Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Energi Langit dan Bumi

Allah Ta’ala di dalam Alquran menegaskan bahwa penciptaan langit dan bumi benar-benar serius.

Oleh IMAM NAWAWI

OLEH IMAM NAWAWI

Sebagai makhluk yang dikaruniai akal, hati, penglihatan, dan pendengaran, sudah sepatutnya manusia terus berupaya menggali hikmah, mutiara, dan kandungan emas di balik setiap fakta kehidupan yang ada, seperti langit dan bumi.

Sebagian telah berupaya, tapi baru sampai terekspresikan dalam bentuk bait-bait puisi, ungkapan cinta, dan lagu yang notabene relatif kehilangan ruh perihal mengapa semua itu hadir dalam kehidupan semesta dan manusia itu sendiri. Padahal, langit dan bumi, jika digali dalam pandangan iman dan logika, akan memberikan panduan terang bagaimana seseorang menata diri, mulai dari pikiran, ucapan, hingga tindakan.

Menariknya, hal ini ditegaskan oleh Allah Ta’ala di dalam Alquran bahwa penciptaan langit dan bumi benar-benar serius. “Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.” (QS al-Dukhan [44]: 38).

Ibn Katsir menerangkan bahwa Mahasuci Allah dari permainan dan kesia-siaan serta kebatilan dalam semua ciptaan-Nya. Ini berarti manusia harus benar-benar menggali apa makna, hikmah, dan kandungan emas yang tersimpan di balik semua penciptaan yang amat mengagumkan itu.

Secara rasional, kita bisa lihat dan perhatikan bahwa langit amatlah luas, tak berbatas, dan ia eksis di atas kehidupan manusia tanpa butuh sebuah tiang sekalipun. Ini bisa kita maknai bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang harus kita analogikan kepada langit. Seperti sifat sabar, sabar tidak boleh ada batas dalam kehidupan ini. Dan, karena itu, Allah janjikan pahala tak berbatas bagi orang yang sabar. “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS az-Zumar [39]: 10).

Jika ditelisik lebih dalam, kita temukan bahwa sabar adalah amalan hati. Dengan demikian, dalam masalah urusan dan amalan hati, hendaknya kita bisa belajar kepada langit yang amat luas.

Nabi Muhammad SAW tak pernah menyisakan sedikit pun noda bernama kebencian, permusuhan, apalagi dendam kepada siapa pun yang memandangnya secara salah. Beliau justru sangat ingin mereka yang memusuhinya dapat diberikan kebaikan langsung dari tangannya.

Seperti seorang kafir Quraisy yang selalu meludahi beliau kala menuju Ka’bah untuk ibadah. Saat tak ada ludah meluncur kepada beliau dan diketahui bahwa yang biasa melakukannya sedang sakit, Nabi Muhammad SAW langsung menjenguknya. Dan, bersyahadatlah orang yang membencinya itu.

Adapun terhadap bumi, segala macam tanaman tumbuh. Hal ini memberikan pelajaran bahwa hidup harusnya bisa menumbuhkan kebaikan, kemaslahatan, persaudaraan, keadilan, dan kasih sayang. Bukan sebaliknya, permusuhan, pertengkaran, dan perkelahian. Itulah energi yang harus ada dalam diri kita semua, insan beriman.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat