Ilustrasi kegiatan agama. | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Perkuat Sinergi Penelitian Agama di Indonesia dan Dunia

Penelitian agama menjadi acuan untuk memperkuat koeksistensi dalam kehidupan.

 

 

JAKARTA -- Peneliti Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ahmad Najib Burhani, mengatakan, jaringan di antara para peneliti agama di Indonesia dan dunia perlu terus diperkuat. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penting digelarnya International Symposium on Religious Life (ISRL) setiap dua tahun.

ISRL tahun ini digelar untuk ketiga kalinya oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) dengan tajuk utama "Kehidupan Beragama, Etika, dan Martabat Manusia di Era Disrupsi". Kegiatan yang digelar secara daring dan luring ini telah ditutup pada Kamis (5/11) di Bogor. 

"Tidak hanya jaringan, tetapi juga (tempat untuk) sharing tentang penelitian masalah keagamaan," ujar dia.

"Apalagi kolaborasi dalam penelitian agama masih dalam tahap awal sehingga masih perlu terus digalakkan," kata Najib.

Karena itu, menurut dia, kolaborasi antarpeneliti agama di Indonesia dan dunia harus terus dilakukan secara masif. Tujuannya antara lain untuk menemukan solusi atas suatu masalah, menghindari tumpang-tindih penelitian, dan memperkuat setiap institusi yang bergerak dalam penelitian agama. 

Dalam simposium internasional ini, banyak hasil penelitian agama yang dipaparkan. Ada hasil penelitian yang memang menjurus pada solusi dan rekomendasi, tetapi tidak secara langsung.

"Jadi, tidak secara langsung memberikan kesimpulan yang bisa dipakai untuk kebijakan, lebih sebagai kajian akademik, sebagai sebuah analisis atas persoalan," ujar dia. 

ISRL 2020 ini digelar Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag, yang berkolaborasi dengan Asosiasi Peneliti Agama Indonesia (APAI), Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS-UGM), dan LIPI.

Sementara itu, Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Kemenag, Muhammad Adlin Sila mengatakan, ISRL 2020 memberi kontribusi tentang bagaimana nilai dan etika agama meningkatkan martabat kemanusiaan, terutama di era disrupsi sekarang ini. 

"Sehingga apa pun tantangan zamannya, misalnya impact (dampak) dari internet ini seperti hoaks dan bergesernya otoritas keagamaan dari yang tradisional ke media sosial yang serbainstan, agama tetap menyumbang sesuatu yang meningkatkan martabat kemanusiaan," kata dia seusai menutup simposium.

Nilai-nilai agama, lanjut Adlin, harus diterjemahkan secara sederhana dan operasional sehingga bisa menjadi etika yang bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. 

Hasil penelitian yang dipaparkan pada simposium ini, menurut Adlin, akan digunakan oleh pemerintah, khususnya Kemenag, sebagai rujukan saat mengambil kebijakan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat