Seorang paramedis memegang vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTechdi Panti Jompo Los Olmos, Spanyol beberapa waktu lalu. | EPA-EFE/PEPE ZAMORA

Internasional

Keletihan di Garda Terdepan Spanyol Tangani Covid-19

Peningkatan infeksi Covid-19 yang tak henti-hentinya di Spanyol kembali membebani rumah sakit.

 

OLEH RIZKY SURYARANDIKA

 

Pemerintah Spanyol memang mengizinkan pertemuan hingga 10 orang pada Natal dan tahun baru lalu. Namun, bagi Dr Joan Ramon Masclans, itu tidak dilakukan.

 

Masclans memilih tidak berkumpul dengan keluaga ataupun pasangannya di rumah. Alasannya, demi menjaga kesehatan bersama dan menekan laju penyebaran Covid-19.

 

"Kami melakukannya demi mempertahankan kesehatan kami dan orang lain. Jadi saat kami lihat orang lain tidak melakukan hal yang sama, ini membuat rasa marah sementara kami sudah merasakan letih," kata Masclans, Ahad (24/1). Ia mengepalai unit perawatan intenstif atau Intensive Care Unit (ICU) di Hospital del Mar yang ada di Barcelona, Spanyol.

photo
Penampakan jalan di Madrd saat pemberlakuan karantina wilayah.  - (EPA-EFE/Luca Piergiovanni)

 

Peningkatan infeksi Covid-19 yang tak henti-hentinya di Spanyol setelah musim liburan kembali membebani rumah sakit. Kondisi ini mengancam kesehatan mental para dokter dan perawat yang telah berada di garis depan pandemi selama hampir setahun.

 

Di Hospital del Mar, kapasitas perawatan kritis meningkat lebih dari dua kali lipat dan hampir penuh. Bahkan 80 persen tempat tidur ICU ditempati oleh pasien virus corona.

 

"Ada orang-orang muda berusia 20-an tahun dan orang tua berusia 80 tahun, semua kelompok umur," kata Masclans. "Sungguh sangat sulit, dan ini kami tangani satu lalu pasien disusul pasien berikutnya."

 

Sebuah studi yang dirilis bulan ini oleh Hospital del Mar mengamati dampak lonjakan Covid-19 pada lebih dari 9.000 petugas kesehatan di seluruh Spanyol. Mereka menemukan bahwa setidaknya 28 persen dari mereka menderita depresi berat. Menurut salah satu kepala peneliti, Dr Jordi Alonso, jumlah itu enam kali lebih tinggi daripada angka kasus dalam populasi umum sebelum pandemi.

 

Selain itu, studi tersebut menemukan bahwa hampir setengah dari partisipan memiliki risiko tinggi mengalami kecemasan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), serangan panik atau masalah penyalahgunaan zat dan alkohol.

 

Petugas kesehatan Spanyol bukanlah satu-satunya yang menderita secara psikologis dari pandemi. Di China, tingkat gangguan mental di antara dokter dan perawat bahkan lebih tinggi, dengan 50 persen melaporkan depresi, 45 persen melaporkan kecemasan, dan 34 persen melaporkan insomnia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

 

Desirée Ruiz adalah penyelia perawat di Hospital del Mar. Menurutnya, untuk mencegah penulasan infeksi, maka pasien jarang diizinkan bertemu keluarganya. Maka sang pasien bergantung pada para perawat. Salah satu tantangan terberat, kata Ruiz, adalah menyampaikan pesan terakhir pasien.

"Sangat berat bagi orang yang memegang tangan para pasien ini," kata Ruiz.

 

Sementara survei yang dirilis pekan lalu oleh Royal College of Physicians Inggris menemukan bahwa 64 persen dokter melaporkan merasa letih. Satu dari empat responden mencari dukungan kesehatan mental.

 

"Ini sangat mengerikan saat ini di dunia kedokteran,” kata Andrew Goddard sebagai presiden Royal College of Physicians, dalam sebuah pernyataan yang menyertai penelitian tersebut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat