Seorang Muslim berjalan di area Masjid al-Aqsha atau Baitul Maqdis di Yerusalem Palestina | Reuters

Tajuk

Perbarui Komitmen untuk Palestina

Dunia Islam juga tentu dituntut tetap berkomitmen mendukung Palestina meraih hak-haknya.

 

Kemarin, 29 November 2020, Sekjen PBB Antonio Guterres mengingatkan kembali soal nasib Palestina. Ia mendorong masyarakat dunia memperbarui komitmen terhadap Palestina dalam memperjuangkan hak-haknya.

‘’Mari kita bersama-sama memperbarui komitmen terhadap rakyat Palestina atas tuntutan mereka, atas hak-hak yang tak terelakkan dan membangun masa depan perdamaian, kedaulatan, keadilan, dan keamanan,’’ demikian pernyataan Guterres.

Guterres menegaskan hal tersebut di laman resmi PBB, yang bertepatan dengan peringatan hari solidaritas nasional untuk rakyat Palestina, setiap 29 November. Ia mewanti-wanti, dengan kondisi sekarang ini, solusi dua negara bisa kian ‘menjauh’.

Ia menunjuk sejumlah fakta, yakni semakin luasnya permukiman ilegal Israel, meningkatnya penghancuran rumah dan bangunan milik warga Palestina, serta berlanjutnya kekerasan dan aktivitas kelompok militan.

 
Ia menunjuk sejumlah fakta, yakni semakin luasnya permukiman ilegal Israel, meningkatnya penghancuran rumah dan bangunan milik warga Palestina.
 
 

Guterres pun mendesak, para pemimpin Palestina dan Israel membuka ruang yang memungkinkan untuk membuka harapan dan tercapainya solusi dua negara. Kita tahu, selama ini perundingan damai dua belah pihak mandek.

Apalagi, setelah AS di bawah Presiden Donald Trump menempuh serangkaian kebijakan yang menguntungkan Israel. Termasuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, padahal Palestina menginginkannya sebagai ibu kota negara.

Trump memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. AS pun memberikan keleluasaan bagi Israel untuk memperluas permukiman ilegal. Tak hanya itu, Trump mendorong sejumlah negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel.

Ada sejumlah negara yang sudah menormalisasi hubungan dengan Israel, di antaranya Uni Emirat Arab dan Bahrain. Diyakini, dalam beberapa waktu mendatang, ada sejumlah negara yang bakal ikut menormalisasi hubungan dengan Israel.

Bahkan terakhir, pekan lalu, kabar berembus Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam pertemuan resmi dengan Menlu AS Mike Pompeo. Meski begitu, Saudi membantah kabar ini.

Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden mengalahkan Trump dalam pemilu presiden baru-baru ini, meski AS akan tetap setia pada Israel, menumbuhkan harapan ada perubahan kebijakan terkait isu Palestina ini.

 
Di sisi lain, dunia Islam juga tentu dituntut tetap berkomitmen mendukung Palestina meraih hak-haknya, termasuk kemerdekaan dan hak atas tanah mereka. 
 
 

Jika kita merujuk pemerintahan Barack Obama, dari Demokrat, meski AS tetap mendukung Israel, Obama memiliki keberanian mengkritisi kebijakan Israelnya. Misalnya, soal perluasan permukiman ilegal Yahudi, yang ditentang Obama.

Pada 18 November 2009, misalnya, Presiden Obama mengkritik rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membangun 900 rumah baru bagi pemukim Yahudi di Gilo, dekat Yerusalem. Ia menyatakan langkah ini sangat berbahaya.

Obama menyatakan, rencana pembangunan itu akan membuat Palestina marah dan mengganggu prospek perdamaian. Biden yang juga dari Demokrat, diharapkan mampu memiliki kekritisan seperti Obama terkait upaya perdamaian Palestina-Israel.

Di sisi lain, dunia Islam juga tentu dituntut tetap berkomitmen mendukung Palestina meraih hak-haknya, termasuk kemerdekaan dan hak atas tanah mereka. Kita berharap, negara-negara Muslim konsisten mendukung dan tak melukai perasaan Palestina.

Palestina menganggap, normalisasi hubungan dengan Israel yang ditempuh negara-negara Muslim belum lama ini, melukai mereka. Meski demikian, negara-negara Muslim berdalih bahwa dengan hubungan ini, mereka bisa menekan Israel untuk mau berdamai dan mengembalikan hak Palestina.

Kita juga berharap, negara besar seperti Arab Saudi, tetap pada sikapnya, normalisasi tak akan mereka lakukan sebelum Israel meninggalkan tanah pendudukan di Israel dan Palestina merdeka, serta mendapatkan kembali hak-haknya.

Tak hanya itu, Indonesia dengan penduduk mayoritas Muslim, memiliki tanggung jawab moral untuk terus membantu perjuangan Palestina mencapai kemerdekaannya dan meringankan nestapa rakyat Palestina, baik di Tepi Barat, Yerusalem, maupun Jalur Gaza.

Benar pernyataan Guterres, dunia memang perlu memperbarui komitmen atas rakyat Palestina. Sebab harus diakui, upaya mengantarkan Palestina meraih kembali hak-haknya perlu perjuangan keras dan jalan panjang yang terjal. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat