Para panelis dalam Forum Group Discussion bertemakan | Republika/nur hasan murtiaji

Nasional

Kurikulum Berbasis Lingkungan Diperlukan

Kurikulum berbasis lingkungan dinilai penting dalam pendidikan Indonesia.

 

YOGYAKARTA – Kurikulum berbasis lingkungan dinilai penting dalam pendidikan Indonesia. Pasalnya, pendidikan yang ada saat ini masih berkutat dengan metode pembelajaran yang menuntut penuntasan materi dan kurikulum yang berlebihan.

Hal ini disampaikan oleh diisi oleh pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal dalam focus group discussion (FGD) bertema “Sekolah di Era Pandemi” yang digelar Republika bekerja sama dengan Satgas Penanganan Covid-19 BNPB, Sabtu (7/11). Menurut dia, kurikulum berbasis lingkungan dapat memantik rasa ingin tahu anak didik dan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

"Sehingga anak-anak bisa dekat dengan konteks keluarga dan konteks komunitas. Kalau pemerintah masih menganggap kurikulum ini masih dicekoki (kepada anak didik), baik itu tatap muka atau daring sekalipun, tidak akan timbul kemandirian. Maka anak tidak ada kemampuan untuk menjawab tantangan permasalahan," kata Rizal.

Terlebih, saat ini anak didik menjalani kegiatan pembelajaran di rumah karena pandemi Covid-19. Melalui kurikulum berbasis lingkungan ini, anak didik akan dapat beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan dengan kondisi yang tidak dapat diprediksi seperti saat ini.

Di tengah diskursus perlu-tidaknya segera dilakukan pembelajaran tatap muka, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta sedang menyiapkan kebijakan terkait dimulainya sekolah secara tatap muka dengan terbatas. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mengembalikan interaksi sosial anak didik yang hilang akibat pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi Covid-19.

photo
Tangkapan layar Forum Group Discussion bertemakan Sekolah di Era Pandemi yang digelar Republika bekerja sama dengan Satgas Penanganan Covid-19 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara virtual, Sabtu (7/11).. - (Republika/nur hasan murtiaji)

Dalam diskusi yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Santosa Asrori mengatakan, kurangnya interaksi sosial anak didik selama pandemi memengaruhi banyak hal, terutama keadaan psikologis anak karena selalu beraktivitas di rumah dan kurang interaksi dengan teman dan gurunya.

“Bagaimana anak-anak bersosialisasi dengan masyarakat, lingkungan sekolah dan guru, ini yang hilang selama sembilan bulan ini. Kami sudah berpikir sampai di situ, bagaimana kita berupaya interaksi sosial anak pelan-pelan kembali pulih, kita sedang menginisiasi,” kata Budi.

Pihaknya berencana untuk memulai sekolah tatap muka dengan waktu yang sangat terbatas, yaitu sekali dalam satu pekan. Waktu yang dihabiskan untuk tatap muka ini hanya dilakukan selama 1,5 jam. Walaupun begitu, kata Budi, tidak semua kegiatan pembelajaran yang dapat melakukan pembelajaran tatap muka. Namun, tatap muka hanya untuk pembelajaran yang sulit jika dilakukan secara daring.

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Fitri Sari Sukmawati mengatakan telah menyiapkan skenario pembelajaran tatap muka secara terbatas. Saat ini, proses pembelajaran di sekolah tersebut masih dilakukan secara daring.

Pihaknya juga akan melakukan simulasi penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dalam waktu dekat. Melalui simulasi ini, sudah ada kesiapan protokol kesehatan jika nantinya sekolah tatap muka terbatas dapat dilakukan.

“Senin (hari ini—Red) kita akan melakukan demo tatap muka penerapan protokol kesehatan sejak awal masuk (dari gerbang sekolah). Kita videokan dan ini bentuk sosialisasi kita kepada siswa. Sudah ada skenarionya dan jadwal pelajaran sudah kita siapkan," ungkapnya.

Fitri menjelaskan, jika kondisi sudah memungkinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka, sistem yang akan diterapkan adalah blended learning. Artinya, sisem tersebut merupakan kombinasi sistem pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat