Berkomunikasi dengan teknologi di masa pandemi. | Pixabay

Inovasi

Membaca Tren Teknologi di Masa Pandemi 

Sebagian tren akan terus berkembang, sebagian lagi akan terlupakan. 

 

Di masa pandemi, keberadaan teknologi makin terasa esensial. Kini berbagai kegiatan masyarakat sangat bergantung pada pemanfaatan teknologi. Ulai dari, untuk bekerja, belajar, terkoneksi dengan rekan kerja, hiburan, hingga konsultasi kesehatan. 

Beberapa jenis teknologi, mungkin akan terus dapat kita saksikan perkebangannya di masa mendatang. Sementara, sebagian lainnya hanya akan bertahan sementara.

Dikutip dari Sharpminds.com, dalam daftar tren teknologi di sepanjang tahun ini, ada berbagai teknologi yang bersinar terang karena makin banyak digunakan dalam keseharian masyarakat. Di antaranya: 

1. Kecerdasan buatan (AI).

AI bukanlah hal baru untuk bidang teknologi informasi (TI) dan dampaknya masih akan terus meningkat. Saat ini, teknologi AI terus hadir dalam berbagai aplikasi baru. 

Menurut analitik Pricewaterhouse Cooper (PwC), salah satu perusahaan konsultan terkemuka, pada 2030 produk AI akan berkontribusi lebih dari 15,7 triliun dolar Amerika Serikat (AS) untuk ekonomi global.

Perangkat lunak AI adalah area yang luas di mana seseorang dapat memasukkan platform AI, chatbot, machine learning dan deep learning dengan menggunakan jaringan neuron buatan. 

Tahun ini, penerimaan pemanfaatan chatbot AI di berbagai layanan terus berkembang, seperti ritel daring, perawatan kesehatan, telekomunikasi, perbankan, nasihat keuangan, asuransi, dealer dan pemerintah. Salah satu tujuan pemanfaatan chatbot untuk bisnis adalah otomatisasi, yang juga akan membuat pekerjaan menjadi lebih sederhana bagi karyawan.

Dalam kondisi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia, AI dapat berkontribusi pada perkiraan keinginan konsumen, yang menjadi hampir tidak dapat diprediksi. Kehadiran chatbot dapat memberikan dukungan kepada klien selama 24/7 dan ini merupakan salah satu yang harus dimiliki selama masa pandemi.

AI pun dapat dimasukkan ke dalam tren jangka panjang karena efisiensinya, kecepatan dan keakuratannya yang luar biasa. Teknologi AI juga cenderung tidak membuat kesalahan dibandingkan dengan manusia, serta kemampuan bekerja 24/7 dalam situasi berbahaya. 

Namun, di sisi lain, AI juga memiliki beberapa ancaman. Di antaranya, implementasi biaya yang besar, dan ketergantungan terhadap mesin yang akan semakin tinggi di kemudian hari.

2. Jaringan 5G

photo
Jaringan 5G - (Pixabay)

5G diakui sebagai masa depan komunikasi dan ujung tombak untuk seluruh industri seluler. Menurut visi Huawei Technology, penyebaran jaringan 5G akan muncul antara 2020 dan 2030, memungkinkan konektivitas internet seluler ini akan memberi kecepatan unduh dan unggah supercepat, atau tepatnya lima kali lebih cepat dari kemampuan 4G dan menawarkan koneksi yang lebih stabil.

Meskipun jaringan data seluler 5G tersedia untuk pertama kalinya pada 2019, sebagian besar harganya masih mahal dan terbatas fungsinya di area terbatas atau kota besar. Kemungkinan, di masa mendatang 5G akan memiliki paket data yang lebih terjangkau dan cakupan yang jauh lebih baik.

Peningkatan bandwidth juga akan memberikan kemungkinan untuk pertumbuhan di area IoT dan mesin pintar akan memungkinkan pengumpulan dan transfer data dalam jumlah besar. 

Ericsson memperkirakan, empat dari setiap sepuluh pelanggan seluler pada 2026 akan menjadi pelanggan 5G. Perkiraan tersebut disampaikan dalam Ericsson Mobility Report 2020, yang disampaikan pekan lalu. 

Laju pengimplementasian teknologi 5G dalam hal langganan dan cakupan populasi, diperkirakan akan menjadi yang tercepat dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Laporan tersebut memperkirakan, pada akhir 2020, lebih dari satu miliar orang, atau sekitar 15 persen dari penduduk dunia, akan tinggal di wilayah dengan cakupan 5G. 

Pada 2026, 60 persen penduduk dunia akan memiliki akses ke layanan 5G, dengan pelanggan 5G diperkirakan mencapai 3,5 miliar. Teknologi 5G pun akan menyumbang lebih dari 50 persen lalu lintas data seluler. 

Di Asia Tenggara dan Oseania, 5G diperkirakan menjadi teknologi terpopuler kedua setelah LTE pada 2026, dengan jumlah pelanggan lebih dari 380 juta dan menyumbang 32 persen dari semua pelanggan seluler.

Jerry Soper selaku Head of Ericsson Indonesia, menyampaikan, di Asia Tenggara dan Oseania, lalu lintas data seluler terus tumbuh secara stabil. “Lalu lintas data seluler diperkirakan mencapai 32 Exabyte per bulan pada 2026 atau setara dengan 33GB per bulan per smartphone,” ujarnya. 

Pertumbuhan konsumsi data seluler, Jerry melanjutkan, telah dikonversikan ke dalam paket data yang lebih beragam oleh operator seluler di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, 5G akan berperan penting dalam mengelola lalu lintas data efisien bagi penyedia layanan. 

Teknologi ini juga akan memungkinkan para pelanggan untuk meningkatkan layanan digital yang telah ada, seperti video streaming, sports streaming, mobile gaming, dan layanan smart home.

3. Pembelian tanpa uang tunai 

photo
Ilustrasi pembayaran non tunai - (Pixabay)

Lebih kurang 15 tahun yang lalu, konsumen menggunakan uang tunai atau cek untuk membayar banyak hal dan kartu kredit disediakan untuk pembelian besar. Sekarang, hampir semuanya sudah dibeli dengan kartu.

Chief Operating Officer (COO) Fast, Allison Barr Allen mengungkapkan, ada perubahan pada konsumen yang saat ini terus membeli barang secara daring. Karena pembeli kian terbiasa dengan kemudahan dan kenyaman berbelanja daring, pergeseran digital ini pun diperkirakan akan terus berlanjut.

Senada, pandemi global juga telah mempercepat inisiatif e-commerce dengan banyaknya konsumen yang bereksperimen dengan perilaku belanja yang berbeda. Chief Technology Officer (CTO) Wunderman Thompson, Cleve Gibbon menjelaskan, pembayaran nirsentuh, kamar pas virtual di rumah, dan kebangkitan bank baru akan semakin menghilangkan hambatan pembelian bagi konsumen. 

 
Lalu lintas data seluler diperkirakan mencapai 32 Exabyte per bulan pada 2026 atau setara dengan 33GB per bulan per smartphone.
Jerry Soper, Head of Ericsson Indonesia
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat