Ilustrasi Usaha rintisan | Pixabay

Inovasi

Mengenal Para Penggerak Digitalisasi Indonesia

Industri rintisan di Tanah Ar diisi oleh para anak muda.

Dalam satu dekade terakhir, perkembangan teknologi dan digital di Indonesia melaju pesat. Pada 2018, di Indonesia tercatat sudah memiliki hampir 1.000 usaha rintisan. Hingga 2020, jumlah perusahaan teknologi di Indonesia juga telah mencapai lebih dari 2.000, lengkap dengan empat unicorn dan satu decacorn. 

Hampir 70 persen dari usaha rintisan yang berdiri saat ini, dibangun oleh founder atau perintis anak muda berusia 25 hingga 38 tahun. Artinya, perkembangan teknologi Indonesia, sangat bertumpu pada talenta muda Tanah Air. Salah satu di antaranya, adalah Adi Arriansyah. 

Adi adalah pendiri sekaligus Chief Executive Officer PT Sagara Asia Teknologi. Mendirikan Sagara Technology pada November 2014, Adi mengungkapkan, perusahaan tersebut awalnya dibentuk sebagai kontribusi untuk Tanah Air dibidang teknologi. 

Berawal dari sering mengerjakan proyek pembuatan perangkat lunak yang diberikan dosen saat kuliah di Telkom University, Adi pun akhirnya memutuskan mendirikan Sagara Technology. Saat ini, Adi telah membantu pengembangan perangkat lunak ratusan klien, mulai dari bank ke korporasi besar, startup ke UMKM, hingga fintech hingga marketplace

photo
Pentingnya belajar coding di era digital - (Pixabay)

Selain Adi, ada pula Alamanda Shantika yang saat ini merupakan Founder dan Presiden Direktur Binar Academy. Ia merintis sekolah coding Binar Academy dengan konsep akademi tempat anak-anak bisa belajar coding secara gratis. 

Alamanda telah mengenal teknik coding sejak 14 tahun. Pada saat itu, Ia sering membuat situs blog miliknya menggunakan teknik coding, dimana hal tersebut digunakan untuk bisa menampilkan warna dan bentuk di blog-nya.

Setahun beroperasi, Binar Academy telah meluluskan 400 murid, dimana sekitar 70 orang saat ini bekerja di korporasi dan usaha rintisan yang bekerja sama dengan Binar Academy. 

Selain itu, Alamanda juga menganjurkan perempuan untuk terus meningkatkan kepercayaan diri mereka bila tertarik untuk mulai karir di bidang teknologi. 

Istilah Warung Pintar, saat ini pasti sudah cukup sering kita dengar. Sofian Hadiwijaya ynag merupakan Co-Founder dan Chief Technology Officer (CTO) dari startup Warung Pintar ini sedari dulu punya misi untuk memberdayakan warung di Indonesia. 

Salah satu alasannya, adalah ia merasakan banyak sekali proses yang tidak efisien ketika membantu berjualan di warung milik ayahnya. Ia dan co-founder lainnya pun merasa bahwa tantangan yang dihadapi para pemilik warung dan UMKM ini bisa dimudahkan dengan teknologi. 

photo
Suntikan Dana Warung Pintar. Salah satu warung pintar yang di berada di Kawasan Kuningan, Jakarta, Ahad (11/3). Perusahaan rintisan ritel berbasis teknologi, Warung Pintar, memperoleh suntikan senilai 4 juta dolar AS. Suntikan dana itu melibatkan konsorsium beranggotakan beberapa perusahaan modal ventura, yaitu Sinar Mas Digital Ventures, Digital Garage Incubation, East Ventures, Insignia Ventures Partner, Triputra Group dan beberapa angel investor. Warung Pintar merupakan kios rakitan pabrik yang mengintegrasikan beragam teknologi dengan warung tradisional. Wihdan/ Republika - (Republika/ Wihdan)

Kini, melalui platform Warung Pintar, ia telah membantu lebih dari 47 ribu warung di Indonesia untuk ‘naik kelas’. Melalui teknologi Warung Pintar, semua proses dimulai dari inventaris, distribusi, transaksi, dan layanan warung menjadi terdigitalisasi. Pada 2019, Warung Pintar pun mendapatkan suntikan dana sebesar 387,7 miliar Rupiah dari Ovo, SMDV, Vertex, Triputra dan beberapa investor lainnya. 

Tak hanya mendigitalisasi warung, di era digital saat ini, para nelayan pun bisa menikmati sentuhan digitalisasi. Berawal dari memenangkan kompetisi ide bisnis saat menjalani semester-semester terakhir di Telkom University, Farid Naufal Aslam yang kini menjabat sebagai CEO & Co-Founder Aruna (aruna.id), bersama kedua pendiri Aruna lainnya, Indraka dan Utari, telah memberdayakan lebih dari 15 ribu nelayan di Indonesia. 

Aruna memang menjadikan laut sebagai mata pencaharian yang lebih baik bagi semua. Caranya, dengan memberdayakan nelayan lokal melalui platform yang memfasilitasi perdagangan yang adil dengan pelanggan mereka. 

Saat ini, Aruna telah beroperasi di seluruh Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Papua, di 31 titik dan membuka lebih banyak lapangan kerja di desa pesisir.

 

 
Hingga 2020, jumlah perusahaan teknologi di Indonesia juga telah mencapai lebih dari 2.000, lengkap dengan empat unicorn dan satu decacorn.
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat