ketiga bank syariah hingga akhir 2020 sebesar Rp 239,56 triliun.

JAKARTA -- Mimpi Indonesia untuk memiliki bank syariah besar segera terwujud. Hari ini, Senin (1/2/2021), PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk yang merupakan hasil merger BRI Syariah, Mandiri Syariah, dan BNI Syariah resmi beroperasi. Peresmian BSI rencananya dilakukan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta.

Proses merger dimulai sejak Oktober 2020 dengan ditandatanganinya conditional merger agreement (CMA). BSI siap diresmikan setelah mendapatkan izin penggabungan dan perubahan nama dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Rabu (27/1/2021).

Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan, proses penggabungan berjalan sesuai rencana. Berdasarkan rencana merger, Senin ini merupakan tanggal efektif penggabungan usaha tiga bank syariah milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ke dalam satu nama dan entitas, yaitu BSI.

"Peluncuran Bank Syariah Indonesia akan dihadiri Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, menteri terkait, OJK, dan Bank Indonesia," kata Hery kepada Republika, Ahad (31/1).

Hery yang juga direktur utama Mandiri Syariah berdasarkan keterangan tertulis yang disebarkan kepada media mengatakan, Bank Syariah Indonesia menargetkan penyaluran pembiayaan dapat tumbuh di atas 70 persen hingga lima tahun mendatang.

Per Desember 2020, tiga bank syariah BUMN peserta merger mencatat total pembiayaan Rp 156,51 triliun. Total aset hingga akhir tahun lalu Rp 239,56 triliun. Sedangkan, perolehan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 209,98 triliun.

Hery mengatakan, penggabungan usaha akan menciptakan bank syariah terbesar di Indonesia yang berdaya saing global. Selain itu, BSI memiliki potensi menjadi 10 bank syariah teratas secara global berdasarkan kapitalisasi pasar. Di lingkup nasional, BSI bakal bertengger di peringkat tujuh dari sisi aset dengan pangsa pasar 2,6 persen terhadap total aset perbankan Indonesia.

Menurut dia, aksi korporasi ini juga telah menghasilkan bank syariah dengan produk konsumer yang beragam. Penggabungan usaha juga membuat BSI memiliki kemampuan teknologi untuk melayani pelanggan dengan pengalaman perbankan digital yang lebih baik.

Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) berharap BSI dapat menjadi penggerak utama dalam literasi keuangan syariah Indonesia. "Saya berharap BSI dapat menjadi prime mover dalam pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah," kata Direktur Eksekutif KNEKS Ventje Rahardjo kepada Republika, Ahad (31/1).

BSI akan mempunyai basis konsumen yang besar, produk yang lengkap, dan jaringan yang luas. Dengan jaringan 1.200 kantor, 20 ribu pegawai, dan 15 juta nasabah, pengaruh komunikasi pemasaran BSI akan terasa masif dan terstruktur untuk mempercepat laju literasi keuangan syariah.

Ventje mengatakan, BSI dapat berperan besar dalam meningkatkan pengembangan ekosistem halal yang sudah dirintis oleh ketiga bank syariah sebelum merger. Ia juga meyakini BSI memiliki kapasitas memperkuat kapabilitas dan jangkauan pembiayaan wholesale di dalam maupaun luar negeri.

"Diharapkan juga Bank Syariah Indonesia tetap melayani segmen UMKM dengan skema value-chain serta meningkatkan kapabilitas TI dan SDM," kata Ventje. Menurut proyeksinya, BSI akan mencapai posisi pembiayaan sebesar Rp 272 triliun dan pendanaan Rp 336 triliun pada 2025.

Menjelang peresmian merger, bank peserta penggabungan mencatatkan kinerja menjanjikan pada 2020. Mandiri Syariah, misalnya, meraih laba bersih sebesar Rp 1,43 triliun per Desember 2020. Jumlah itu tumbuh 12,51 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy).

Selain membukukan kenaikan laba bersih, Mandiri Syariah mencatatkan kinerja positif secara keseluruhan dengan pertumbuhan aset, pembiayaan, dan DPK yang signifikan dengan kualitas pembiayaan tetap terjaga.

photo
Suasana gedung Bank Syariah Indonesia, di Jakarta, Ahad (31/1/2021). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin penggabungan usaha tiga bank syariah milik BUMN yaitu PT Bank Mandiri Syariah, PT BNI Syariah, dan PT BRI Syariah yang nantinya akan bernama PT Bank Syariah Indonesia dan akan efektif pada Senin (1/2/2021). - (Republika/Putra M. Akbar)
 

Direktur Finance Strategy and Treasury Mandiri Syariah Ade Cahyo Nugroho menjelaskan, raihan laba bersih Mandiri Syariah pada 2020 ditopang pertumbuhan pembiayaan dan membaiknya rasio pendanaan murah yang dikelola perusahaan. Pembiayaan Mandiri Syariah tahun lalu tumbuh 10,43 persen secara tahunan dari Rp 75,54 triliun menjadi Rp 83,43 triliun.

Kemudian, DPK naik 12,80 persen dari Rp 99,81 triliun menjadi Rp 112,58 triliun. "Adapun untuk segmen corporate banking, pembiayaan naik 4,83 persen yoy menjadi Rp 23,43 triliun," kata Cahyo.

PT Bank BRI Syariah Tbk selaku entitas yang menerima penggabungan mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang impresif pada kuartal IV 2020. Laba meningkat 235,14 persen menjadi Rp 248 miliar secara tahunan. Aset BRI Syariah tercatat Rp 57,7 triliun atau meningkat 33,8 persen (yoy).

"Alhamdulillah menjelang peresmian merger BRI Syariah tumbuh positif dari sisi laba, aset, pembiayaan," kata Direktur Utama BRI Syariah, Ngatari, akhir pekan lalu.

photo
Suasana gedung Bank Syariah Indonesia, di Jakarta, Ahad (31/1/2021). - (Republika/Putra M. Akbar)
 
 

Selain mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah perseroan juga meningkat. Hingga kuartal IV 2020, BRI Syariah menyalurkan pembiayaan Rp 40 triliun, tumbuh 46,24 persen (yoy).

Pertumbuhan pembiayaan ditopang segmen ritel, yakni UKM, mikro, dan konsumer. Pembiayaan mikro BRI Syariah mencatat pertumbuhan tertinggi, yaitu 163 persen menjadi Rp 10,7 triliun. Adapun BNI Syariah hingga akhir pekan kemarin belum mengumumkan kinerja laporan keuangan tahun 2020.

Bantu Pulihkan Ekonomi

Penggabungan usaha tiga bank syariah milik Himbara ke dalam PT Bank Syariah Indonesia Tbk dinilai akan memberi dampak positif pada berbagai aspek. Kehadiran BSI bahkan diyakini bisa membantu pemerintah dalam memulihkan ekonomi nasional yang terdampak pandemi Covid-19.

Direktur PT Anugerah Mega Investama sekaligus dosen FEB Trisakti dan MET Atmajaya, Hans Kwee berpendapat, merger bank syariah membawa sentimen positif untuk pelaku usaha ataupun investor di pasar saham. Menurut dia, kapasitas bank anggota merger yang sudah kuat akan melahirkan entitas baru yang lebih tangguh dan berpotensi membawa dampak positif signifikan terhadap pemulihan ekonomi tahun ini.

photo
Infografis komitmen Bank Syariah Indonesia pada pelaku UMKM. - (BSI)

"Ini sudah sangat bagus merger syariah. Entitas baru ini akan mendapat size yang sangat besar, baik aset maupun cabang plus sumber daya manusia yang sangat berkualitas. Banyak hal yang mereka bisa lakukan untuk pemulihan ekonomi nasional," kata Hans Kwee, Ahad (31/1).  

Dia menjelaskan, entitas hasil merger yang bernama Bank Syariah Indonesia dapat secara kuat berkontribusi pada pembiayaan infrastruktur. Peran bank syariah ini juga akan besar dalam menambah dan memperluas pembiayaan UMKM.

Selain itu, Hans Kwee menilai, potensi penggalangan dana murah dari Bank Syariah Indonesia akan lebih baik. Bank Syariah Indonesia akan mempunyai saluran global yang mumpuni untuk menggalang dana murah nonkovensional yang dapat digunakan dalam membiayai berbagai proyek strategis.

Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto menyampaikan, merger bank syariah akan membuat aset perbankan syariah menjadi semakin besar. "Bank apa pun itu, dia memang harus besar. Ini untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, sekaligus menciptakan pembiayaan dengan biaya yang lebih terjangkau," ujarnya.

Doddy menilai, entitas baru ini akan memiliki banyak pilihan untuk mengembangkan bisnis ke depan, terlebih karena faktor luasnya jaringan usaha bank yang terlibat merger, yaitu PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah.

Proses merger telah mencapai tahap akhir setelah OJK memberikan izin penggabungan serta izin perubahan nama pada 27 Januari 2021. Sesuai rencana, Bank Syariah Indonesia sebagai entitas baru hasil merger tiga bank syariah milik Himbara ini akan efektif beroperasi pada hari ini, Senin (1/2/2021).

Keberadaan BSI diharapkan banyak pihak dapat memperkuat pembiayaan untuk UMKM. Terkait hal tersebut, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi pada pekan lalu menegaskan, BSI bakal terus menjunjung komitmen bagi para pelaku UMKM yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.

Ia menjelaskan, BSI akan membangun sentra UMKM di kota dan kabupaten serta melakukan penyaluran berbasis komunitas dan lingkungan masjid. "Kami juga akan melakukan penyaluran pembiayaan ke UMKM binaan Kementerian Koperasi dan UKM ataupun lembaga lainnya," kata Hery.

Menurut Hery, pilar-pilar yang mendukung BSI dalam memberikan produk yang bersaing dan didukung dengan layanan prima, yaitu produk yang inovatif, jaringan yang luas, SDM yang kompeten, sistem TI yang andal, serta permodalan yang kuat. Sebagai nakhoda dari hasil merger, Hery menyampaikan cita-cita BSI adalah menjadi lima besar di kalangan bank nasional dan 10 besar di tataran bank syariah global.

"Kementerian BUMN menunjukkan komitmen keberpihakan kepada ekonomi umat, melalui peleburan ketiga bank syariah Himbara," kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bank Syariah Mandiri (banksyariahmandiri)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat