Artificial intelligence | Freepik

Inovasi

Mengintip Tren AI Pascapandemi

Tren AI terkait kesehatan akan tetap meningkat di masa depan.

Pandemi yang terjadi saat ini, membawa begitu banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Meski saat ini vaksin dan obat untuk membantu menymbuhkan infeksi virus korona terus digencarkan, nampaknya suasana dunia dengan konsep yang new normal akan tetap bertahan. 

Begitu juga dalam urusan pemanfaatan teknologi. Sebagai akibat dari pandemi, pemanfaatan teknologi kini kian massif dilakukan. Baik untuk bekerja, belajar, hingga membantu berbagai industri meminimalisir kontak antarmanusia. 

Ke depan, meski pandemi akan berlalu seiring waktu, dampak dari era Covid-19 ini, diperkirakan akan tetap membekas.  Konsultan Internet of Things (IoT), Ivan Sie berpendapat, kecerdasan buatan (AI) akan membantu dan menjadi bagian dari kondisi new normal itu sendiri atau bukan sesuatu yang akan menghilang. Menurut Ivan, yang sudah terjadi adalah pekerjaan-pekerjaan yang memiliki standar operasional prosedur (SOP) jelas dan setiap hari melakukan hal yang sama akan diambil alih oleh AI. 

Sebab, pekerjaan tersebut tidak memerlukan diagnosa-diagnosa detail dan dalam. “Dan sekali lagi ada pertanyaan tadi apakah manusia akan dibutuhkan di masa depan, sekali lagi untuk menjawab itu, menurut saya masih bakal panjang, bagaimana penerapan ke depan dan sebagainya saya bisa bilang unlimited,” kata Ivan.

Senada, Chief Research and Product Innovation Nodeflux Adhiguna Mahendra memperkirakan, tren AI terkait kesehatan akan tetap meningkat di masa depan. Yaitu, untuk diagnosa dan pembuatan obat. “Kalau diagnosa itu, mendiagnosa kita ada Covid-19 atau tidak, kita ada TBC atau tidak,” ujar Adhiguna.

Sementara itu, yang dimaksud pembuatan obat adalah obat yang dipersonalisasi untuk pasien berdasarkan analisa genetika, riwayat kesehatan, tes darah, hasil rontgen, gaya hidup dan lain sebagainya. Dengan begitu, obat antara satu pasien dengan pasien lainnya bisa berbeda. Menurut Adhiguna, AI membantu kita, di masa mendatang untuk menciptakan obat yang personalize. Jadi bisa lebih cepat dan efektif untuk masing-masing orang.

 

 

Meski pandemi akan berlalu seiring waktu, dampak dari era Covid-19 ini, diperkirakan akan tetap membekas. 

   

Hadirnya 5G

photo
Teknologi 5G - (Freepik)

Salah satu teknologi yang diperkirakan akan hadir seusai pandemi berlalu, adalah 5G. Dengan kecepatan yang mencapai 100 kali lipat dibanding 4G, latensi yang sedemkian minim, dan pemanfaatan yang masif, teknologi yang satu ini diperkirakan akan memberikan wajah baru dalam berbagai industri dan kehidupan masyarakat global. 

Dari sisi mobilitas, dengan 5G akan mudah sekali menerapkan kendaraan otonom, prediksi pemeliharaan dan kebutuhan monitor bahan bakar dengan jaringan 5G. Dari sisi industri, jaringan 5G bisa digunakan untuk integrasi antara mengawasi dan kontrol yang lebih luas, juga sensor, analitik, tindakan, pengintegrasian dan analisis prediksi industri, sehingga tidak ada stok produk yang belum terjual.

Di sisi pertambangan, konsep remote mining di mana pekerja bisa mengendalikan traktor, buldoser, dan truk di lokasi pertambangan dari rumah dengan jaringan 5G pun dapat terwujud. Sedangkan di bidang ritel, dengan adanya jaringan 5G, mereka bisa menggabungkan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) akan benar-benar sampai ke layanan ritel. 

Di sisi agriculture, jaringan 5G juga tidak hanya dipakai untuk mempermudah produksi, tetapi juga menghubungkan seluruh bagian dari ekosistem. “Jadi akan ada agriculture atau farm management system. Ada yang menggerakkan perangkatnya , kemudian mengoptimalkan panennya, serta mengatur irigasi dan pemupukan yang ada. Dengan begitu hasilnya tentunya akan bisa lebih optimum dan lebih banyak lagi,” jelas Teguh Prasetya selaku Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya. 

Sementara untuk bidang kesehatan, ia melanjutkan, fungsi memonitor, prediksi, perawatan (treatment) sampai pascaperawatan (post treatment), semuanya akan terintegrasi dengan adanya 5G, serta IoT tentunya. “Dari sisi pasokan (supply), jaringan 5G bisa mengintegrasikan misalnya, communication hub with solar power, energy management, smart meters dan lain sebagainya,” ujar Teguh. 

Teknologi jaringan 5G pun erat kaitannya dengan internet of things (IoT). Mengutip McKinsey Global Institute Study “Unlocking the potential of the Internet of Things” Team analysis adjusting figures for Indonesian context, Teguh mengatakan, IoT diprediksi memiliki dampak hingga mencapai 120 miliar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap GDP di 2025 nanti. 

Ada sekitar tujuh sektor di sana, yakni manufaktur, ritel, angkutan, pertambangan, pertanian, telekomunikasi dan media dan kesehatan. Menurut Teguh, bidang kesehatan menjadi tumbuh pesat karena pandemi Covid-19. 

“Dengan demikian kita mesti lihat banyak sekali percepatan yang ada dan tentunya kalau ini diprediksi 2025,  dengan adanya pandemi kemungkinan bisa lebih cepat lagi. Karena bagaimana pun kita harus tetap melakukan kegiatan perekonomian, melakukan kegiatan bisnis disamping  terus menjaga kesehatan kita sehari-hari,” kata Teguh.

Sisi lain, Asosiasi Internet of Things Indonesia juga menekankan pada seluruh anggota untuk selalu membuat kisah sukses, membuat komunitas, sekaligus mendorong orang-orang yang bergerak di bidang infrastruktur untuk menyediakan infrastrukturnya. Infrastruktur bukan hanya jaringan, tetapi hingga IoT lab, sertifikasi, hingga pengurusan izin. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat