Subroto | Daan Yahya | Republika

Narasi

Dikira Membawa Bom

Salah satu penyakit yang banyak diderita wartawan adalah maag.

SUBROTO, Jurnalis Republika

Salah satu penyakit yang banyak diderita wartawan adalah maag. Mungkin pola makan yang tak teratur dan stress oleh tekanan deadline menjadi  penyebabnya.

Aku pernah punya  riwayat sakit maag. Mengganggu sekali rasanya. Jika maag menyerang, perut terasa melilit, hingga pusing di kepala.  Tapi untungnya  sakit tak sampai merambat  ke jantung. Banyak yang bilang sakit maag bisa menyebabkan asam lambung naik dan membuat sesak di dada. Jadi jangan anggak enteng sakit maag.

Agar maag tak kambuh, aku berusaha bisa makan teratur. Jika tak sempat makan besar, aku akan ngemil makanan kecil. Biasanya coklat atau roti coklat.  

Ketika masih jadi reporter di lapangan, biasanya di dalam tas ranselku ada makanan ringan. Berjaga-jaga kalau tak sempat makan berat saat waktu makan tiba.

 
Mungkin pola makan yang tak teratur dan stress oleh tekanan deadline menjadi  penyebabnya.
 
 

Kalau langsung  berangkat ke kantor, aku lebih sering membawa bekal dari rumah. Itu aku lakukan dari dulu sampai sekarang. Teman-teman menyebutnya perbanas :  persatuan pembawa nasi.

Dengan membawa bekal dari rumah, aku bisa makan teratur. Selain itu juga lebih sehat.  Dan tentu juga  ngirit. Aku tak perlu beli makanan di luar. 

Kalaupun  beli makanan di luar, seleraku cuma itu-itu saja. Office boy di kantor sudah tahu apa yang harus dia beli jika aku pesan makanan. Nasi padang dengan  belut goreng, atau bebek madura. Tak pernah berubah.

Hari itu  pertengahan tahun 2000 ada sidang  mantan presiden Soeharto. Dia disidang atas dugaan penyalahgunaan dana yayasan sosial yang didirikannya. Sidang digelar  di Auditorium Departemen Pertanian, Jakarta Selatan. Lokasi itu hanya  sekitar tiga kilometer saja dari kantor Republika. Sidang dimulai dari pagi. Perkiraan siang hari sidang sudah selesai. Karena itu aku sengaja membawa bekal dari rumah agar bisa makan siang di kantor. 

Sampai di Departemen Pertanian  orang sudah ramai. Walaupun Soeharto tak bisa dihadirkan, tak mengurangi keinginan orang untuk mengikuti jalannya sidang. Tak semua yang datang boleh masuk ke ruangan. Dengan berbekal ID Pers, aku diperbolehkan masuk untuk meliput.

Untuk memasuki ruangan sidang harus melalui pemeriksaan ketat. Semua barang diteliti oleh petugas. 

Giliranku  akan masuk,  seorang petugas memeriksa ranselku. Dia terlihat curiga dengan ranselku yang agak mengelembung. 

“Koq penuh, apa isinya ?” tanyanya sambil mengangkat tasku yang cukup berat.

“Peralatan liputan Pak,” jawabku.

“Coba buka, ” katanya.

Aku mengeluarkan isi tasku di atas meja.  Ada tape recoder, bloknote, bolpen, dan sejumlah buku. Satu lagi tas Tuppeware berisi bekal makan siangku.

Pemeriksaan itu membuat antrean di belakangku menjadi panjang. Sejumlah orang mulai tak sabar karena pemeriksaanku terlalu lama.  Mereka berkerumun di dekatku. Mereka ingin tahu apa yang terjadi.

Si petugas keheranan melihat kotak tupperwareku.

“Katanya cuma peralatan liputan,  itu apa ? “  tanyanya menunjuk dengan tongkat. Dia kelihatan waspada.

Kerumunan di sekitarku makin ramai. Mereka berbisik-bisik.

“Makan siang,” jawabku.

Koq bawa makanan ?” 

Aku  tak menjawab, cuma cengengesan. 

“Coba buka,” perintahnya lagi.

Dengan enggan aku buka tas Tupperware. Berharap si petugas  tak meneruskan perintahnya. 

“Lihat isi dalamnya,” nadanya kini agak tinggi.

Aku ragu menjalankan perintahnya. Malu juga membuka bekalku dilihat banyak orang. 

“Cuma nasi dan lauk Pak,” jawabku bertahan.

"Ayo buka !”  Dia mulai tak sabaran.

Pelan-pelan aku membuka tutup tempat makanan itu. Beberapa orang yang berada di dekatku mundur. 

Si petugas  terlihat makin  waspada.

“Ini Pak,” kataku sambil  menunjukkan bekal makan siangku. Ada nasi, balado ikan tongkol, tumis bunga pepaya kesukaanku, dan sebutir pisang.

‘Ha..ha…ha…” si petugas tertawa.

“Saya kira bom tadi,” katanya kepada orang-orang sekeliling kami. Sejumlah orang yang tadinya  khawatir, juga ikut tertawa.

Yaelaaah…Dikira bom beneran,” teriak seorang bapak. Kembali semua tertawa.

Aku dipersilakan mengemasi bekalku.  Malunya setengah mati.

“Dikiranya piknik kali, bawa makanan,” kudengar  celatukan orang di belakangku

Tips menjaga pola makan

- Jangan terlambat makan

- Usahakan sarapan  sebelum berangkat liputan walaupun tidak lapar

- Sediakan makanan ringan di dalam tas

- Bawa minuman

- Bawa obat-obatan bagi yang mempunyai sakit maag

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat