Sejumlah siswa mengikuti proses belajar mengajar di ruang terbuka di Taman Hijriah Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (19/1). | SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO

Opini

Pemelajar Otonom

Dalam otonomi pembelajaran, peserta didik bertanggung jawab pada proses belajar mereka sendiri.

DEDY SETYO AFRIANTO, Direktur Pendidikan Nurul Fikri Boarding School Bogor

Kolumnis The New York Times, Thomas L Friedman, yang meraih Pulitzer Prize tiga kali, menyampaikan dalam tulisannya bahwa “After the pandemic, a revolution education and work awaits”, setelah pandemi akan ada banyak revolusi di dunia pendidikan.

Salah satunya, pengelolaan pembelajaran dilakukan saat dan setelah pandemi, kita akan kesulitan kembali pada cara lama seperti sebelum pandemi. Tampaknya, perubahan besar dalam ranah pendidikan ini menemui momentumnya, justru setelah kita dapat musibah besar ini.

Selanjutnya, menyiapkan siswa dengan rasa ingin tahu dan passion belajar tinggi akan membentuk mereka menjadi pemelajar sepanjang hayat. Kunci penting dalam membangun pondasi besar dalam masa depannya kelak.

Tantangan di awal 2021, setelah banyaknya daerah dan sekolah mengundurkan proses pembelajaran tatap muka (PTM) karena grafik wabah Covid-19 makin tinggi adalah terus memperbaiki pembelajaran jarak jauh (PJJ), yang berjalan sedari Maret 2020.

 
Sejatinya, proses pembelajaran yang kita lakukan kepada para siswa dengan adanya pandemi atau tidak adalah menyiapkan mereka menjadi pemelajar sepanjang hayat.
 
 

Dengan berbagai catatan peristiwa yang kita hadapi kurang lebih sembilan bulan ke belakang, anggap saja ini fase pertama untuk kita menapakkan kaki pada masa, yang sesungguhnya berbeda dengan yang selama ini kita alami sebelum pandemi.

Sejatinya, proses pembelajaran yang kita lakukan kepada para siswa dengan adanya pandemi atau tidak adalah menyiapkan mereka menjadi pemelajar sepanjang hayat. Pemelajar sepanjang hayat ini mutlak diperlukan dalam keadaan apa pun.

Kehidupan ini senantiasa berubah dan berkembang, maka perlu menjalaninya dengan terus menyiapkannya sebaik mungkin. Dengan apa?  Menjadikan mereka mencintai belajar.

Pendidikan dan belajar sepanjang hayat merupakan  pengembangan potensi manusia melalui proses terus-menerus, yang menstimulasi dan memberdayakan individu-individu agar memperoleh pengetahuan, nilai, keterampilan, dan pemahaman.

 
Pada poin ini, menyiapkan pemelajar sepanjang hayat pada diri siswa, akan menjadikan mereka menyenangi belajar. 
 
 

Semua itu akan diperoleh dalam keseluruhan hidup individu, kemudian menerapkannya dengan penuh percaya diri, kreatif, dan menyenangkan dalam seluruh peran, iklim, dan lingkungan (Longworth dan Davies, 1996: 22).

Pada poin ini, menyiapkan pemelajar sepanjang hayat pada diri siswa akan menjadikan mereka menyenangi belajar. Tidak hanya di bangku kelas dan kuliah, tetapi juga setelah menyelesaikan pendidikan formal.

Perbedaan prinsip PJJ dibandingkan pertemuan pembelajaran tradisional adalah pada “kebebasan” pemelajar menentukan waktu, sumber ajar yang lebih terbuka, bahkan hingga target belajar yang lebih personalize sesuai kebutuhan masing-masing siswa.

Pada pembelajaran tradisional, semua proses dilakukan klasikal dalam satu kelas, bahkan materi dan tujuan pembelajarannya disesuaikan dengan cara homogen untuk semua kebutuhan siswa sekelas, maka kebutuhan individual belum dapat difasilitasi lebih banyak.

Namun, pada PJJ dengan skema daring, yang dilakukan dari rumah masing-masing, pembelajaran dapat lebih dinamis, tidak tersekat antara ruang dan waktu.

 
Dalam otonomi pembelajaran, peserta didik bertanggung jawab pada proses belajar mereka sendiri.
 
 

Pemelajar yang lebih cepat, dapat menggali banyak materi. Tapi, di sisi lain, pemelajar yang butuh lebih banyak waktu, dapat melakukan proses pengulangan sekaligus mencari referensi dari berbagai sumber, yang ada di dunia maya dengan tak terbatas.

Dalam otonomi pembelajaran, peserta didik bertanggung jawab pada proses belajar mereka sendiri.

Richards (2020) memaparkan, ada lima prinsip meraih pembelajaran otonom, yaitu keterlibatan aktif peserta didik, menyediakan pilihan dan sumber, menawarkan pilihan dan kesempatan pengambilan keputusan, mendukung pemelajar, dan mendorong praktik refleksi.

Karena itu, Richards (2020) berpendapat, di kelas-kelas yang mendorong pembelajaran otonom, peran guru lebih pada menjadi fasilitator pembelajaran sehingga peran sebagai instruktur berkurang.

Peserta didik tidak diarahkan untuk terlalu bergantung pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kapasitas peserta didik untuk belajar, kesadaran akan gaya belajar, dan strategi belajar mereka diperkuat.

 
Kita berharap, masa pandemi yang masih kita jalani ini, menjadi momentum pertumbuhan, menjadikan siswa pemelajar otonom.
 
 

Pengelolaan PJJ yang efektif, sejatinya akan mengakselerasi siswa menjadi pemelajar otonom yang dapat mengelola sendiri waktunya, tujuan, strategi, evaluasi, dan memperbaiki proses yang dijalani.

Sehingga dengannya, pengembangan kapasitas dirinya merupakan misi internal yang dimiliki dengan atau tanpa intervensi orang lain. Mampu melejitkan potensinya dengan mengoptimalkan sumber yang ada, dan akhirnya berdampak ke kemajuan pada masa mendatang.

Sejalan dengan ini, Carol Dweck PhD, pakar psikologi dari Stanford University dalam Mindset menggambarkan, pribadi yang unggul memiliki motivasi internal kuat berupa growth mindset, yang membuat siap sedia berlelah belajar dan menghadapi tantangan, serta menganggap tantangan sebagai media untuk memperbaiki diri.

Kita berharap, masa pandemi yang masih kita jalani ini, menjadi momentum pertumbuhan, menjadikan siswa pemelajar otonom melalui PJJ atau PTM yang mencintai belajarnya sepanjang hayat. Dengan begitu, pada masa depan, kita memiliki generasi pemelajar sejati. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat