Pondok Pesantren Hidayatullah di Papua. Ormas Hidayatullah fokus dalam dakwah melalui pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. | ANTARA FOTO

Khazanah

Nashirul Haq Kembali Pimpin Hidayatullah

Hidayatullah dinilai telah kontribusi besar bagi umat Islam, bangsa, dan negara.

 

DEPOK – Dr Nashirul Haq Lc MA dipastikan kembali memimpin ormas Islam Hidayatullah. Berdasarkan keputusan sidang paripurna Musyawarah Nasional (Munas) V Hidayatullah, Nashirul ditunjuk menjadi ketua umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah untuk masa khidmat 2020-2025.

Penetapan hasil Munas V Hidayatullah yang ditayangkan melalui kanal virtual itu dibacakan oleh Ketua Majelis Sidang, Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar. Selain menetapkan ketua umum, sidang paripurna yang digelar di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah, Depok, Jawa Barat, Jumat (30/10), juga mengukuhkan beberapa struktur keorganisasian.

Di antaranya, Majelis Penasihat (MP) yang diketuai Ustaz HA Hasan Ibrahim, Dewan Pertimbangan (DP) yang dipimpin Ustaz Dr Abdul Mannan, Dewan Mudzakarah (DM) diketuai Ustaz drg Fathul Adhim, dan Dewan Murobbi Pusat yang diketuai Ustaz Dr Tasyrif Amin.

Melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (30/10), Nashirul menyampaikan, Hidayatullah berkomitmen menghadirkan program-program yang mampu mendorong terwujudnya perubahan masyarakat Indonesia yang bermartabat dengan segenap kemampuan yang akan terus dikembangkan.

"NKRI yang memiliki harga diri, mempunyai kepercayaan diri, berdiri di atas kaki sendiri, sehingga kita dapat menyongsong masa depan Indonesia yang adil, makmur, dan berperadaban mulia di bawah naungan kasih sayang dan ridha Allah Subhanahu Wata'ala," ujar dia.

Nashirul adalah santri yang merasakan langsung tempaan pendidikan di Kampus Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pria kelahiran Wajo, Sulawesi Selatan, 46 tahun silam itu meraih gelar sarjana syariah dari Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Sementara, gelar master dan doktoralnya ia raih dari International Islamic University Malaysia (IIUM).

Saat ini, Nashirul juga mengemban amanah sebagai anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), anggota unsur tokoh agama di Centre for Dialogue And Cooperating Among Civilization (CDCC), Center of Study for Indonesian Leadership (CSIL), serta Lembaga Studi Islam dan Peradaban (LSIP).

Mengusung tema “Meneguhkan Komitmen Keumatan Menuju Indonesia Bermartabat”, Munas V Hidayatullah berlangsung pada 29-31 Oktober 2020. Berdasarkan keputusan musyawarah Majelis Syura, munas kali ini digelar secara virtual. Pusat kegiatan munas bertempat di Kampus Ponpes Hidayatullah, Depok, dan secara serentak terdapat setidaknya 34 titik lain untuk kegiatan munas sebagai perwakilan wilayah DPW Hidayatullah.

Sementara itu, sejumlah pimpinan ormas Islam mengapresiasi kiprah dan perjuangan dakwah Hidayatullah selama ini. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, Hidayatullah sebagai bagian dari komponen umat Islam merupakan pergerakan yang terus membina umat, membawa nilai-nilai Islam yang memajukan, mencerahkan, dan membangun ukhuwah Islamiah yang kokoh.

"Sekaligus kekuatan perekat bangsa sebagaimana misi Islam sebagai rahmatan lil 'alamin,” ujar dia melalui akun resmi Youtube Hidayatullah.

Selain itu, menurut Haedar, Hidayatullah merupakan salah satu pilar umat Islam yang terus berkarya, beramal, dan membangun pergerakan untuk kepentingan umat dan bangsa.

Apresiasi juga disampaikan Ketua Mejelis Syuro DPP Persatuan Umat Islam, Ahmad Heryawan. Ia menilai, Hidayatullah selama ini telah menjalankan perjuangan untuk menjaga akidah umat, menghadirkan persatuan dan kesatuan bangsa, memberdayakan perekonomian masyarakat, dan menyebarkan dakwah secara damai dan sejuk di seluruh Indonesia.

Dalam pandangan Wakil Ketua Umum MUI, KH Muhyiddin Junaidi, Hidayatullah telah menunjukkan kontribusi dan manfaatnya bagi umat Islam, bangsa, dan negara.

“Semoga, Munas V ini memberikan banyak perkembangan dan kemajuan bagi umat Islam Indonesia khususnya dan umat Islam dunia umumnya. Dan semoga, banyak hal yang dapat dirumuskan dan diputuskan demi kemajuan kita bersama.”

Sejarah

 

Hidayatullah awalnya sebuah pondok pesantren yang berdiri di atas lahan wakaf seluas 120 hektar di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pondok pesantren ini didirikan oleh Ust Abdullah Said pada 7 Januari 1973.

Dalam perkembangannya, Ust Abdullah Said mengirimkan santri-santrinya untuk berdakwah ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, khususnya daerah-daerah minoritas Muslim. Di daerah terpencil itu, para pendakwah menyaksikan betapa banyak saudara Muslim yang tidak tersentuh dakwah. Mereka hidup dalam kemalangan dan sangat rentan berpindah agama.

Di sanalah mereka membangun kehidupan dan mendakwahkan ajaran Islam. Mereka mengajarkan anak-anak mengaji, membangun mushala dan masjid, juga menggelar majelis taklim.

Di tempat tugas yang baru, para santri Hidayatullah tak sekadar berdakwah, tetapi juga membangun cabang pondok pesantren Hidayatullah. Pada akhirnya, lembaga pendidikan Hidayatullah tersebar di lebih dari 100 kabupaten di seluruh Indonesia dalam bentuk pondok pesantren. Fokus kegiatannya adalah sosial, pendidikan, dan dakwah.

Pada Musyawarah Nasional (Munas) Pertama Hidayatullah, 9–13 Juli 2000, di Balikpapan, Hidayatullah mengembangkan menejemennya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan dakwah dan perjuangan Islam.

Dalam perkembangan selanjutnya, ormas Islam Hidayatullah berubah menjadi Perkumpulan Hidayatullah. Keanggotaan, misi, visi, dan konsep dasar gerakan bersifat terbuka. Sejalan dengan itu, struktur kepengurusan Hidayatullah semakin mengakar hingga ke pelosok. Mulai dari pimpinan cabang (PC), pimpinan daerah (PD) dan dewan pimpinan wilayah (DPW). 

Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISID) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da’i. Para peserta didik  di dalamnya mendapatkan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup). Setelah tamat, mereka kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada.

Mulai tahun 1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah terutama Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kader da’i.

Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan dan Depok.

Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi berupa pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu dimana setiap PPAS menampung sekitar 150 orang anak.

Pada tahun 2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah perguruan tinggi STT STIKMA Internasional Malang, yang dinaungi dibawah PW Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda dengan Perguruan Tinggi Hidayatullah lainnya yang umumnya mempelajari ilmu agama, STT STIKMA Internasional Malang adalah perguruan tinggi yang mempelajari bidang Teknologi Informasi, Multimedia, Arsitektur, dan Komputerisasi Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang bergabung setelah yayasan yang lama, meng-hibah-kan lembaga STT STIKMA Internasional kepada ormas Hidayatullah.

Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.

Metode (manhaj nubuwwah) Hidayatullah yaitu berpegang pada Alqur’n dan sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan tujuan akhir melahirkan kepemimpinan dan umat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat