Sejumlah murid SD Kubang mengikuti bimbingan belajar yang diberikan relawan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peduli Bangsa di Kampung Kubang, Gunungsari, Serang, Banten, Jumat (29/8/2020). Sejumlah relawan yang tergabung dalam organisasi tersebut berinisi | ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO

Inovasi

Membaca Tren Koneksi Selama Pandemi

Ada 10,2 persen masyarakat yang tidak menggunakan internet, karena tidak tahu bagaimana menggunakannya. 

Peran internet saat ini, semakin penting dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di dunia global. Setiap tahun, internet semakin berperan dalam mempengaruhi kehidupan umat manusia. 

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis laporan survei internet 2019-2020 (Q2), pada Senin (9/11). Survei ini dilakukan bekerja sama dengan Indonesia Survey Center (ISC).

Parameter survei ini dibagi menjadi tiga, yakni penetrasi internet, pengguna internet, dan parameter usia, serta frekuensi pengguna internet. Penetrasi internet ini terkait dengan persentase pengguna internet terhadap populasi di wilayah tertentu. 

Sementara pengguna internet adalah setiap penduduk yang tersambung dengan sambungan internet lewat perangkat mobile, laptop maupun personal computer (PC). 

Parameter usia dan frekuensi penggunaan internet, berkaitan dengan penduduk, yaitu laki-laki dan perempuan yang berusia 10 tahun keatas. Metode survei terdiri dari teknik sampling, jumlah sampel, pengumpulan data, dan rentang survei. 

Teknik sampling yang digunakan menggunakan probability sampling, multistage random sampling, dan varian area random sampling. Jumlah sampel yang ada di survei ini adalah 7.000 sampel, dengan pengumpulan datanya menggunakan wawancara dengan kuesioner dan rentang surveinya dilakukan pada 2-25 Juni 2020.

Sekitar 7.000 sampel ini didapat dari sebaran sampel, mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua. 

Dari data APJII, survei ini diikuti oleh 49 persen laki-laki dan 51 persen perempuan. Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono mengungkapkan, saat ini penetrasi pengguna internet Indonesia 2019-2020 (Q2) berjumlah 73,7 persen. Angka ini naik dari 64,8 persen dari 2018. “Saat ini penetrasi pengguna internet Indonesia berjumlah 73,7 persen, naik dari 64,8 persen dari tahun 2018,” kata Henri dalam konferensi pers virtual, beberapa waktu lalu.

Melihat proyeksi angka BPS, penduduk  Indonesia 2019  berjumlah 266,91 juta jiwa, sehingga pengguna internet Indonesia ada 196,71 juta . Angka itu naik dari 171 juta jiwa di 2018. Kenaikannya sekitar 8,9 persen atau sekitar 25,5 juta pengguna.

Selain itu, di dalam survei APJII juga ada data perilaku pengguna internet umum. Ada 10,2 persen masyarakat yang tidak menggunakan internet. Alasannya, kata Henri, karena tidak tahu bagaimana menggunakannya atau bingung dengan teknologinya. “Jadi kembali lagi sosialisasi menjadi hal utama yang dapat kita sampaikan pada teman-teman yang masih berada di zona 10,2 persen ini,” katanya.

Sebagian pengguna internet, masyarakat Indonesia juga sudah lama menggunakan internet, dengan 19,2 persen yang menggunakan internet selama delapan tahun ke atas.

Ada beragam alasan mengapa seseorang menggunakan internet. Sampel mengurutkan lima alasan mengapa menggunakan internet. Jawaban utama paling tinggi dari lima alasan adalah 51,5 persen menggunakan internet adlah karena media sosial.

“Alasan kedua paling tinggi adalah komunikasi lewat pesan, alasan yang ketiga adalah games, alasan keempat masih games dengan 19 persen. Alasan kelima adalah belanja online,” kata Henri.

Percepat Transformasi

photo
Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Yogyakarta Tutty Fetrianingsih menunjukan kerajinan produksinya yang dipasarkan melalui online marketplace, di galeri Kana Shibori, Yogyakarta, Sabtu (15/8/2020). Guna mendorong produktivitas para pelaku UMKM, XL Axiata bekerja sama dengan Komunitas Karang Mitra Usaha Yogyakarta menyediakan layanan internet melalui program paket komunitas XL Biz yang mempermudah mereka untuk go digital - (Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto)

Ketua Umum APJII Jamalul Izza mengatakan APJII setiap tahun mengadakan survei dan memang tahun ini agak terlambat.  Sebenarnya, kata Jamalul, survei ini sudah berjalan sejak Januari, kemudian pada Maret APJII harus bekerja dari rumah (WFH). 

Keterbatasan lainnya adalah survei ini dilakukan secara tatap muka sehingga terjadi keterlambatan. “Dengan kondisi tersebut, akhirnya kita mengambil sampel sampai Q2 tahun 2020. Di tahun ini memang kita melihat pasti ada kenaikan dari survei 2018,” ujar Jamalul.

Terdapat hal-hal yang menyebabkan kondisi internet Indonesia semakin naik setiap tahunnya. Jamal menyebutkan, ada beberapa yang mendukung program APJII yang memang ingin penetrasi internet setiap tahun menjadi naik. 

Salah satunya yang sekarang ini berjalan adalah program desa internet mandiri. Peningkatan penetrasi internet pun  didukung oleh faktor infrastruktur yang cukup merata dengan munculnya Palapa Ring dan juga dengan kondisi di mana saat ini masyarakat mau tidak mau harus daring. 

Contohnya, pengadaan survei penetrasi internet secara luring, tetapi karena kondisi pandemi survei dilaksanakan secara daring. “Kita melihat kondisi Covid-19 sekarang memang di satu sisi hal negatif. Tapi ada pula hal positif yang bisa diambil hikmahnya, yaitu harus bertransformasi digital,” kata Jamalul.

Apabila dulu, ia melanjutkan, kita agak susah diajak belajar atau bekerja secara daring, tapi mulai Maret mau tidak mau harus sudah siapkan. “Kita harus siap menghadapi transformasi digital. Nah, kita berharap dengan penetrasi internet ini semakin meningkat, transformasi digital di Indonesia juga bisa lebih cepat,” ujarnya Jamalul.

Dilihat dari sisi faktor lainnya juga adalah bagaimana sekarang banyak desa yang mau tidak mau harus bisa melakukan transformasi digital secara cepat. Kemanan data adalah salah faktor yang menjadi faktor krusial.

Presiden RI Joko Widodo menyampaikan data adalah komoditas yang berharga. Hal ini pulalah menjadi sebuah parameter bagaimana menjaga kedaulatan data Indonesia agar lebih bisa dimanfaatkan oleh bangsa sendiri. 

Karena selama ini data yang dihasilkan milik orang Indonesia selalu dimanfaatkan pihak luar dan tidak ada kontribusi ke Indonesia. Kepala Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas) BSSN Brigjen TNI Victor Prihatino Tobing mengungkapkan hasil survei ini adalah referensi untuk BSSN. 

Ada dua referensi yang ingin diambil atau ingin diamati oleh BSSN sesuai tugas pokok BSSN yang diberikan oleh negara, yakni penetrasi internet dan perilaku penggunanya. 

Menurutnya, kedua hal ini penting karena di dalam RPJMN 2020 hingga 2024 sudah eksplisit dinyatakan bahwa masyarakat Indonesia perlu meningkatkan self building awareness. “Jadi bukan cuma transformasi digitalnya yang sedang kita kejar, tetapi juga harus mengedepankan self building awareness,” kata Victor. 

 
Ini merupakan tantangan kita bagaimana kita bisa meninggikan atau meningkatkan penetrasi fixed broadband ke depannya bersama dengan pemerintah.
Henri Kasyfi Soemartono, Sekretaris Jenderal APJII 
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat