Petugas medis membantu pasien Covid-19 memasuki mobil ambulans di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Rabu (13/1). | Republika/Thoudy Badai

Nasional

Pasien Sembuh Bisa Saja Masih Positif

Virus Covid-19 ada di tubuh manusia sekitar 10 hari.

BANDUNG – Pasien Covid-19 yang sudah sembuh dari semua gejala tidak akan menularkan lagi meski hasil tes PCR masih positif. Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit (RS) Aisyiah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo, Tjatur Prijambodo, mengatakan, hal itu lantaran masih ada fragmen virus yang tertinggal di dalam tubuh pasien.

“Karena ada ‘jenazahnya’ virus koronanya atau fragmen virusnya. Jadi, saat diambil tes PCR hasilnya masih dianggap positif,” ujar Tjatur dalam diskusi virtual bertajuk "Tanda Covid-19 dan Apa yang Harus Dilakukan" yang diselenggarakan Republika dengan Satgas Penanganan Covid-19, Senin (18/1).

Menurut Tjatur, virus SARS-CoV-2 ada di tubuh manusia sekitar 10 hari, yakni dimulai dari H-1 saat diambil sampel uji swab. “Sejak H-1 saat di-swab sebaiknya sudah isolasi mandiri. Karena ada potensi suspect kontak erat dengan orang lain,” ujar dia.

Sedangkan untuk yang gejala ringan, baru 10 hari muncul plus tiga hari setelah dilakukan uji usap. Jadi, kata Tjatur, harus paham kapan virus mulai timbul dan tenggelam. “Kalau setelah sembuh tiga hari tanpa gejala lagi, ini sembuh tak bisa menularkan lagi,” kata dia.

Makanya, kata Tjatur, banyak institusi yang membolehkan pekerjanya masuk kantor saat pegawai yang terindikasi Covid 19 tak ada gejala lagi atau sudah sembuh. Berdasarkan pengalaman pasien yang ditanganinya, ada pasienya yang sampai tiga bulan tak bisa masuk kerja karena saat dites masih positif.

“Kalau nunggu ke kantor sampai karyawannya negatif, nanti potensinya nggak akan kerja-kerja terus karena kan ada fragmennya atau ‘jenazah’ virusnya jadi kalau dites ya masih positif. Tapi jangan khawatir tak akan menularkan,” kata dia.

Adapun gejala suspect Covid-19 secara umum, kata Tjatur, adalah demam akut, riwayat batuk. Kemudian selama kurang lebih tiga hari, demam, kelelahan batuk, sakit kepala, mual, sesak nafas, diare, muntah dan turun kesadaran.

Tjatur pun menyambut baik adanya vaksinasi sebagai salah satu ikhtiar dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Namun, ia menyayangkan influencer atau pemengaruh yang ditunjuk pemerintah sebagai penerima vaksin gelombang pertama justru berkeliaran dan tak mematuhi protokol kesehatan.

photo
Petugas medis membantu pasien Covid-19 memasuki mobil ambulans di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Rabu (13/1). Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Namun, Tjatur mengingatkan, vaksianasi hanya menjadi salah satu ikhtiar saja. Tapi, protokol 3M yakni mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak harus tetap dilakukan. Karena vaksinasi ini mampu membentuk kekebalan kelompok jika sudah 70 persen dalam sebuah komunitas sudah menerima vaksin tersebut.

“Kalau tanpa vaksin, teorinya yang terkena langsung 10 persen akan meninggal jika dibiarkan. Jadi kalau 170 juta penduduk dibiarkan tanpa vaksin maka terapapar 17 juta orang di Indonesia akan mati sia-sia. Makanya, vaksinasi harus didukung apalagi MUI sudah menyatakan halal,” kata Tjatur.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat