Warga membuka laman www.prakerja | ANTARA FOTO/ASEP FATHULRAHMAN

Opini

Menekan Angka TPT

Kehadiran wirausaha mahasiswa akan memperluas lapangan pekerjaan demi menurunkan TPT di kabupaten/kota.

TATANG MUTTAQIN; Direktur Aparatur Negara Kementerian PPN/Bappenas

Pakar manajemen, Peter Drucker menyatakan, bekerja adalah sentral kehidupan manusia maka mendapat pekerjaan layak sangat penting.

Salah satu tantangan bangsa saat ini adalah bagaimana meningkatkan pekerjaan bagi masyarakat. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2020, angkatan kerja Indonesia 137,91 juta orang atau naik 1,73 juta orang disbanding pada Februari 2019.

Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja turun 0,15 persen. Dalam setahun terakhir, pengangguran bertambah 60 ribu orang, berbeda dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun dari 5,01 persen pada 2019, menjadi 4,99 persen pada Februari 2020.

Menilik latar belakang pendidikan, secara nasional TPT adalah lulusan SMK, 8,63 persen dibandingkan SMU sebesar 6,78 persen. Menariknya, pendidikan tinggi kurang menjamin lebih meningkatkan keterserapan di dunia kerja.

TPT lulusan perguruan tinggi (PT) masih tinggi, yaitu 6,89 persen untuk lulusan PT vokasi (diploma) dan 6,24 persen lulusan PT umum (sarjana).

Data TPT lulusan sekolah menengah dan PT itu menunjukkan keselarasan dan relevansi lulusan pendidikan vokasi masih memprihatinkan, sehingga dibutuhkan ikhtiar lebih sistematis untuk meningkatkan keterserapan di dunia kerja.

photo
Perkembangan pengangguran di Indonesia, 5 November 2020 - (BPS.go.id)

Berbeda dengan potret nasional, di kota pendidikan, Yogyakarta sebagai contoh, TPT lulusan SMK 4,16 persen dan lulusan PT vokasi 1,29 persen atau lebih rendah dibandingkan TPT lulusan PT umum yang mencapai 6,44 persen.

TPT lulusan PT umum atau sarjana di DI Yogyakarta, sedikit lebih tinggi daripada TPT lulusan PT umum di tingkat nasional. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan berpotensi meningkatkan TPT.

Menurut data Kementerian Tenaga Kerja 30 Agustus 2020, di Provinsi DI Yogyakarta, pandemi Covid-19 menggerus kesempatan angkatan kerja. Di sektor formal, ada sekitar 26,8 ribu orang yang dirumahkan dan yang mengalami PHK 3.924 orang.

Di sektor informal, setidaknya 4.000 orang terdampak. Ini menunjukkan, pandemi Covid-19 berdampak luas termasuk untuk pekerjaan. Sehingga, kita perlu melihat kembali strategi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi meledaknya jumlah pengangguran.

Sesuai mandat UU No 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, PT berperan sebagai agen pendidikan, penelitian, transformasi kebudayaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, juga pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.

Dalam konteks pembangunan pendidikan tinggi, mandat ini secara spesifik dijadikan salah satu sasaran strategis, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan relevansi pendidikan tinggi. Ini diharapkan meningkatkan persentase lulusan yang terserap di dunia kerja.

Ikhtiar pemerintah meningkatkan kemudahan berinvestasi terus dilakukan, tetapi praktiknya tak mudah karena adanya pandemi Covid-19. Di sinilah, UMKM menjadi tumpuan jaring pengaman dalam mengatasi meningkatnya TPT.

Data Kementerian Koperasi dan UMKM mengungkapkan, UMKM mampu menyerap 116,6 juta orang sehingga berperan besar mengurangi pengangguran terbuka.

Untuk itu, pendidikan tinggi dituntut berkontribusi menekan angka pengangguraan lulusan dengan memperkuat kewirausahaan berbasis ekosistem. Empat stakeholders utama bergotong-royong, yaitu universitas, dunia usaha, masyarakat, dan pemda.

Penguatan kurikulum soft skill kewirausahaan menjadi penting untuk melahirkan perusahaan rintisan baru, dan mempercepat wirausaha mahasiswa. Masyarakat bisa berkontribusi dengan menyediakan lingkungan suportif dan kondusif.

Kehadiran wirausaha mahasiswa akan memperluas lapangan pekerjaan demi menurunkan TPT di kabupaten/kota. Untuk itu, pemda perlu menyediakan semacam dana pendamping kepada mahasiswa yang bersiap untuk memulai usaha.

Wujudnya, beasiswa kewirausahaan sebagai modal awal mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan dan mempertajam fokus usaha dan jejaring. Ini membuka peluang mendapatkan dukungan pendanaan berupa hibah imbal swadaya dalam membuka usaha baru.

Di sinilah, dana hibah imbal swadaya Kemendikbud yang digabung dengan beasiswa kewirausahaan pemda, kian relevan dan strategis. Program hibah ini bisa menjangkau tiga tipologi wirausaha baru dari kalangan mahasiswa. Yakni, wirausaha potensial, perusahaan rintisan, dan wirausaha baru dengan kurun pendampingan berbeda dari tiga hingga enam bulan sampai satu tahun. Kriteria imbah hasil swadaya ini adalah bertemunya ide-ide dan kesempatan usaha baru.

Setiap gagasan dan program perlu diukur dengan baik dengan indikator yang jelas, yaitu jumlah ide tercipta usaha baru, persentase kelulusan program inkubasi per tahun, dan tingkat bertahan dalam satu tahun.

Indikator lainnya, jumlah usaha mendapatkan penyertaan modal dari pihak lain sebagai wujud kepercayaan, penyerapan dana, dan persentase non-performing loan (NPL) yang semakin rendah.

Gagasan program hibah imbal swadaya mensyaratkan gotong-royong para pihak untuk menopang ekosistem kewirausahaan, yang kuncinya saling percaya dan sinergi. Melalui program ini diharapkan, target penciptaan wirausaha baru dapat terlampaui.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat