Masjid-Museum Sultan Abdullah dibangun di atas lahan seluas 2,7 hektare | DOK William Harold-Wong Associates

Dunia Islam

Wisata Religius-Historis di Masjid-Museum Sultan Abdullah

Masjid-Museum Sultan Abdullah sebagai simbol syiar Islam di Asia Tenggara.

OLEH HASANUL RIZQA 

Malaysia dinilai cukup sukses dalam memanfaatkan sektor pariwisata halal. Bahkan, kerajaan Islam yang berpusat di Semenanjung Malaya itu menduduki peringkat teratas dalam Global Muslim Travel Index pada 2018 lalu. Salah satu faktor penunjang keberhasilan negeri jiran ialah terobosannya dalam memadukan berbagai nuansa turisme.

Sebagai contoh, perpaduan antara tema wisata sejarah dan religi. Hal itu dapat dijumpai pada Masjid-Museum Sultan Abdullah (MMSA). Dalam artikel “Muzium Masjid Sultan Abdullah Pekan Pahang dan Usaha Memperkasakan Pemikiran Islam di Malaysia” (2019) dijelaskan, destinasi wisata tersebut berlokasi di Kampung Pancur, Pekan, Negara Bagian Pahang. MMSA terbilang unik. Bangunan ini digadang-gadang sebagai satu-satunya institusi Islam yang mengusung konsep masjid-museum di Malaysia—kalau bukan seluruh dunia.

Meskipun tergolong baru, kompleks ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Cikal-bakalnya bermula dari Museum Negeri Pahang atau Museum Sultan Abu Bakar yang berdiri sejak 1975. Letaknya berada persis di samping Jabatan Agama Islam Negeri Pahang. Selama puluhan tahun, museum tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah di pesisir timur Malaysia.

photo
Rancang bangun Masjid-Museum Sultan Abdullah menonjolkan aspek modernitas yang berpadu dengan unsur Islam, yakni Arab dan Melayu. - (DOK William Harold-Wong Associates)

Barulah pada 2007, otoritas setempat membuat inovasi. Pihaknya tak lagi memakai pakem tradisional. Biasanya, museum dipahami sebagai bangunan tunggal dengan galeri tempat berbagai artefak ditampilkan. Pemahaman itu kemudian diganti dengan konsep “museum dalam taman” atau yang diistilahkan sebagai The Intellectual Garden, ‘Taman Kaum Terpelajar.’ Inspirasinya datang dari freiraum, yakni gagasan yang dalam bahasa Jerman bermakna 'ruang bebas'.

Pengunjung diajak untuk bebas menafsirkan historisitas Negeri Pahang. Sebab, mereka tidak hanya mengeksplorasi berbagai peninggalan bersejarah yang menjadi koleksi museum tersebut. Keindahan taman di sekitar bangunan itu juga memanggil mereka untuk mengamati masa kini atau bahkan mengimajinasikan masa depan daerah tersebut. Batas antara sisi dalam dan luar museum sengaja "dihilangkan".

Tak cukup dengan itu, Pemerintah Negara Bagian Pahang kembali menghadirkan kebaruan. Sejak 21 Oktober 2016, area museum negeri diperluas. Kali ini, galeri-galeri kesejarahan tidak hanya ditampilkan di Museum Sultan Abu Bakar, tetapi juga Masjid Sultan Abdullah.

Jarak antara keduanya terbilang dekat, hanya 200 meter. Dengan demikian, pengunjung kini tidak sekadar menikmati khazanah museum yang berkonsep “ruang bebas”, tetapi juga hibrida antara tempat ibadah dan museum.

Sejak diresmikan oleh Kebawah Duli Yang Teramat Musta’in Billah, MMSA menjadi tempat pameran beragam koleksi sumbangsih Islam dalam membina kebudayaan Melayu. Di antara artefak yang ditampilkan di sana ialah manuskrip-manuskrip Alquran, kitab-kita pengajaran Islam, dan naskah hukum negara Pahang terutama sejak zaman penjajahan Inggris.

photo
Masjid-Museum Sultan Abdullah, dibangun sejak 2016, melalui proyek perluasan Museum Negeri Pahang, Malaysia. - (DOK William Harold-Wong Associates)

Secara keseluruhan, ada 178 manuskrip dalam berbagai genre yang tersimpan di MMSA. Sebut saja, naskah Hikayat Pahang dan Himpunan Cerita Sejarah. Sejumlah surat hasil korespondensi antara bangsawan Melayu dan pemerintah kolonial serta dokumentasi tertulis lainnya juga terdapat di galeri setempat. Misalnya, catatan Sir Frank Swettenham, surat maklumat Kerajaan Inggris Raya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Melayu aksara Jawi serta buku harian pejabat kolonial Hugh Clifford.

MMSA dibagi menjadi dua ruangan utama. Bagian pertama berfungsi sebagai ruang pameran, sedangkan yang kedua untuk jamaah melaksanakan shalat. Sejak diubah menjadi sebuah masjid-masjid, Masjid Sultan Abdullah tidak mengalami perubahan yang drastis.

photo
Masjid-Museum Sultan Abdullah, di Kampung Pancur, Pekan, Negara Bagian Pahang, Malaysia, dibangun sebagai salah satu simbol tegaknya syiar Islam di Asia Tenggara. - (DOK William Harold-Wong Associates)

Dalam arti, bangunan tersebut tetap difungsikan sebagai masjid, tempat ibadah bagi Muslimin. Bagaimanapun, pelancong yang berkunjung ke sana tidak hanya merasakan suasana religius sebagaimana masjid pada umumnya, tetapi juga melihat-lihat legasi masa lalu dari berbagai artefak yang dipamerkan.

Ketika masih berupa masjid saja, Masjid Sultan Abdullah hanya memiliki luas 0,5 hektare (ha). Setelah disempurnakan menjadi masjid-museum, areanya semakin luas hingga 2,7 ha.

Keindahan MMSA antara lain tampak dari arsitekturnya. Didominasi warna putih berkilap, sepintas bangunan tersebut kelihatan seperti Taj Mahal, salah satu keajaiban dunia di India. MMSA dirancang oleh dua orang arsitek, Tamegoro Nagata dan Natsue Nagata. Keduanya berafiliasi dengan William Harold-Wong Associates.

photo
Ilustrasi yang menampilkan sosok-sosok sarjana Muslim pada zaman keemasan Islam. Masjid-Museum Sultan Abdullah di Pahang, Malaysia, merupakan destinasi wisata sejarah sekaligus religi dengan koleksi yang cukup lengkap. - (DOK William Harold-Wong Associates)

Corak rancang bangunnya memadukan antara gaya Moor dan Melayu. Perpaduan itu diselaraskan pula dengan aspek modernitas, yang tampak terutama dari taman, kolam air mancur, serta birai jendela dan pintunya. Memang, MMSA dibangun sebagai salah satu simbol tegaknya syiar Islam di Asia Tenggara.

Bagian yang difungsikan sebagai tempat pameran terbagi menjadi tiga area. Pertama, galeri yang menampilkan tentang sejarah masuknya Islam di Pahang. Kedua, ruang pameran tentang peranan Kesultanan Pahang serta raja-raja Melayu pada umumnya dalam dakwah Islam. Ketiga, ruang yang memamerkan infografis dan diorama tentang sumbangsih Islam bagi peradaban umat manusia, sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga era modern.

Dengan menyambangi MMSA, para pelancong dapat memahami bahwa Islam adalah agama yang menebarkan sifat rahmat bagi semesta (rahmatan lil 'alamin) sejak dahulu hingga kini dan nanti. Khususnya dalam konteks historiografi Melayu, keberadaan masjid-museum ini menawarkan suatu pengalaman baru tentang wisata halal yang peka sejarah sekaligus sisi religius masyarakat lokal.

photo
Ruang pameran artefak warisan peradaban Islam-Melayu di Masjid-Museum Sultan Abdullah, Kampung Pancur, Pekan, Negara Bagian Pahang, Malaysia. - (DOK William Harold-Wong Associates)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat