Pekerja menunjukan bubuk kopi arabika gayo yang telah dikemas dengan bungkusan hasil kerajinan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Banda Aceh, Aceh, Selasa (19/1). | IRWANSYAH PUTRA/ANTARA FOTO

Opini

Mencetak Wirausaha Umat

MES harus berusaha merasukkan nilai ajaran Islam ke kehidupan ekonomi dan bisnis.

ANWAR ABBAS, Wakil Ketua Umum MUI dan Ketua PP Muhammadiyah

Terpilihnya Erick Thohir (ET) sebagai ketua umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), patut disambut gembira. Banyak harapan di atas pundaknya. Umat atau masyarakat berharap ET berkomitmen memajukan ekosistem masyarakat ekonomi syariah.

Dalam kaitan itu, ada sejumlah harapan penting. Pertama, ET bisa memobilisasi potensi sumber daya insani yang ada, agar mau terlibat memajukan MES sehingga diperhitungkan dan dirasakan manfaatnya tidak hanya oleh umat, tetapi juga bangsa dan negara.

Kedua, ET bisa membuat MES menjadi organisasi modern dan lebih dinamis, sehingga serius membentuk masyarakat ekonomi syariah sesuai yang kita harapkan. Ketiga, selama ini MES terkesan lebih concern memajukan sektor finansial.

Dengan pengalaman ET sebagai pengusaha, ia diharapkan, mampu mengembangkan sektor riil sehingga muncul wirausaha-wirausaha andal, terutama dari kalangan milenial.

 
Cuma yang disayangkan, elite strategis pengusaha belum dikuasai umat. Padahal di negara mana pun, pengusaha merupakan elite strategis yang sangat penting.
 
 

Penulis teringat, dari 11 elite strategis yang telah banyak memberi corak terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini, yaitu agamawan, politisi, cendekiawan, pengusaha, birokrat, kelompok profesional, pendidik, dan pekerja sosial.

Elite strategis lainnya budayawan, penegak hukum, tentara, dan polisi. Semuanya, nyaris ada di tangan umat Islam, kecuali elite strategis pengusaha. Kalau umat lebih dominan pada 10 elite strategis tersebut wajar karena mayoritas di negeri ini.

Cuma yang disayangkan, elite strategis pengusaha belum dikuasai umat. Padahal di negara mana pun, pengusaha merupakan elite strategis yang sangat penting.

Bahkan, banyak ahli menyatakan, yang menjadi penentu di suatu negeri itu bukanlah politisi, cendekiawan, dan lainnya, melainkan orang yang menguasai sumber daya material atau sumber daya ekonomi dan bisnis di negara tersebut.

Di Amerika, misalnya, elite strategis ini ada di tangan kelompok Yahudi dan di Indonesia orang menyebutnya ada di tangan asing dan aseng. Aseng adalah saudara-saudara kita sebangsa dari etnis Cina, yang umumnya agamanya bukan Islam.

 

 
Tentu, sangat kita sesalkan, berarti kontribusi umat Islam dalam memajukan usaha-usaha besar masih sangat rendah.
 
 

Tentu, umat Islam tidak ingin mengembangkan sentimen dan atau kebencian ras, etnis, dan agama. Sebagai kelompok mayoritas, umat merasa malu karena kendati mereka minoritas, kontribusi dalam memajukan ekonomi negeri ini tidak bisa diingkari.

Umat mayoritas harus sekuat tenaga mengejar ketertinggalannya. Untuk itu, umat harus menerapkan strategi supaya dalam 10-20 tahun ke depan, jumlah dan komposisi orang terkaya di negeri ini tak seperti saat ini.

Dari 10 orang terkaya, hanya satu orang dari pribumi, yang unik hanya satu beragama Islam, keturunan India, dan delapan orang beretnis Cina. Kemudian komposisi 50 orang terkaya, hanya sekitar enam yang Muslim. Dari 100 orang terkaya, sekitar 20 Muslim.

Tentu, sangat kita sesalkan, berarti kontribusi umat Islam dalam memajukan usaha-usaha besar masih sangat rendah.

Wirausaha umat

Dalam hal wirausaha, jika dibandingkan negara jiran, Indonesia masih kalah. Singapura, misalnya, punya tujuh persen dari jumlah penduduknya, Malaysia enam persen, dan Thailand lima persen. Indonesia, masih sekitar 3,1 persen.

 
Di sinilah urgensi ET sebagai ketua umum MES. MES perlu bekerja sama dengan perguruan tinggi dan ormas Islam untuk mencetak pengusaha baru.
 
 

Apalagi, jika dibandingkan AS dan Jepang, kita jauh tertinggal. Kalau dilihat dalam konteks kompetisi wirausaha terbaik dunia, peringkat 1-10 adalah Swiss, Singapura, AS, Norwegia, Denmark, Finlandia, Swedia, Belanda, Inggris, dan Luksemburg.

Indonesia ada di peringkat 67 dunia. Namun, umat Islam tak boleh putus asa, apalagi jika mengonfirmasi hasil kajian Price Waterhouse Coopers, Indonesia pada 2040-2050 akan menjadi salah satu “adikuasa” dunia.

Negeri ini masuk empat besar dunia yang terbesar PDB-nya setelah Cina, AS, dan India. Maka itu, kita dituntut bekerja keras membenahi diri dan bisa membuat target pada 2040-2050, Indonesia masuk 10 besar dalam kompetisi wirausaha terbaik. Untuk menghasilkan itu, benihnya harus kita tanam sekarang. Di sinilah urgensi ET sebagai ketua umum MES. MES perlu bekerja sama dengan perguruan tinggi dan ormas Islam untuk mencetak pengusaha baru.

Untuk mencapai tujuan mulia itu, tak ada salahnya belajar kepada teman-teman di Prasetya Mulya, Ciputra University, dan Binus University misalnya, yang kebetulan juga para pemilik atau pengelolanya, teman-teman dekat ET juga.

 
MES harus berusaha merasukkan nilai ajaran Islam ke kehidupan ekonomi dan bisnis.
 
 

Selain itu, kita harus mampu pula melahirkan generasi baru yang percaya terhadap kemampuan ideologi bangsanya, yaitu Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dan tempat berpijak bagi kita untuk membuat negeri ini besar dan maju.

Demikian juga, yang ingin dituju dengan perjuangan ini, tidak membuat negeri ini sekadar besar dan maju, tetapi juga adil dan beradab. Rakyatnya bisa hidup dengan aman, tenteram, damai, sejahtera, dan bahagia.

MES harus berusaha merasukkan nilai ajaran Islam ke kehidupan ekonomi dan bisnis. Bung Hatta, salah seorang pendiri bangsa, pernah mengatakan, ajaran Islam itu berisi kebenaran yang membawa kemaslahatan, tidak hanya bagi umatnya, tetapi juga lainnya.

Karena itu, kata Bung Hatta, kalau ajaran Islam itu disampaikan dalam bahasa universal dan tidak terlalu mengedepankan diksi-diksi agama, orang ateis sekalipun bisa menerimanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat