Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Kepemimpinan Profetik

Setidaknya ada tiga prinsip penting menerapkan kepemimpinan profetik.

Oleh Muhammad Kosim

OLEH MUHAMMAD KOSIM

Alquran surah al-Ahzab ayat 21 menegaskan, Nabi adalah teladan (uswatun hasanah) di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kepemimpinan. Apalagi, Nabi Muhammad SAW tidak saja sukses menjadi pemimpin agama, tapi juga pemimpin politik.

Kepemimpinan profetik (prophetic leadership) merupakan kepemimpinan yang menerapkan karakter kepemimpinan para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW. Setiap nabi adalah pemimpin. Dan, pemimpin dari sekalian manusia adalah Nabi Muhammad SAW, tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat karena ia memperoleh hak untuk memberi syafaat. Sabdanya: "Di hari kiamat nanti, aku adalah pemimpin umat manusia seluruhnya...” ( HR Bukhari Muslim).

Setidaknya ada tiga prinsip penting menerapkan kepemimpinan profetik. Pertama, meneladani empat sifat wajib yang menjadi karakter utama Nabi Muhammad SAW, yaitu sidik, amanah, tabligh, dan fatanah.

Pemimpin harus menjadi orang yang jujur, bertindak benar, dan memiliki kepribadian integritas antara pikiran, ucapan, dan perbuatan. Dengan sifat sidik, ia menolak segala bentuk kebohongan, tidak memelihara hoaks, dan senantiasa memperjuangkan kebenaran untuk kemakmuran rakyatnya.

Dengan sifat amanah, jabatan diyakini sebagai amanah rakyat yang harus dipikul dan pertanggungjawabannya juga kepada Allah SWT. Sifat tabligh menuntut pemimpin harus komunikatif terhadap rakyatnya baik dalam menyampaikan kebijakan maupun mendengar keluhan rakyat.

Adapun sifat fatanah, menuntut setiap pemimpin cerdas menyelesaikan masalah dan arif melahirkan kebijakan. Pemimpin profetik juga memiliki kecerdasan rohani sehingga hatinya tetap memiliki koneksi yang kuat dengan Allah SWT. Dengan begitu, kebijakannya selalu disandarkan pada Allah sehingga tidak menyengsarakan rakyatnya.

Kedua, meneladani sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW seperti yang dijelaskan dalam surah at-Taubah ayat 128. Berat dirasakan oleh Nabi penderitaan orang lain (azizun alaihi ma anittum). Inilah pemimpin sejati yang memiliki kepekaan atas kesulitan rakyatnya (sense of crisis).

Nabi juga amat sangat berkeinginan agar umatnya aman, sentosa, dan selamat dunia akhirat (harishun 'alaikum). Kepemimpinan profetik memiliki semangat yang tinggi untuk mewujudkan rakyatnya berprestasi sehingga bangsanya meraih kemajuan gemilang (sense of achievement).

Nabi SAW juga memiliki sifat kasih sayang (raufunrahim) terhadap umatnya, bahkan orang-orang yang memusuhinya. Ia tidak pernah menginginkan kebinasaan ditimpakan pada orang lain, tidak pernah menyerang kecuali dalam mempertahankan diri dari serangan musuh dalam peperangan.

Ketiga, meneladani akhlak Nabi SAW yang mencintai, mengamalkan dan mengajarkan Alquran. Alquran menegaskan, Nabi SAW memiliki akhlak yang agung (al-Qalam ayat 4). Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi, jawabnya, "kana khuluqu al-Quran", akhlak Nabi itu adalah Alquran.

Maka, kepemimpinan profetik akan dimiliki setiap pemimpin yang mau mengkaji Alquran untuk ditadaburi, diamalkan, dan diajarkan. Sebaliknya, umat Islam yang memperoleh amanah sebagai pemimpin, tapi enggan atau jauh dari Alquran, niscaya hatinya akan keras, tertutup dari cahaya dan pertolongan Allah SWT. Padahal, menjalankan amanah sebagai pemimpin butuh pertolongan-Nya. Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat