Magawa, hewan pengerat pertama yang menerima penghargaan PDSA sebagain hewan palacak ranjau di Kamboja. | PDSA via AP

Kisah Mancanegara

Medali untuk Sang Tikus Penjinak Ranjau

Tikus Afrika itu juga membantu membersihkan tanah dari ranjau darat selama empat tahun terakhir.

OLEH FERGI NADIRA

Sebuah medali dipersembahkan untuk memuji keberanian dan pengabdian dalam menyelamatkan banyak nyawa manusia dari ranjau darat di Kamboja. Medali tersebut dinobatkan bukan kepada manusia, melainkan seekor tikus yang bernama Magawa.

Magawa adalah tikus Afrika pertama yang menerima penghargaan medali emas yang diberikan oleh People's Dispensary for Sick Animals (PDSA), sebuah badan amal Inggris, yang sering disebut "Animal's George Cross". Biasanya, penghargaan PDSA biasanya diberikan kepada warga sipil yang melakukan tindakan keberanian dan kepahlawanan menjinakan deteksi ranjau. 

Tapi kali ini diberikan kepada seekor tikus berkantung besar. Sejauh ini, Magawa telah mendeteksi 39 ranjau darat dan 28 buah dari persenjataan yang tidak meledak. 

Tikus Afrika itu juga membantu membersihkan lebih dari 1,5 juta kaki persegi tanah selama empat tahun terakhir. "Karya Magawa secara langsung menyelamatkan dan mengubah kehidupan pria, wanita, dan anak-anak yang terkena dampak ranjau darat ini. 

Setiap penemuan yang dia buat mengurangi risiko cedera atau kematian bagi penduduk setempat," ujar direktur jenderal amal yang memberikan penghargaan tersebut dalam sebuah upacara penghargaan secara virtual, Jan McLoughlin dikutip laman The New York Times, Ahad (27/9).

photo
Magawa, dikalungi medali penghargaan PDSA sebagain hewan palacak ranjau di Kamboja. - (PDSA via AP)

Dedikasi, keterampilan, dan keberanian Magawa, McLoughlin melanjutkan, adalah contoh luar biasa dari hal ini dan pantas mendapatkan pengakuan setinggi mungkin. 

Magawa merupakan tikus berkantung raksasa Afrika berusia 5 tahun. Dia adalah bagian dari inisiatif "Tikus Pahlawan" yang dijalankan oleh organisasi nirlaba Belgia, APOPO, yang bekerja di Asia Tenggara dan Afrika. Organisasi ini melatih tikus untuk menyelamatkan nyawa dengan mendeteksi ranjau darat dan tuberkulosis.

Magawa disebut sebagai tikus paling sukses yang pernah mengikuti program ini. Tikus ini dilatih untuk mendeteksi TNT, senyawa kimia di dalam bahan peledak. Kemampuannya untuk mengendus TNT membuatnya lebih cepat daripada siapa pun dalam mencari ranjau darat. 

Karena ia dapat mengabaikan besi tua yang biasanya diambil oleh detektor logam. Tikus ini juga dapat mencari area seluas lapangan tenis dalam 30 menit, sedangkan manusia dengan detektor logam biasanya membutuhkan waktu empat hari untuk mencari area sebesar itu. 

Ketika Magawa menemukan ranjau, dia memberi isyarat kepada pawangnya dengan menggaruk tanah di atasnya. Tidak seperti manusia, Magawa terlalu ringan untuk meledakkan ranjau, jadi risiko cedera  yang ia miliki pun minimal.

Menurut kepala eksekutif APOPO, Christophe Cox, tikus seperti Magawa secara signifikan mempercepat deteksi ranjau darat menggunakan indra penciuman dan ingatan yang luar biasa. "Ini tidak hanya menyelamatkan nyawa. Tapi, juga mengembalikan tanah aman yang sangat dibutuhkan kembali ke masyarakat secepat dan seefektif mungkin," ujarnya.

Pawang utamanya, Malen, menjelaskan bahwa Magawa memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan yang mungkin membuat iri banyak orang. "Dia sangat cepat dan tegas, tapi dia juga akan menjadi yang pertama ketika tidur siang saat istirahat," kata Malen dalam pernyataan yang diberikan oleh PDSA.

photo
Magawa, saat beraksi melacak ranjau di Siem, Kamboja. - (PDSA via AP)

Saat tidak berada di ladang ranjau, tikus sepanjang dua kaki itu suka mengemil pisang, kacang tanah, dan semangka, dan memutar roda yang sedang berlari. "Dia sangat spesial bagi saya," kata Malen, yang nama belakangnya tidak diberikan oleh badan amal tersebut karena alasan privasi.

Malen telah bekerja dengan Magawa selama empat tahun. "Magawa telah menemukan banyak ranjau darat dalam karirnya dan menyelamatkan banyak nyawa orang Kamboja," puji dia.

PDSA telah membagikan penghargaan atas keberanian hewan selama 77 tahun, dan penilaian dilakukan oleh panel direktur dan pengawas amal. Namun, karier Magawa yang gemerlap mungkin akan segera berakhir, sebab APOPO memperkirakan bahwa "Tikus Pahlawan" -nya bekerja di lapangan selama empat hingga lima tahun. Setelah itu mereka akan diberi masa pensiun yang diisi dengan permainan dan olahraga.

Menurut laporan 2019 dari Layanan Riset Kongres, lebih dari lima juta ranjau darat diperkirakan telah diletakkan di Kamboja selama penggulingan Khmer Merah dan konflik internal pada 1980-an dan 1990-an. Beberapa bagian negara juga dikotori dengan persenjataan yang tidak meledak yang dijatuhkan dalam serangan udara Amerika Serikat selama Perang Vietnam. 

Menurut Halo Trust, sejak 1979, lebih dari 64 ribu orang terluka oleh ranjau darat dan bahan peledak lainnya di Kamboja. Dan lebih dari 25 ribu orang yang diamputasi telah tercatat di sana. Halo Trust merupakan badan amal pembebasan ranjau darat kemanusiaan terbesar di dunia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat