Warga korban tanah bergerak memasak dan beraktivitas dalam tenda pengungsian yang dibangun Badan Penanggulangan Bencada Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Besar di Desa Lamkleng, Aceh Besar, Aceh, Ahad (17/1). | IRWANSYAH PUTRA/ANTARA FOTO

Opini

Kerentanan Korban Bencana

Untuk mengantisipasi bencana, yang dibutuhkan sesungguhnya pencegahan, kesadaran tidak merusak lingkungan hidup.

BAGONG SUYANTO, Guru Besar dan Dekan FISIP Universitas Airlangga

Belum usai kesedihan melanda bangsa ini akibat kecelakaan pesawat Sriwijaya di Kepulauan Seribu dan bencana banjir serta tanah longsor di Sumedang, Kalimantan, dan lain-lain, bencana terbaru terjadi.

Gempa bumi berkekuatan 6,2 pada skala Richter meluluhlantakkan Kabupaten Mamuju dan Majene di Provinsi Sulawesi Barat pada 15 Januari 2021 dini hari. Setidaknya, 56 orang dilaporkan meninggal dunia dan 673 orang terluka.

Gempa ini juga mengakibatkan sejumlah rumah dan bangunan roboh. Bisa dipastikan jumlah korban meningkat seiring upaya pencarian korban. Tidak menutup kemungkinan, gempa susulan masih terjadi sehingga semua pihak diminta waspada.

 
Selain untuk koordinasi penanganan dengan pemerintah daerah, tak kalah penting kehadiran pejabat pusat memastikan agar korban bencana segera tertangani dan pulih.
 
 

Korban gempa bumi yang ditampung di sejumlah pengungsian, tentu menjadi kelompok paling rentan dan membutuhkan dukungan kita semua. Presiden Joko Widodo memerintahkan Mensos Tri Rismaharini dan Kepala BNPB Doni Monardo meninjau lokasi.

Selain untuk koordinasi penanganan dengan pemerintah daerah, tak kalah penting kehadiran pejabat pusat memastikan agar korban bencana segera tertangani dan pulih.

Multidimensi

Menurut WHO, bencana adalah kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa atau memperburuk derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang  perlu respons dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.

Bencana dalam skala masif niscaya mengubah tatanan kehidupan menjadi lebih rapuh akibat hilangnya harta benda, jiwa, memorak-porandakan struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar yang luar biasa.

Salah satu dampak bencana yang perlu diantisipasi adalah meningkatnya kerentanan korban. Masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, lahan usaha, dan mata pencaharian niscaya mengalami degradasi taraf kehidupan.

 
Salah satu dampak bencana yang perlu diantisipasi adalah meningkatnya kerentanan korban.
 
 

Bankoff (2004), misalnya, menyatakan, masyarakat korban bencana umumnya mengalami tekanan multidimensi yang memengaruhi kemampuan mereka melangsungkan kehidupannya.

Alih-alih dapat segera pulih dari imbas bencana, dalam banyak kasus korban bencana berpotensi masuk dalam pusaran tekanan kehidupan yang makin berat.

Pertama, masyarakat yang tinggal di permukiman padat, struktur tanah yang rapuh, wilayah pesisir, dan sebagainya adalah kelompok yang rawan menghadapi bencana. Mereka biasanya mengalami bencana secara rutin setiap tahun atau dalam siklus waktu tertentu.

Meskipun makin adaptif dan ligat menghadapi bencana, tetapi bencana yang beruntun setiap tahun, cepat atau lambat berdampak buruk bagi masyarakat setempat.

Kedua, bagi masyarakat miskin, tekanan yang dihadapi dan kemampuan mereka mengantisipasi bencana umumnya lebih berat.

 
Kedua, bagi masyarakat miskin, tekanan yang dihadapi dan kemampuan mereka mengantisipasi bencana umumnya lebih berat.
NAMA TOKOH
 

Keluarga miskin di daerah rawan gempa bumi, misalnya, umumnya lebih rentan daripada mereka yang relatif lebih sejahtera yang tinggal di daerah sama karena kaum miskin tak mampu membangun tempat tinggal dengan konstruksi aman gempa.

Keluarga miskin yang hidup serba kekurangan tiba-tiba menghadapi bencana tak terduga, bukan saja terancam proses pendalaman kemiskinan juga mungkin saja kehilangan mekanisme self help-nya untuk memberdayakan diri dan keluarganya.

Ketiga, bencana berpotensi mengganggu kelancaran sistem pemerintahan, komunikasi, transportasi, dan berbagai pelayanan umum lainnya, terutama penyediaan air bersih, listrik.  

Tak kalah meresahkan, bencana yang datangnya mendadak, sering kali merugikan masyarakat, berupa kematian, hilang, luka, kecacatan, kesengsaraan maupun dampak negatif lain bagi kesehatan anggota masyarakat yang menjadi korban.

Keluarga korban bencana yang penopang ekonominya  tewas akibat bencana, tentu kelangsungan kehidupannya terancam menurun. Kesempatan memperbaiki kembali kehidupannya niscaya lebih sulit karena tidak ada lagi anggota keluarga yang bisa diandalkan.

 
Untuk mencegah atau minimal mengurangi dampak bencana agar tidak sampai pada skala destruktif, yang dibutuhkan bukan hanya upaya yang sifatnya kuratif.
 
 

Kuratif

Bencana dalam bentuk apa pun selalu menimbulkan kerugian, berupa hilangnya harta benda, rusaknya fasilitas publik, lahan produktif, rumah penduduk, bahkan menyebabkan warga di daerah bencana menderita dan sebagian kehilangan nyawa.

Untuk mencegah atau minimal mengurangi dampak bencana agar tidak sampai pada skala destruktif, yang dibutuhkan bukan hanya upaya yang sifatnya kuratif.

Memang, menjadi kewajiban pemerintah ketika bencana melanda sebuah wilayah, yang disediakan adalah tempat penampungan layak, kebutuhan dasar, serta dukungan rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas publik dan tempat tinggal penduduk yang rusak.

Untuk memastikan masyarakat makin tangguh mengantisipasi bencana, yang dibutuhkan sesungguhnya pencegahan, kesadaran tidak merusak lingkungan hidup, dan mempersiapkan masyarakat mampu menghadapi dampak bencana dengan kekuatan sendiri.

Mempersiapkan masyarakat memiliki usaha ekonomi yang tangguh menghadapi bencana adalah titik penting yang perlu digarisbawahi dalam upaya penanggulangan bencana. Semoga. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat