Ilustrasi toilet | Freepik

Inovasi

Big Data yang Selalu Terbuang

Pemanfaatan teknologi big data pada limbah dapat membantu mengatasi krisis kesehatan.

Pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia terus berkembang. Sejak masa pandemi terjadi, ada begitu banyak cara baru untuk memanfaatkan teknologi, termasuk dalam upaya menjaga kesehatan.

Tim ilmuwan dari Universitas Stanford pun mengumumkan mereka telah merancang "toilet pintar" sebagai bentuk pemanfaatan teknologi di sektor kesehatan. Toilet pintar ini mampu mengidentifikasi pengguna dan memantau kesehatan dari limbah yang pengguna buang sehari-hari.

Peneliti utama Sanjiv Gambhir menjelaskan, dia dan timnya mengembangkan toilet pintar Precision Health untuk mengenali pengguna dan menggunakan algoritma dalam menganalisis kesehatan dari buang air kecil dan buang air besar. Ia mengungkapkan, toilet yang ia kembangkan menggunakan kamera dan sensor gerak untuk mengidentifikasi berbagai penanda penyakit dalam tinja dan urin, termasuk tanda peringatan dari berbagai jenis kanker.

Menurut dia, toilet pintar ini juga mampu mengidentifikasi pengguna dengan membaca sidik jari mereka dari tuas siram. Kemudian, menggunakan kamera untuk mengidentifikasi mereka dari bagian tubuh lainnya. “Kami tahu ini terlihat aneh, tapi ternyata rekaman anal Anda unik," kata Gambhir, dilansir dari med.stanford.edu, Ahad (10/1).

Sistem pada toilet pintar, kemudian akan mencatat buang air kecil dan mengevaluasi laju aliran, waktu aliran, dan volume total dari kotoran yang pengguna keluarkan. “Semua orang menggunakan kamar mandi, tidak ada yang bisa dihindari. Dan itu meningkatkan nilainya sebagai alat pendeteksi penyakit”, ujar Gambhir.

Berbagai data yang nantinya terkumpul tersebut, ia melanjutkan, akan diekstrak dan kemudian disimpan di dalam cloud untuk menjamin keamanannya. Dalam perkembangannya, data dari toilet pintar ini akan terintegrasi dengan layanan kesehatan untuk kemudahan akses.

Pengguna pun bisa mendapatkan notifikasi apabila ada masalah kesehatan yang terdeteksi dari pembuangannya. Dengan begitu, langkah preventif atau kuratif pun dapat segera diambil.

Membantu Analisis Covid-19

photo
Ilustrasi Toilet - (Freepik)

Tren memanfaatkan limbah pembuangan manusia untuk mendapatkan data terkait kesehatan, juga dilakukan oleh usaha rintisan asal Amerika Serikat (AS), Biobot.

Perusahaan teknologi yang dimulai oleh beberapa lulusan MIT ini, menemukan cara untuk mengetahui sumber informasi kesehatan, dengan menganalisis usus mereka.

Bidang epidemiologi air limbah, sebenarnya telah ada sekitar satu dekade atau lebih. Namun, Biobot adalah perusahaan pertama di dunia yang mengomersialkan teknologi ini. “Biobot didasarkan pada konsep yang sangat sederhana, setiap orang buang air kecil dan buang air besar setiap hari,” ujar Presiden dan Co-founder Biobot Analytics, Newsha Ghaeli dikutip dari CGTN America.

Ghaeli menyebutkan, sampah manusia, dalam hal ini kotoran, mengandung banyak sekali informasi tentang kesehatan dan kondisi yang terjadi dalam tubuh manusia. “Dokter kami melihat ini sepanjang waktu untuk memahami hal-hal yang terjadi di dalam tubuh Anda, tetapi setiap hari kita membuang informasi berharga ini ke toilet. Biobot kini sedang mengumpulkan sampel di Fasilitas Pengolahan Air Limbah di kota kami,” katanya menjelaskan.

Konsep memperhatikan kotoran, sebenarnya sudah sering dilakukan. Misalnya, ketika seseorang melihat kotoran pada binatang peliharaannya. Jika ada yang janggal dengan warna kotorannya, mereka bisa membawa peliharaannya ke dokter hewan.

“Ya, dengan cara yang persis sama, maka kita bisa tahu banyak tentang seseorang dengan menganalisis isi ususnya. Kita dapat mengetahui banyak hal tentang suatu komu nitas dengan menganalisis kotorannya, ujar Ghaeli.

Selain itu, kotoran juga berisi banyak informasi tentang bahan kimia apapun yang dikonsumsi oleh seseorang. Biobot pun kini tengah merancang produk pertamanya seputar memahami dampak penggunaan berbagai jenis obat opioid, seperti kokain, marijuana, ekstasi, metamfetamin, heroin, dan nikotin.

Terkait privasi, menurut Ghaeli, apa yang hebat tentang kotoran ini adalah ketika Biobot mengumpulkan sampel, dan hal itu tidak mengikat kembali ke satu orang.

Dalam konteks pandemi virus korona seperti yang saat ini tengah kita hadapi, Biobot Analytics mengembangkan metode untuk benar-benar mendeteksi virus di kotoran dan juga mulai mengukurnya. Ghaeli mengungkapkan, beberapa temuan awal Biobot Analytics benar-benar menunjukkan, di sebuah komunitas di Massachusetts, ada sekitar 450 kasus klinis virus korona yang dikonfirmasi.

Namun, sampel Biobot pada hari yang sama menunjukkan ada sekitar 100 ribu kasus Covid-19 yang terdeteksi. Inisiatif nasional pun diluncurkan.

Biobot meminta kota-kota sekitar Amerika Serikat (AS) untuk mengirim kotoran pada mereka. Pada titik ini, perusahaan bekerja dengan fasilitas pengolahan limbah di 42 negara bagian dan menganalisis sampah lebih dari 10 persen populasi. “Kami membayangkan bahwa ini akan menjadi data yang sangat penting dalam membantu pemerintah mengevaluasi kapan dan bagaimana membuka kembali kota-kota kami,” kata Ghaeli.

Tak terbatas pada pandemi yang saat ini sedang kita hadapi, pemanfaatan analisis kotoran juga dapat diteruskan untuk mengatasi krisis kesehatan masyarakat di masa yang akan datang. Dengan begitu, sistem peringatan dini dapat berkembang lebih baik lagi dan dunia lebih siap mengh adapi kemungkinan ancaman pandemi.

 

 

Sampah manusia, dalam hal ini kotoran, mengandung banyak sekali informasi tentang kesehatan.

 

Yang Dapat Diidentifikasi

Pemanfaatan toilet pintar, dapat membantu penggunanya mendeteksi berbagai jenis kondisi kesehatan, seperti:

- Jumlah produksi darah putih.

- Indikasi kontaminasi dalam darah.

- Infeksi tertentu.

- Kanker di saluran kencing.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat