Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Menjauhi Prasangka

Prasangka buruk berpotensi mendorong seseorang untuk mencari-cari kesalahan orang.

Oleh MAULANA MULADI

OLEH MAULANA MULADI

Ada sebuah kisah yang dituliskan Ibn Al Muqaffa dalam Kalilah wa Dimnah (Fabel-Fabel Kehidupan) tentang sebuah keluarga kecil. Suatu hari, sang istri menitipkan anaknya yang masih bayi kepada suaminya untuk pergi ke pasar.

Saat sedang mengasuh bayinya, sang ayah tiba-tiba ingin buang air. Maka, bergegaslah pergi ke kamar mandi di belakang rumah. Seusai buang hajat, sang ayah terkejut melihat seekor tupai berlari keluar rumah dengan mulut berlumuran darah. Dalam hati sang ayah, timbul prasangka bahwa tupai peliharaannya itu telah berbuat jahat pada putranya.

Tanpa pikir panjang, lelaki itu memukul tongkat ke kepala tupai hingga mati. Namun, tatkala masuk dalam rumah, ia dapati bayinya masih dalam keadaan sehat. Dan di sampingnya tergolek bangkai seekor ular berbisa yang berlumuran darah. Lelaki itu segera sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan, yakni membunuh tupai yang nyata-nyata menyelamatkan nyawa anak.

Kisah di atas menggambarkan bahwa prasangka selalu membawa penyesalan. Bila sudah berprasangka, orang akan merasa dan bertindak tanpa landasan yang kuat, sehingga apa yang dilakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Allah SWT dengan tegas melarang hamba-Nya untuk berprasangka buruk (suuzan). "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa." (QS al–Hujuraat [49]: 12).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa Allah SWT melarang orang-orang beriman berlaku suuzan, yaitu melakukan tuduhan dan sangkaan terhadap keluarga, kerabat, atau siapa saja yang tidak pada tempatnya karena hal itu termasuk perbuatan dosa.

Rasulullah SAW menyamakan prasangka dengan kedustaan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk karena prasangka buruk adalah sedusta-dustanya ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR  Bukhari).

Prasangka buruk berpotensi mendorong seseorang untuk mencari-cari kesalahan orang. Akibatnya, akan timbul pergunjingan dan ini merupakan awal terputusnya hubungan silaturahim.

Prasangka buruk dapat pula melahirkan sifat munafik. Dalam arti, apa yang diucapkan dan dilakukan bertentangan dengan kehendak hati. Lain di bibir, lain pula di hati. Prasangka bisa juga menyebabkan orang berdusta dan mengabaikan amanah, khususnya dari orang yang diprasangkai.

Islam sangat mengecam prasangka buruk. Karena prasangka tidak sedikit pun mendatangkan kebaikan. Allah SWT berfirman, “Prasangka itu tidak mendatangkan kebenaran apa pun.” (QS Yunus [10]: 36).

Dengan demikian, jelas bahwa prasangka merupakan perbuatan yang berbanding lurus dengan dosa dan sedusta-dustanya perkataan. Dan Islam memerintahkan umatnya untuk menjauhi prasangka buruk.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat