Pemain Inter Milan Achraf Hakimi merebut bola dalam sebuah pertandingan melawan AS Roma beberapa waktu lalu. | EPA-EFE/RICCARDO ANTIMIANI

Olahraga

Inter Milan, Achraf Hakimi, dan Bakti ke Orang Tua

Achraf Hakimi menjadi salah satu tumpuan pelatih Nerazzurri Antonio Conte.

MILAN -- Inter Milan berhasil melangkah ke perempat final Piala Italia setelah mengalahkan Fiorentina dengan skor 2-1 di Stadion Artemio Franchi pada babak 16 besar, Rabu (13/1). Nerazzurri memimpin terlebih dahulu melalui eksekusi penalti Arturo Vidal pada menit ke-40 sebelum Christian Kouame menyamakan kedudukan melalui golnya pada menit ke-57.

Romelu Lukaku kemudian mencetak gol penentu kemenangan Inter pada menit ke-119, demikian catatan laman resmi FIGC. Inter sebenarnya tidak perlu berusaha keras hingga babak tambahan waktu andai peluang emas Achraf Hakimi di babak kedua tidak melebar. Meski baru masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-69, Hakimi dianggap berkontribusi membawa kemenangan bagi timnya.

Hakimi menjadi salah satu tumpuan pelatih Nerazzurri Antonio Conte. Ia direkrut dari Real Madrid musim panas tahun lalu dengan mahar yang tidak murah, yakni 40 juta Euro atau setara Rp 685 miliar.

Inter tidak ragu-ragu mengikat pemain berpaspor Maroko itu dengan kontrak berdurasi lima tahun. Sejauh ini, ia sudah tampil dalam 23 pertandingan di semua kompetisi dan mencetak enam gol plus lima assist.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Achraf Hakimi (achrafhakimi)

Di samping performa impresifnya musim ini, yang membuat sosok Hakimi pantas dilirik adalah kehidupan sisi lapangannya. Ia dikenal sebagai penganut Islam yang taat karena memilih tetap berpuasa meski harus bertanding selama bulan Ramadhan setiap tahunnya.

Orang tua Hakimi merupakan imigran dari Maroko yang bekerja di sektor industri Kota Madrid untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Hakimi pun lahir dan tumbuh di ibu kota Negeri Matador tersebut.

"Mereka datang dari wilayah yang sulit mencari pekerjaan. Mereka harus bekerja keras. Saya kehabisan kata-kata jika harus menceritakan orang tua saya," kata Hakimi seperti dilansir laman resmi Bundesliga, Kamis (14/1).

Hakimi ingin membuat bangga orang tuanya dengan memilih timnas Maroko. Ini sebagai pengingat tentang asal keluarganya. Meski sempat dihubungi oleh timnas Spanyol ketika masih berstatus pemain junior, Hakimi memilih timnas Maroko dan mencatat debut internasionalnya pada Oktober 2016 lalu. Hingga saat ini, ia sudah membukukan 28 pertandingan bersama negara di semenanjung Afrika Utara tersebut.

 

 

Saya memilih berseragam timnas Maroko karena itu daerah asal orang tua saya. Saya tumbuh sebagai orang Maroko dengan keluarga muslim. Jadi, saya merasa lebih nyaman bangga dengan timnas Maroko.

 

ACHRAF HAKIMI.
 

Hakimi bercerita tentang perjalanan yang berliku untuk menjadi pesepak bola profesional seperti saat ini. Awalnya, ia diminta oleh ibunya agar berlatih renang dan Judo.

Namun, karena sehari-hari lebih senang bermain sepak bola bersama teman-temannya di depan rumah saat tinggal di Madrid, ia merasa si kulit bundar adalah jalan hidupnya. Terlebih lagi, ketika sang ayah mendaftarkannya ke akademi Real Madrid. Pada 2006 di usia tujuh tahun, ia bergabung dengan Madrid setelah menerima surat undangan ujian di akademi El Real. Ia sempat menganggap surat itu palsu.

"Namun, itu bukan kebohongan. Surat itu undangan resmi," ujarnya.

Meniti pendidikan di akademi El Real juga bukan suatu hal yang mudah bagi Hakimi. Sebab, ia berkali-kali harus berganti posisi dari striker, sayap, hingga bek. Ia pernah menjadi striker pada umur enam atau tujuh tahun. Pada usia 14 atau 15 tahun, ia bermain di sayap kanan. Baru pada umur 16-17 tahun ia menjadi fullback sampai sekarang.

Hakimi berterima kasih kepada Zinedine Zidane yang memberinya kesempatan mencatat debut di tim utama Los Blancos pada Oktober 2017 ketika usianya baru 18 tahun.

Namun, karena performanya belum maksimal, ia dipinjamkan ke Borussia Dortmund. Bersama Die Borussen ini lah kualitasnya semakin terasah. Ia pernah tercatat sebagai pemain tercepat Bundesliga karena berlari hingga 36,2 km per jam di pekan ke-16 musim 2019/20 melawan RB Leipzig.

Di level individu, ia juga menyabet pemain muda terbaik Afrika berturut-turut tahun 2018 dan 2019. Hakimi mengalahkan Victor Osimhen (Lille/Nigeria) and midfielder Samuel Chukwueze (Villarreal/Nigeria).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat